Halloween party ideas 2015

foto oleh  AL-AZHAR PEDULI
“Selamat siang bu, mbak, mas, boleh tanya, rumahnya Mas X di mana ya?”

“O…di situ mas (dua ibu menunjuk ke depan)…masuk lagi lalu ada rumah yang menghadap ke sebelah sini (menunjuk ke arah dirinya). Itu rumahnya.”

“Terima kasih……” Saya melanjutkan ke arah rumah yang ditunjuk itu.

Inilah dialog saya dan beberapa orang di sebuah kompleks pedesaan yang asri di bilangan Utara Yogyakarta. Kompleks itu terletak di daerah Sawahan Kidul, sebelah Utara kota Yogyakarta. Kalau dirangkum, percakapan kami itu menandakan adanya sebuah budaya yang kuat di masyarakat kita yakni KERAMAHAN.

Ramah. Itulah kata yang mudah diucapkan tetapi jarang ditemukan. Kata itu merupakan satu kekayaan budaya bangsa Indonesia. Keramahan mungkin jarang ditemukan di kota besar seperti Jakarta. Warga di perumahan elit, misalnya, tidak begitu ramah dengan para tamu. Hanya ada sebagian pemilik rumah yang ramah ketika tamu bertanya. Ini terjadi karena mereka sudah terbiasa untuk tinggal berlama-lama di dalam rumah. Wong semuanya sudah ada, tak perlu jalan-jalan ke luar lagi. Mereka nyaman dengan segala yang ada di rumah. Tak heran jika interaksi dengan tetangga di dalam kompleks perumahan saja agak jarang.

Saya pernah keluar-masuk kompleks perumahan dan pernah mencari rumah beberapa teman. Kalau mau tahu rumahnya si A, sebaiknya kita bertanya pada petugas keamanan di kompleks perumahan. Merekalah yang tahu nama-nama pemilik rumah. Tetapi kalau sudah masuk dalam kompleks, sudah melewati pintu gerbang, kita akan kesulitan untuk bertanya kepada siapa-siapa. Kalau tekan bel di rumah, paling-paling yang keluar pembantu atau penjaga rumah saja. Kalau kita bertanya, dia tidak bisa menunjukkan rumah yang kita cari. Paling-paling dia bertanya alamatnya, nomor berapa, blok berapa, dan sebagainya. Sedangkan ciri-ciri pemilik rumahnya dia tidak tahu.

Beda sekali dengan warga di daerah pedesaan. Mereka tahu rumah tetangganya. Para tamu yang datang tidak sulit menemukan rumah yang dicari. Bukan hanya tahu, mereka juga dengan ramah mengantar atau menjelaskan kepada tamu. Keramahan inilah yang saya temukan pagi ini tadi. Interaksi antara warga memang perlu dibangun sehingga setiap warga merasa menjadi bagian dari kelompok masyarakat. Tanpa itu, relasi antar mereka kurang erat. Bahkan, boleh jadi roh kecurigaan mulai muncul. Kalau warga tidak saling kenal, kecurigaan itu mudah sekali berkembang.

Saya yakin warga yang saya temui pagi tadi sudah membangun relasi yang baik antara sesama warga. Mereka tidak curiga satu sama lain. Bahkan dengan tamu yang datang juga amat ramah. Tidak ada kecurigaan sama sekali.

Keramahan membuang segala prasangka, mendekatkan relasi yang jauh. Kekuatan keramahan mampu menembus tembok keretakan antar warga dalam sebuah masyarakat. Memang keramahan kadang-kadang juga disalahgunakan. inilah yang terjadi dengan tersangka teroris yang menjadi penjual susu di Bogor beberapa hari lalu. Boleh jadi ini adalah keramahan yang dangkal. Keramahan yang terjadi antara penjual dan pembeli di sebuah pasar. Keramahan yang kuat terjadi antara warga di daerah pedesaan. Keramahan itulah yang membuat masyrakat saling terbuka. Kalau sudah terbuka, relasi antar-warga pun terbangun dengan baik.

Keramahan sebaiknya ditegakkan kembali di negara ini. Bukan karena itu harus diciptakan. tetapi, keramahan sudah menjadi tradisi masyarakat kita. Maraknya teroris yang tak diduga selama ini menjadi peringatan bagi kita bahwa kita tidak saling terbuka. Tiba-tiba saja lelaki yang ramah itu, menjadi tersangka teroris. Sehari-harinya baik. Ini namanya pura-pura baik. Kalau dari awal kita sudah tahu latar belakang seseorang maka, kita dengan mudah membangun relasi dengannya. Keramahan pun dengan sendirinya akan tercipta. Tetapi kalau hanya sebatas keramahan yang dangkal saja, boleh jadi kita akan tertipu oleh tampilan seseorang.

Ini curhat di siang bolong. Sekadar bagi-bagi pengalaman setelah bertemu beberapa warga di daerah Sawahan Kidul, Yogyakarta. Sungguh, keramahan mereka akan saya kenang selalu. Andai orang kota mau, datanglah ke desa ini dan belajarlah bagaimana keramahan mereka. Kalian akan kaget. Tetapi lebih dari kaget kalian akan pulang dengan membawa kekayaan budaya, warisan nenek moyang kita, ke kota Anda. Inilah modal besar untuk merajut persatuan Indonesia. Persatuan mesti mulai dari pranata sosial paling kecil yakni keluarga dan masyarakat.

Selamat siang untuk para pembaca.

PA, 13/9/2012
Gordi Afri


foto oleh  @Doug88888 
Mencintai musuh. Bisakah? Tentu bisa tetapi agak sulit. Kalau sudah jadi musuh maka ia pasti dibenci. Dibenci oleh siapa pun. Manusia membenci sesamanya. Manusia memusuhi sesamanya. Manusia di mana pun tahu musuh mesti dibenci. Manusia juga sadar dan suka membenci musuh. Meskipun musuh itu tak jarang adalah manusia, sesama makhluknya. Salahkah membenci musuh? Yesus kok malah mengajak mencintai musuh?

Menurut Yesus, musuh harus dikasihi. Mengasihi musuh bukan perkara mudah. Mampukah manusia melakukan itu? Kalau sesama manusia pasti bisa saling mencintai. Maka, kalau musuhnya itu adalah sesama manusia boleh jadi manusia bisa mencintainya. Mencintai orang yang baik kepada kita tentu amat mudah. Yang sulit adalah mencintai orang yang berbuat jahat kepada kita. Dan, justru inilah yang mesti dilakukan oleh manusia. Kalau musuh dibenci boleh jadi dia tetap akan menjadi musuh untuk selamanya. Siapa bertahan hidup dalam suasana bermusuhan sepanjang masa? Siapa pun boleh jadi tidak emnginginkannya. Manusia mendambakan perdamaian.

Benci adalah sikap yang mesti dijauhkan. Sulit. Benci itu melekat dalam diri manusia. Untuk menghilangkannya perlu kerja keras. Kalau pun sikap benci sudah hilang, dia bisa muncul lagi ketika ada yang berbuat jahat kepada kita. Api kebencian cepat menyala ketika ada orang yang berbuat jahat. Maka, ajakan untuk berbuat baik kepadanya boleh jadi agak sulit.
Lagi-lagi Yesus kok menyuruh untuk baik-baiklah dengan orang yang membenci kamu. Yang biasa membenci saya biasanya orang-orang di sekitar saya. Kalau mereka saja bisa membenci saya apalagi mereka yang jauh. Bagaimana saya berbuat baik kepada mereka?

Ajakan yang baik tetapi perlu kerja keras. Inilah yang mesti diperjuangkan. Memperjuangkan hal itu seperti berjuang mendapatkan sekotak nasi untuk makan siang. Memperjuangkan itu seperti berjuang mengumpulkan recehan ratusan rupiah yang dijatuhkan dari setiap kaca mobil di lampu merah.

PA, 13/9/2012
Gordi Afri

foto oleh Wahid Ubaidillah
Ketika seorang cewek tersenyum kepada seorang cowok, hati cowok itu berbunga-bunga. Kepada siapakah hatinya mengarah? Kata cowok itu dalam hati. Ah jangan-jangan kepada saya. Atau jangan-jangan dia tersenyum dengan cowok di belakangku. Kalau begitu aku seperti terbawa arus, ikut-ikutan bangga. Padahal bukan aku. Ah…tampaknya ia tersenyum kepadaku.

Ini sedikit model kegalauan hati seorang cowok ketika seorang cewek tersenyum kepadanya. Senyum memang mempunyai kekuatan. Bukan kekuatan fisik. Tetapi, kekuatan yang pengaruhnya terasa sekali. Relasi cowok dan cewek bisa begitu dekat gara-gara dimulai dengan saling lempar senyuman.

Apakah Anda pernah sadar akan kekuatan sebuah senyuman? Saya kadang-kadang senyum sinis. Kadang-kadang juga senyum sungguh-sungguh, tanpa dibuat-buat. Kadang-kadang juga senyum dibuat-buat. Biar tampak ramah. Padahal hatinya dongkol.

Hari ini saya sungguh merasakan kekuatan senyuman. Dan, dengan sadar juga saya tersenyum. Ini hari bahagia bagi saya. Saya berhadapan dengan sekelompok anak muda yang loyo pada siang hari. Mereka memang tampak capek. Entah karena kelelahan atau karena kebosanan. Saya pun siap-siap memberi semangat. Dengan cara apa ya? Tanya saya dalam hati.

Kalau memang mereka sudah bosan bisakah mereka bersemangat lagi? Kalau memang mereka sudah capek bisakah mereka kuat lagi? Pertanyaan ini beserta deretan pertanyaan lainnya muncul dalam hati.

Saya mencoba menyemangati mereka. Dengan tersenyum, saya menyapa mereka. Nada suara dibuat sesemangat mungkin. Alhamdulilah, mereka pun membalas sapaan saya dengan tersenyum dan nada suara yang semangat. Woao…saya berhasil menyemangati mereka. Tanpa ragu, saya memulai perbincangan dengan mereka.

Ini hanya contoh kecil bagaimana dahsyatnya kekuatan sebuah senyuman. Andai setiap orang sadar akan senyumannya, suasana di jalanan, kantor, ruang kelas, rumah sakit, sekolah, dan tempat umum lainnya jadi berubah. Ada keakraban ketika suasana senyum ini disebarluaskan. Ada ucapan, senyuman bisa menambah umur Anda. Maksudnya, dengan tersenyum, Anda akan menambah umur Anda.

Entah ini benar atau tidak, saya hari ini sudah mempraktikkan tersenyum di dpan sekelompok anak muda yang sedang loyo pada tengah hari. Hanya segelintir orang yang sering tersenyum. Penyiar TV, mungkin juga radio, SPG, pramugari, teller bank, sekretaris, penerima telepon, dan beberapa profesi lainnya.

Wahai pembaca tersenyumlah, kelak umur Anda akan bertambah. Salam senyum dari saya.

PA, 14/9/2012
Gordi Afri

Powered by Blogger.