Bahasa
kadang dilecehkan di negeri ini. Maksudnya jelas, bahasa tidak digunakan
sebagaimana mestinya. Lihatlah Bahasa Indonesia yang kini tidak diperhatikan
oleh penggunanya. Ada yang mengabaikan ejaannya. Ada yang menyingkirkannya dari
kehidupan harian masyarakat indonesia.
Bahasa
Indonesia yang dulu menyatukan bangsa ini kini terancam di negeri sendiri.
Namun, Bahasa Indonesia tetap berpeluang untuk diperhatikan. Inilah yang
digiatkan oleh orang asing yang mempelajari bahasa Indonesia. Bahasa nasional lainnya
digemari penggunanya. Bahkan, dirawat agar tetap hidup dalam keseharian
masyarakat. Bahasa Indonesia malah sebaliknya. Diabaikan penggunanya.
Penggunanya malah mempelajari bahasa asing. Bahasa yang bukan bahasa ibunya.
Padahal Bahasa Indonesia akan tetap ada jika penggunanya merawat dengan baik.
Pakailah Bahasa Indonesia dengan baik. Sayang jika nasib Bahasa Indonesia sama
dengan bahasa daerah di beberapa wilayah negeri ini yang tidak terawat dan
akhirnya jadi bahasa mati. Bahasa Indonesia layaknya tetap hidup dan dirawat
dengan baik oleh penggunanya.
Bahasa
yang dirawat dengan baik bisa digunakan sebagai alat pemersatu masyarakat.
Sebagaimana Bahasa Indonesia menyatukan rakyat indonesia, dari Sabang sampai
Merauke. Itulah yang dipraktikkan Gubernur DKI Jakarta Jokowi dalam perayaan
HUT kota Jakarta ke 486. Dia memberi sambutan dalam Bahasa Betawi. Bahasa
keseharian rakyat Jakarta. Jakarta memang dihuni pendatang namun Jakarta masih
punya bahasa lokal yakni Bahasa Betawi.
Jokowi
kiranya mengajak pengguna bahasa Betawi untuk melestarikan bahasa ini. Ajakan
Jokowi ini bisa diperluas konteksnya untuk rakyat negeri ini. Gunakan bahasa
nasional bangsa ini dengan baik. Itulah cara merawat bahasa nasional. Tanpa
itu, bahasa itu akan punah. Dan, jika punah, kebudayaan bangsa juga akan punah.
Bahasa, betapa pun sering didefinisikan sebagai alat komunikasi, punya peran
penting dalam mewarisi budaya. Dari bahasa, orang bisa mengenal budaya. Budaya
dikenal dari cara seseorang berbahasa. Dalam bahasa, kebudayaan seseorang atau
sekelompk orang terbentuk. Maka, bahasa menjadi alat melestarikan budaya.
Bahasa,
jika dilestarikan dengan baik, akan berguna bagi anak cucu. Sejarah sebuah
bangsa akan tertuang dengan baik dalam penurunan bahasa. Bahasa yang dirawat
dengan baik akan memudahkan anak cucu mempelajari sejarah bangsanya. Maka,
bahasa juga menjadi alat untuk mewariskan sejarah. Benar, yang dikatakan
Soekarno, bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak lupa sejarahnya. Mengenal
sejarah berarti juga mengenal bahasa. Bahasa memang memiliki peran penting.
Pemimpin
kiranya perlu meniru Jokowi. Mendekatkan diri dengan masyarakat melalui bahasa.
Jokowi bukan orang Betawi tetapi dia adalah pemimpin Betawi. Sebagai pemimpin
dia mau mendekatkan diri dengan masyarakat. Dan, dia tahu betul, bagaimana
mendekatkan orang Betawi dengan dirinya. Salah satunya adalah melalui bahasa
Betawi. Bahasa ini, betapapun bukan bahasa Jokowi, bisa membuat Jokowi dekat
dengan orang Betawi. Di sini tampak bagaimana Jokowi berusaha mempelajari sejarah,
budaya, dan bahasa orang yang dipimpinya. Dia pemimpin yang duduk di atas
tetapi dia ternyata mau turun, mengenal budaya, bahasa, dan sejarah masyarakat
yang dipimpinnya.
PA,
23/6/13
Gordi
Post a Comment