Halloween party ideas 2015

Bahasa kadang dilecehkan di negeri ini. Maksudnya jelas, bahasa tidak digunakan sebagaimana mestinya. Lihatlah Bahasa Indonesia yang kini tidak diperhatikan oleh penggunanya. Ada yang mengabaikan ejaannya. Ada yang menyingkirkannya dari kehidupan harian masyarakat indonesia.

Bahasa Indonesia yang dulu menyatukan bangsa ini kini terancam di negeri sendiri. Namun, Bahasa Indonesia tetap berpeluang untuk diperhatikan. Inilah yang digiatkan oleh orang asing yang mempelajari bahasa Indonesia. Bahasa nasional lainnya digemari penggunanya. Bahkan, dirawat agar tetap hidup dalam keseharian masyarakat. Bahasa Indonesia malah sebaliknya. Diabaikan penggunanya. Penggunanya malah mempelajari bahasa asing. Bahasa yang bukan bahasa ibunya. Padahal Bahasa Indonesia akan tetap ada jika penggunanya merawat dengan baik. Pakailah Bahasa Indonesia dengan baik. Sayang jika nasib Bahasa Indonesia sama dengan bahasa daerah di beberapa wilayah negeri ini yang tidak terawat dan akhirnya jadi bahasa mati. Bahasa Indonesia layaknya tetap hidup dan dirawat dengan baik oleh penggunanya.

Bahasa yang dirawat dengan baik bisa digunakan sebagai alat pemersatu masyarakat. Sebagaimana Bahasa Indonesia menyatukan rakyat indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Itulah yang dipraktikkan Gubernur DKI Jakarta Jokowi dalam perayaan HUT kota Jakarta ke 486. Dia memberi sambutan dalam Bahasa Betawi. Bahasa keseharian rakyat Jakarta. Jakarta memang dihuni pendatang namun Jakarta masih punya bahasa lokal yakni Bahasa Betawi.

Jokowi kiranya mengajak pengguna bahasa Betawi untuk melestarikan bahasa ini. Ajakan Jokowi ini bisa diperluas konteksnya untuk rakyat negeri ini. Gunakan bahasa nasional bangsa ini dengan baik. Itulah cara merawat bahasa nasional. Tanpa itu, bahasa itu akan punah. Dan, jika punah, kebudayaan bangsa juga akan punah. Bahasa, betapa pun sering didefinisikan sebagai alat komunikasi, punya peran penting dalam mewarisi budaya. Dari bahasa, orang bisa mengenal budaya. Budaya dikenal dari cara seseorang berbahasa. Dalam bahasa, kebudayaan seseorang atau sekelompk orang terbentuk. Maka, bahasa menjadi alat melestarikan budaya.

Bahasa, jika dilestarikan dengan baik, akan berguna bagi anak cucu. Sejarah sebuah bangsa akan tertuang dengan baik dalam penurunan bahasa. Bahasa yang dirawat dengan baik akan memudahkan anak cucu mempelajari sejarah bangsanya. Maka, bahasa juga menjadi alat untuk mewariskan sejarah. Benar, yang dikatakan Soekarno, bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak lupa sejarahnya. Mengenal sejarah berarti juga mengenal bahasa. Bahasa memang memiliki peran penting.

Pemimpin kiranya perlu meniru Jokowi. Mendekatkan diri dengan masyarakat melalui bahasa. Jokowi bukan orang Betawi tetapi dia adalah pemimpin Betawi. Sebagai pemimpin dia mau mendekatkan diri dengan masyarakat. Dan, dia tahu betul, bagaimana mendekatkan orang Betawi dengan dirinya. Salah satunya adalah melalui bahasa Betawi. Bahasa ini, betapapun bukan bahasa Jokowi, bisa membuat Jokowi dekat dengan orang Betawi. Di sini tampak bagaimana Jokowi berusaha mempelajari sejarah, budaya, dan bahasa orang yang dipimpinya. Dia pemimpin yang duduk di atas tetapi dia ternyata mau turun, mengenal budaya, bahasa, dan sejarah masyarakat yang dipimpinnya.

PA, 23/6/13
Gordi

Post a Comment

Powered by Blogger.