foto oleh Elizabeth L. Sarri |
Prinsip seperti ini juga mudah
ditemukan di mana-mana. Beginilah realitas di masyarakat kita. Tadi sore saya
kaget ketika bocah kecil, usianya kira-kira 6-7 tahun, berlari-lari di samping
sepeda motor saya. Teman saya langsung menyapanya…hai dek…Anak kecil itu
mendekat dan menawarkan koran Merapi, koran dari kelompokKedaulatan
Rakyat di Yogyakarta. Teman saya membeli koran tawaran bocah itu meski sudah
sore hari. Kasihan dengan bocah ini. Bukan korannya yang dipentingkan tetapi
mungkin dengan uang hasil jualan koran itu, dia bisa membeli nasi bungkus atau
keperluan lainnya.
Kadang-kadang lebih dari rasa
kasihan, muncul pertanyaan, benarkah bocah kecil ini harus mengalami keadaan
seperti ini? Di manakah orang tuanya? Mengapa ia yang masih kecil dijadikan
‘tenaga’ pencari uang? Ada yang menyindir kehadiran mereka di lampu merah atau
perempatan jalan. Jangan-jangan mereka ini disuruh atau dijadikan demikian oleh
oknum tertentu yang memanfaatkan tenaga mereka untuk meraup untung. Pagi sampai
sore meminta-minta dan mengemis dan malam hari dikumpulkan kepada satu orang
saja.
Semoga bocah kecil ini tidak
menjadi tenga yang dimanfaatkan untuk emncari uang oleh oknum tertentu. Dia
manusia, generasi masa depan bangsa, dia berhak untuk menikmati masa kecilnya,
yang bukan dengan menjadi penjual koran di perempatan jalan. Bocah ini gembira
setelah menerima uang 2 ribuan dari teman saya. Kami menggodanya dengan
bertanya, berapa harga korannya. Dia menjawab dengan senyum…5 ribuan om… Kami
tahu dia membutuhkan uang. KAmi menawarkan 2 ribu dan dia mau. Dia menerima
uang itu lalu berlari lagi menuju sepeda motor lainnya di depan kami. Dia juga
menawarkan korannya.
Bocah ini memang menghasilkan
uang dari jualannya dan pekerjaannya itu halal. Tetapi sayang sekali dia masih
kecil. Dia belum boleh bekerja berjemur di bawah terika mentari apalagi
berhari-hari. Kalau di negara maju anak kecil seperti ini sedang asyik-asyiknya
bermain dengan teman-temannya. Kasihan bocah ini tidak bisa menikmati semua
itu. Masa kecil kurang bahagia. Mau bilang apalagi, orang lainlah yang
menjadikan dia seperti ini. Semoga semakin banyak orang yang peduli akan anak
kecil yang tidak bisa diperlakukan begitu saja. Mereka juga mesti mendapatkan
masa kecil yang bahagia.
Selamat malam
PA, 9/8/2012
Gordi Afri
*Dimuat di blog kompasiana pada10/8/12
Post a Comment