Halloween party ideas 2015

foto oleh Airesh Walkway
Saya mungkin salah mengucapkan kalimat ini. Tetapi saya mau mengucapkannya semata-mata sebagai bentuk dukungan untuk saudari/a Muslim yang mau berpuasa. Ada yang berpuasa mulai hari ini ada juga yang besok. Bagi saya tidak masalah, hari ini atau besok. Intinya sama saja, berpuasa. Saya hanya mengucapkan selamat berpuasa bagi umat Muslim di seluruh Indonesia dan di seluruh dunia. 

Puasa dalam tradisi agama saya menjadi kesempatan khusus, kesempatan berahmat untuk mengubah laku hidup. Tentunya puasa ramadhan bagi umat Muslim yang dilaksanakan sekali setahun menjadi kesempatan istimewa untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan. Setiap umat Muslim tentu mempunyai arti penting atau juga mempunyai niat khusus selama bulan puasa ini.

Saya mendukung kalian semua. Puasa yang adalah satu dari 5 rukun Islam mestinya digunakan dengan sebaik mungkin. Dan saya kira hal ini sudah menjadi darah daging bagi setiap umat Muslim. Semoga dengan bulan puasa ini, rakyat Indonesia semakin aman. Tidak ada lagi pertentangan, tidak ada tawuran, tidak ada tindakan criminal lainnya. Semua ini terjadi jika ada kekompakan di antara rakyat mulai dari lingkungan terkecil.

Saya juga mengharapkan kepada umat yang non-Muslim untuk menghargai saudari/a Muslim yang sedang berpuasa. Dengan demikian kita menjadikan bangsa ini sebagai bangsa yang aman. Keamanan bangsa tercipta dari hal kecil seperti menghargai kegiatan keagamaan umat agama lain. Ini hanya salah satu hal kecil, masih banyak hal kecil lainnya yang perlu diperhatikan.

Ini hanya harapan saya sebagai umat non-Muslim. Seperti bunyi status facebook beberapa teman saya yang menulis selamat berpuasa diakhiri dengan kalimat mohon maaf lahir batin, maka saya juga mengatakan mohon maaf lahir batin kepada umat Muslim semuanya bila tulisan saya ini kurang berkenan.

Selamat berpuasa.

PA, 20/7/2012
Gordi Afri

foto oleh Brisa Estelar
Agama kadang-kadang dituding sebagai pemecah kesatuan masyarakat. Banyak kasus di mana agama menjadi alat untuk melecehkan sesama manusia. Agama pada dirinya sendiri mengajarkan hal-hal yang baik. Karena kalau mengajarkan yang jahat, itu bukan agama, dan hampir pasti tidak ada pengikutnya.

Saya dan seorang saudara tua saya baru saja pulang menghadiri acara di lingkungan tempat tinggalnya. Di sana berkumpul banyak orang dan acaranya berjalan lancar. Saya tidak membicarakan pertemuan ini karena sudah jelas bahwa mereka baik-baik saja. Dan, pertemuan ini juga baik-baik saja.

Saya hanya kagum dengan keluarga sahabat tua saya ini. Keluarga ini terdiri atas banyak agama (lebih dari satu). Maksudnya, anggota keluarganya menganut beberapa agama seperti Islam, Katolik, dan Kristen Protestan. Ibunya beragama Katolik tetapi berasal dari keluarga Muslim. Salah satu kakaknya yang Katolik menikah dengan seorang Kristen Protestan. Jadi, istri kakaknya serta anak-anak mereka beragama Kristen Protestan. Salah satu kakaknya lagi beragama Islam.

Ketika ditanya bagaimana kehidupan mereka dalam keluarga ini, mereka menjawab baik-baik saja. Tidak ada masalah. Kalau ada acara keluarga semua anggota keluarga hadir. Berdoa dengan cara masing-masing. Sedangkan kalau acara adat semuanya menggunakan cara yang sama. Kalau mereka berkumpul, mereka bercengkarama satu sama lain, mengenang masa kecil mereka. Tidak ada yang mempersoalkan agama. Ya..satu keluarga banyak agama tetapi tetap bersatu.

Dari sini bisa disimpulkan bahwa agama bukanlah alat pemecah kesatuan umat. Berbeda agama tidak menjadi hambatan untuk berkumpul bersama dalam satu keluarga.

Di Indonesia perbedaan memang tidak bisa dihindari. Inilah risiko hidup dalam keberagamaan baik agama maupun budaya. Jalan keluarnya adalah menerima perbedaan itu sebagai bagian dari kehidupan bersama dan menjadikannya sebagai alat pemersatu. Tidak mungkin saya menolak perbedaan sebab kehidupan saya diwarnai dengan perbedaan. Dalam perbedaan saya lahir, tumbuh, dan berkembang.

Andai, rakyat di negeri tercinta, Indonesia ini hidup harmonis seperti keluarga sahabat saya ini, negeri ini aman, jauh dari konflik agama, konflik budaya yang akhir-akhir ini mengorbankan masyarakat luas. Kenyamanan masyarakat terganggu gara-gara isu perbedaan ini.

Sahabatku…terima kasih untuk perjumpaan malam ini. Keberagaman memberi warna yang indah dalam hidup bersama.

PA, 24/7/2012
Gordi Afri


Foto oleh Abdul Adzim Ismail
Kompasioners yang ‘bermain’ tengah malam biasanya mendapat banyak untung. Untungnya adalah banyak pembaca yang melihat tulisan mereka. Entah ini diterima atau tidak. Saya baru saja mencoba membuat postingan tulisan pada tengah malam. Dan, hasilnya lumayan banyak pembacanya. Saya hanya coba-coba. Tetapi boleh jadi kompasioners lain mencoba tetapi tidak mendapat hasil seperti saya.

Saya bukan pemain tengah malam. Selama ini saya menulis pada pagi atau malam setelah makan malam. Boleh jadi kesimpulan saya di atas tidak disetujui oleh kompasioners yang bermain tengah malam. Merekalah yang lebih tahu daripada saya.

Kalau banyaknya pembaca dianggaps ebagai keuntungan menulis di kompasiana maka boleh jadi salah satu pilihan posting adalah tengah malam. Tentu ini hanya salah satu. Cara lain ya dengan menulis sebagus mungkin, semenari mungkin, seaktual mungkin, dan sebagainya. Ada juga kompasioners terkenal yang posting kapan saja tulisannya tetap diminati banyak pembaca. Ini diluar kategori kompasioners tengah malam.

Tetapi kalau dilihat dengan cermat, pemain tengah malam di kompasiana ini memang maeraup untung banyak. Beberapa tulisan yang masuk tengah malam menjadi headline atau terekomendasi. Apakah ini sebuah kecenderungan atau tidak, yang jelas postingan tengah malam itu menjadi langganan kolom TER. boleh jadi tulisan ini juga masuk kolom TER. Tetapi bisa juga tidak.

Postingah tengah malam tampaknya menarik. Banyak kompasioners yang bermain tengah malam. Mungkin karena suasana sunyi sehingga ide lancar. Atau juga memang sengaja diposting tengah malam. YAng jelas postingah tengah malam diminati banyak kompasioners. Banyak orang tidur pada jam-jam seperti ini tetapi banyak kompasioners yang belum tidur. Woao….ini sebuah kehebatan, menulis dan membaca pada jam-jam nyenyak.

Saya teringat dulu waktu SMP, belajar malam-malam termasuk melewati tengah malam hanya mau menikmati sunyinya malam. Suasana sunyi memudahkan otak mencerna pengetahuan. PAdahal dari sisi kesehatan ada ruginya juga akrena memotong jam istirahat. Apakah kompasioners yang bermain tengah malam juga menderita kerugian dari sisi kesehatan? Boleh jadi tetapi mereka pasti puas jika tulisannya bagus, menarik dibaca banyak orang, bermanfaat bagi orang lain, dan sebagainya.

Selamat malam

PA, 28/7/2012
Gordi Afri

Powered by Blogger.