foto ilustrasi oleh Saki Ono |
Kolom Bahasa di TEMPO edisi
14-20 November memperlihatkan alasannya. Alasannya antara lain jumlah
penggunanya. Penduduk Indonesia saat ini mencapai 200 juta lebih. Jumlah ini
besar. Jika pengandaian semua penduduk Indonesai menggunakan bahasa Indonesia
maka perkiraan di atas akan tercapai. Tinggal ditambah dengan penduduk negara
tetangga misalnya Malaysia dan Bruneidarusalam, jumlah penggunanya akan
bertambah.
Beberapa hal perlu
diberi catatan. Pertama, tidak semua masyarakat Indonesia
menggunakan bahasa Indonesia. Jangankan menggunakannya sebagai bahasa tulis
yang baku, sebagai bahasa percakapan saja belum semuanya. Ini mesti diakui
sebab banyak masyarakat yang masih dipengaruhi bahasa lokal. Pengaruh bahasa
lokal begitu kuat sehingga bahasa nasional tidak dikuasai.
Kedua,
kalau mau menjadikan bahasa Indonesia go international, semua
masyarakat termasuk para pejabat negara mesti menggunakannya. Masyarakat
dibiasakan berbahasa Indonesai tanpa menghilangkan bahasa lokal. Sebab, bahasa
lokal sebagai bahasa ibu mempunyai pengaruh yang kuat dalam membentuk budaya
masyarakat Indonesai. Ini juga yang dipertanyakan mahasiswa program Bahasa
Indonesia di Jerman, sebagaimana dijelaskan dalam kolom bahasa. Dia
melihat masih ada pejabat kita yang cenderung menggunakan bahasa Inggris dalam
berpidato. Sia-sia lah para penerjemah mencari padanan kata yang tepat dalam
bahasa Indonesia. Masyarakat perkotaan yang cenderung menggunaan bahasa Inggris
diajak untuk memakai bahasa Indonesai. Dengan kata lain ada kampanye secara
besar-besaran untuk menggunakan bahasa Indonesia.
Ketiga,
tata Bahasa Indonesai mesti dibereskan. Tata bahasa yang membingungkan kadang
menyulitkan pengguna asing mempelajari bahasa Indoenesai. Mesti ada pembatasan
yang jelas antara ragam baku-tidak baku, percakapan-tulisan, dan sebagainya.
Dalam hal ini tata bahasa mesti jelas. Kalau tidak, orang akan menganggap
bahasa Indonesia tidak berwibawa. Oleh karena itu, bahasa Indonesia tidak
dianggap bisa dijadikan bahasa internasional.
@@@@@
Saya kira bagian
ketiga ini yang perlu dicermati dengan baik. Bahasa Indonesai terus berkembang
dari hari ke hari. Seiring itu pula kosa kata bahasa Indonesai berkembang. Ada
yang baru dan langsung tenar di masyarakat. Ada pula kosa kata yang jarang
dipakai sehingga asing bagi masyarakat.
Dalam hal ini peran
media tulisan amat penting. Orang yang sering menulis dengan baik dan benar
akan terangsang otaknya untuk mencari kata yang tepat dalam menulis. Beda
dengan pembawa acara di televisi yang cenderung menggunakan kata sesuaitrend masyarakat.
Cara seperti ini boleh diangap mencari gampang, tidak mau bersabar sejenak
untuk mencari padanannya dalam bahasa Indonesia. Media mempunyai andil besar
dalam memasyarakatkan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Saya mengajak para
kompasioner untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam menulis. Tidak
ada yang sempurna di antara kita. Kita sama-sama saling belajar, mencari bahasa
yang tepat sehingga kita menularkan cara berbahasa Indonesia yang baik dan
benar dalam masyarakat. Bahasa adalah warisan budaya yang bernilai tinggi.
Maka, menggunakan bahasa yang baik dan benar sama dengan menghargai warisan
leluhur kita. Mari mencobanya.
Cempaka putih, 26/11/2011
Gordi Afri
*Dimuat di blogkompasiana pada 29/11/11
Post a Comment