foto ilustrasi oleh boltron- |
*catatan tentang facebook dan penggunanya
Facebook atau face to face?
Facebook, media yang kini kerap dikunjungi
jutaan orang di seantero dunia. Media sosial ini masih di atas media lain
misalnya Twitter. Facebook memang menawarkan beragam kemudahan. Ada pesan alias
message, percakapan alias chatting, dan sebagainya. Semua isi perasaan
tertumpah di media ini.
Layaknya facebook dijadikan teman curhat
(curahan hati), dan curper (curahan perasaan). Tak jarang ada olokan, seruan,
ajakan, maki-makian, kata-kata kotor sebagai ekspresi marah, dan sebagainya.
Meski demikian, di facebook pula orang mengumpulkan teman-tetamnnya menolong
sesama. Singkatnya baik buruk ada di media ini. Media ini netral, manusialah
yang mengubahnya sebagai tempat menanam kejahatan dan menanam kebaikan.
Dari dunia maya ke dunia nyata,
mungkinkah?
Di facebook hal ini mungkin dan bisa
terjadi. Orang berkenalan di facebook lalu berlanjut dalam pertemuan di dunia
nyata. Bertemulah kedua pribadi. Bukan lagi facebook tetapi face-to-face. Asal
saja tak ada maksud jahat dibalik face-to-face itu. Kalau ini yang terjadi,
facebook tetap tercoreng sebagai media yang kerap salah digunakan.
Facebook beralih ke face-to-face dalam
bentuk lain adalah sapaan. Sapaan tidak berhenti di dinding facebook atau di
kotak pesan. Sapaan itu mesti berlanjut di dunia nyata, menyapa di dunia nyata.
Itulah sebabnya, orang bilang kalau Anda berkelana di dunia maya, jangan lupa
mendarat di daratan. Daratan tetap menjadi habitat asli kita. Jangan sampai
kita menyapa teman di seberang sana, sementara teman di samping kita abaikan.
Ya…facebook layaknya menjadi awal menuju face-to-face.
Mari bersahabat dengan menggunakan media
facebook sebagai ajang face-to-face. Face-to-face itulah realitas kita sebagai
manusia yang bertubuh. Dalam facebook, tak ada manusia bertubuh. Yang ada
hanyalah manusia berperasaan. Itulah salah satu perbedaan manusia dalam dunia
maya dan dunia nyata. Filsuf Emanuel Levinas (1906-1995), pernah mengatakan
orang lain adalah penampakan, epifani. Epifani berarti orang lain yang
menampakan diri di hadapan saya. Penampakan orang lain menjadi sebuah panggilan
bagiku untuk bertindak. Dalam relasi face-to-face ada tuntutan etis dan
objektif. Orang lain adalah tanggung jawab saya.
CPR, 6/12/2011
Gordi Afri
Gordi Afri
*Dimuat di blog kompasiana pada 11/12/11
Post a Comment