Halloween party ideas 2015

foto oleh Zainun Prima Etika
Jiwa dan raga perlu dijaga kesehatannya. Sebab keduanya mesti sejalan. Jika salah satunya tidak berjalan dengan baik, yang lain akan terganggu. Inilah yang terjadi jika badan sakit. Raga sakit maka jiwa pun tidak bisa berfungsi dengan baik. Jiwa di sini mencakup pikiran dan otak.

Sore ini rasanya segar dan sehat. Tadi sore ada pertandingan voli. Pemainnya bukan profesional. Masih banyak yang harus banyak berlatih. Bagaimana membuat servis yang baik, umpan yang baik, menerima bola dengan baik, memberi bola dengan baik, mematikan bola ke arah lawan, menghadang bola lawan, memasukkan bola ke dalam garis gawang, dan sebagainya.

Kami masih dalam tahap latihan. Makanya semuanya ikut ambil bagian. Tak ada yang monopoli. Ada yang sudah hebat ketimbang yang lain. tetapi ini bukan permainan individu. Makanya kami bekerja sama.

Tak ada yang lebih bernilai selain bekerja sama. Ini permainan tim. Kalau bekerja sama, ada kekompakan. Kalau tidak, permainan jadi berat sebelah.

Kerja sama. Sekali lagi bekerja sama. Dalam dunia kerja juga demikian. Kerja sama diperlukan. Makanya sering-seringlah berlatih untuk bekerja dalam tim. Bekerja bersama. Ini tidak mudah. Ada macam-macam karakter yang muncul. Bagaimana menghadapi semua ini. seperti menghadapi teman-teman yang gagal menerima bola. Seperti teman yang gagal melewatkan bola di atas net.

Selamat malam tuk para pembaca. Raga sehat jiwa pun sehat. Sekarang saya bisa menulis karena merasa segar dan sehat. Setelah tadi sore berolahraga. Sehat. Sehat. Sehat. Lebih baik menjaga hidup sehat daripada membeli banyak obat untuk mencapai kesehatan yang prima.

———————–

*obrolan malam

PA, 24/9/2012
Gordi Afri

foto oleh duckoverseasconsultant
Siapa bilang hanya orang kaya yang bisa mengunjungi tempat wisata? Ada orang miskin yang mengunjungi tempat wisata. Ya boleh jadi tidak sesering orang kaya. Tetapi, orang miskin juga bisa. Modalnya adalah kemauan dan usaha keras.

Inilah yang dialami tim Jelajah Sepeda Bali-Komodo sejauh 620 km. Dari Bali, Lombok, Sumbawa, Bima, Labuan Bajo-Flores hingga Komodo. Mereka bukan hanya berwisata ke komodo tetapi berwisata ke tempat-tempat yang dilewati.

Saya juga penggemar sepeda. Dan memang ke kampus selalu bersepeda. Tetapi tidak sejauh yang mereka tempuh. Tidak mengalami yang mereka alami. Hanya ada persamaan. Mendapat sapaan keramahan dari warga. Bukan hanya mendapat sapaan tetapi juga menyapa. Mereka memiliki kemauan kuat untuk menghadapi tantangan.

Mereka berusaha keras mendayung hingga titik akhir.
Naik sepeda, menyehatkan, menyegarkan.
Naik sepeda mendapat keakraban.
Naik sepeda mendapat sapaan hangat.
Naik sepeda bisa melihat varanus komodo.
Naik sepeda mendapat banyak teman baru.
Naik sepeda menjadi pengalaman tak terlupakan sepanjang hidup.
Naik sepeda……….
Naik sepeda…..banyak petualangannya.

——————————-
*Obrolan malam menjelang bobo….

PA, 25/9/2012
Gordi Afri


foto oleh Kriscahaya
Sungguh miris dan miris mendengar berita tawuran anak sekolah di kota Jakarta. Bukan sebatas tawuran saja. Ada korban jiwa. Seperti apakah nantinya masa depan anak didik kita ini?

Kalau mau sekolah jangan buat tawuran. Jika berbakat tawuran jangan sekolah. Begitulah beberapa nasihat yang sering terdengar. Maksudnya jelas. Agar anak-anak bisa memilih satu. Atau menjadi murid di sekolah, atau menjadi pelaku tawuran. Menjadi murid berarti berhadapan dengan guru. Menjadi pelaku tawuran berarti berhadapan dengan polisi di kantornya.

Satu pilihan saja cukup. Menjadi anak sekolah misalnya. Jadilah anak sekolah yang baik. Tegar dalam menghadapi tawaran teman-teman. Manusia memang gampang tergoda tetapi kita berusaha untuk kuat berpegang teguh pada nasihat orang tua. Demikian juga dengan pilihan pelaku tawuran. Lebih baik jangan menghuni salah satu lembaga pendidikan. Bukan kamu sebagai pelaku saja yang rugi. Lembaga itu rugi. Pihak yang terlibat di dalamnya rugi. Masyarakat luas rugi.

Tidak mudah membuat pilihan ini. Orang tua saja tidak mampu. Guru saja juga tidak mampu. Masyarakat saja juga tidak mampu. Sebaiknya ada kerja sama juga. KITA dan bukan KALIAN para guru, KALIAN para orang tua, KALIAN orang-orang yang berada di lingkungan sekolah.

Mereka bilang hentikan tawuran itu. Emang gampang? Berat lho…. Tetapi sebagai teriakan yang menggertakan itu boleh saja terus digemakan. Jangan takut menghukum pelaku. Satu pelaku dihukum yang lain akan ketakutan. Sebaliknya satu ditolerir yang lainnya menunggu waktu menjadi pelaku. Selesaikan dulu satu masalah sampai tuntas, jangan tersisa sedikit pun. Maka, masalah lain ikut dicegah. Lebih baik mencegah daripada mengobati, begitu slogan pakar kesehatan yang kiranya patut didengarkan dalam dunia sosial.

Jika pendidikan menjadi ajang tawuran, jangan bermimpi pendidikan di negeri ini maju. Boleh saja kita dapat juara di tingkat internasional. tetapi, jika anak sekolah tetap menjadi biang kerok tawuran, bukan tidak mungkin masa depan anak didik kita curam dan gelap.
————————-
*Obrolan siang…………

PA, 26/9/2012
Gordi Afri

Powered by Blogger.