foto oleh niken s |
Perbedaan warna kulit kadang-kadang menjadi isu hangat di masyarakat. Kulitku hitam kulitmu putih. Kamu hitam, jelek, kasar, tidak cakep. Aku
putih, manis, cakep, mulus. Kamu hitam, kamu bodoh, kamu kampungan. Aku manis,
aku pintar, aku anak kota.
Demikian
beberapa komentar yang seirng terdengar untuk menjauhkan jarak antara kelompok
hitam dan kelompok putih. Rasial. Menjauhkan manusia yang memang beragam warna
kulitnya. Gara-gara penggolongan semacam ini, cantik dan ganteng pun dikaitkan
dengan kulit putih. Sedangkan lawan dari keduanya dikaitkan dengan kulit hitam.
Kalau mau
netral kedua kata sifat itu sebaiknya kembali ke habitat arti aslinya. Cantik
hanya untuk kelompok Hawa. Ganteng hanya untuk kelompok Adam. Jika demikian,
persoalan selesai. Mau hitam, putih, cokelat, asal dia Adam maka dia ganteng.
Demikain juga kelompok Hawa, tak peduli kulitnya berwarna apa, dia adalah
kelompok cantik.
Pemahaman seperti ini jarang ditemui dalam kepala masyarakat. Hanya segelintir yang memiliki pandangan seperti ini. Mereka inilah yang
pandangannya netral. Tak membedakan hitam-putih. Memang demikianlah realitas
manusia. Sama-sama manusia tetapi memiliki beragam warna kulit.
Sebagian besar
kepala kita diisi pandangan hitam-jelek dan putih-ganteng/cantik. Televisi yang merajai media sosial dan punya
pengaruh besar pun mewartakan cakep itu seperti putih. Hitam tidak atau jarang
dimasukan ke kelompok putih. Dunia iklan khususnya yang berkaitan dengan
pernak-pernik kecantikan didominasi warna Putih.
Apakah kami yang hitam ini jelek, bodoh, kampungan dan kalian yang putih
itu cakep, baik, pintar, dan tidak kolot? Boleh jadi demikian menurut persepsi
umum. Tetapi realitasnya berkata lain. Ada kelompok hitam yang pintar, cakep,
dan baik hati. Ada juga kelompok hitam yang memang bodoh dan jelek. Dia jelek
bukan karena kulitnya hitam tetapi akrena label orang kepadanya. Demikian juga kelompok putih yang pintar dan bodoh. Tidak semuanya cakep
dan baik hati.
Saya hitam lalu
kamu mau apa? Saya putih lalu kamu mau apa? Kamu bilang saya jelek. Itu
penilaianmu. Saya tetap baik, cakep, dan pintar. Silakan kamu berpikir saya ini
hitam dan bodoh. Tetapi realitasnya saya ini hitam dan pintar. Bukan warna
kulit yang membuat saya pintar tetapi ketekunan.
berhentilah menilai sesama dari warna kulitnya. Juga menilai kepintaran
dari warna kulitnya. Penilaian ini
semakin menjauhkan saudari/a kita yang dekat dengan kita. Bersiaplah hidup dalam
perbedaan sebab perbedaan itu indah. Perbedaan itu kaya. Dalam keragaman kita
melihat, merasakan, banyak hal. Kalau kita ini sama, putih semua, apa yang
terjadi jika suatu saat ada yang hitam? Apakah kita menghina dia sementara dia lahir dari keluarga kita? Bersiaplah
untuk menerima perbedaan.
Kulitku hitam, kulitmu manis. Kita sama. Kamu bilang aku jelek, biarin. Aku
juga bilang, kamu jelek. Bukan karena mukamu jelek tetapi karena sikapmu jelek.
Hitam-Putih kulit kita. Indah sekali jika duduk bersama memantulkan dua warna
yang bersahabat.
PA, 11/9/2012
Gordi Afri
*Dimuat di blog kompasiana pada 11/9/12
Post a Comment