Halloween party ideas 2015


foto oleh hanifahonlineshop
Kain batik menjadi tren di Indonesia akhir-akhir ini. Sejak pemerintah Malaysia berencana mengklaim hak cipta batik beberapa tahun lalu, Indonesia gencar mempromosikan batik. Baik untuk masyarakat lokal maupun internasional. Bahkan di Jakarta hari Jumat dijadikan sebagai hari batik. Hari di mana semua masyarakat diwajibkan untuk memakai batik. Mulai dari pekerja kantoran hingga sopir dan kenek bus trans-jakarta.

Batik di Indonesia berasal dari beberapa daerah seperti Solo, Yogyakarta, dan Pekalongan. Tiga daerah ini menjadi kota terkenal sebagai kota perajin batik di Indonesia. Nah, bagaimana membedakan batik Solo, Yogya, dan Pekalongan?

Saya sama sekali tidak tahu tentang hal ini. Bagi saya batik ya batik. Entah dari Yogya, Solo, atau pun Pekalongan. Tak bisa membedakan asal-usul batik dari segi motifnya. Wong saya jarang memakai batik juga. Waktu kecil saya hanya melihat batik yang dijadikan kain untuk menggendong adik-adik saya. Selain itu ada juga kain atau baju batik yang dipakai bapak saya. Bapak saya hobi mengoleksi dan memburu batik bagus. Saya ingat persis, dia hobi membeli baju batik Solo. Dia memang pecinta batik. Cinta produk lokal gitu lhooo.

Tadi siang saya bertemu dengan seorang sahabat yang adalah pengrajin batik. Saya bertanya kepadanya perihal membedakan batik dari ketiga daerah penghasil batik ini. Dia memang pengrajin batik sehingga tahu membedakan motif dari berbagai jenis batik.

Pembedaan pertama yang dia jelaskan adalah soal model batik. Batik Solo dan Pekalongan biasanya dibuat dengan cara cap. Setelah menggambar motif, motif itu dibuat dalam bentuk semacam stempel. Stempel itu lah yang ditancapkan pada kain batik. Dengan ini proses pembuatannya cepat.

Dia juga menunjukkan cara untuk membedakan batik hasil cap dan hasil bukan cap. Bagian pinggirnya terlihat jelas. Ada pembatas yang memisahkan bagian satu dengan lainnya. Beda dengan batik tulis yang bagian pinggirnya rapi.

Batik Yogya dikenal sebagai batik tulis. Batik Yogya dihasilkan dengan menggambar langsung di kain batik. Motifnya asli. Bukan hasil cap. Bagian pinggirnya rapi.

Jangan heran kalau proses pembuatan batik Yogya cukup lama. Harganya juga agak mahal dibanding batik Solo dan Pekalongan. Batik Yogya dijual di tempat-tempat tertentu saja karena harganya mahal. Beda dengan batik Solo dan Pekalongan yang bisa ditemukan di mana-mana.

Pembedaan berikutnya adalah soal motif. Batik Yogya memiliki motif khas seperti gambar manusia atau hewan, burung, dan sebagainya. Batik Pekalongan mempunyai motif pesisir. Ada gambar laut, nelayan, dan sebagainya. Batik Solo hampir berdekatan dengan motif batik Yogya. Ada gambar wayang.

Demikianlah hasil perbincangan yang saya tangkap dari sahabat saya ini. Terima kasih untuk ceritanya. Saya dapat pengetahuan baru. Kalau tidak, saya tidak bisa membedakan batik dari ketiga daerah ini.

PA, 26/9/2012
Gordi Afri


ilustrasi dari google
Banyak orang membedakan orang Katolik dan Kristen Protestan dari model Kitab Suci. Ini mendekati kebenaran. Orang protestan biasanya rajin membaca Kitab Suci. Tak heran jika Kitab Suci mereka agak kotor. Bukan karena berdebu. Tetapi karena sering digunakan. Sebaliknya Kitab Suci orang Katolik tampak dua model. Atau berdebu atau bersih sama sekali. Berdebu karena tidak atau jarang dibuka. Bersih karena jarang dibuka.

Tentu ini hanya perbedaan sepintas saja. Ada juga orang Katolik yang rajin membaca Kitab Suci. Meski mereka tidak memperlihatkan diri kepada yang lain. Demikian juga dengan saudari/a Kristen. Ada juga yang jarang membaca Kitab Suci.

Gereja Katolik Indonesia menjadikan bulan September sebagai bulan Kitab Suci. Maksudnya jelas, supaya orang Katolik memberi perhatian pada Kitab Suci dalam bulan ini. tak heran jikadi lingkungan, ada pertemuan untuk membahas Kitab Suci. Paling tidak dengan membaca lalu merenungkan bersama kemudian berbagi pengalaman (sharing).

Saya menjadikan bulan September setiap tahun sebagai bulan sejarah. Sejarah yang mengubah hidup saya. Saya bukan orang yang rajin membaca Kitab Suci. Tetapi saya sadar akan kemampuan saya. Tidak rajin tetapi tetap memberi pehatian.

Tahun 2011 yang lalu saya membeli Kitab Suci baru. Tepat pada bulan September. Maka, sekarang Kitab Suci yang saya gunakan berumur setahun. Sejak saat itu saya akrab dengan Kitab Suci. Tidak setiap saat tetapi saya membiasakan diri membaca setiap hari. Dengan ini saya mulai tertarik dengan kisah-kisah dalam Kitab Suci. Semoga ini menjadi awal untuk hidup sesuai ima Kristiani. Belajar dari kisah heroik para rasul dalam Kitab Suci.

Buku ini memang tidak untuk dipajang. Tidak dibiarkan berdebu. Buku ini untuk dibuka dan dibaca. Lebih bagus lagi kalau buku ini menjadi bagian dari hidup. Perilaku dan tutur kata mencerminkan perilaku orang-orang tersuci dalam Kitab Suci. Demikian sharing saya di bulan Kitab Suci ini. selamat membaca Kitab Suci.

PA, 25/9/2012
Gordi Afri


Gara-gara Tulisan Ini saya jadi bangga. Bangga lewat tulisan memang sudah biasa. Para penulis hebat sudah sering mengalami ini. Memang mereka menulis bukan untuk membanggakan. Tetapi kalau tulisan itu membuat mereka bangga, tidak ada salahnya.

Lebih bangga lagi karena saya yang menulis. Tulisan itu membuat saya bangga karena satu hal yakni berkenalan dengan banyak orang. Inilah yang terjadi dalam tulisan saya semalam, Perawat Lebih Mulia daripada Dokter (lihat postingan saya sebelumnya).

Sampai siang ini, ada 68 komentar. Saya dan pembaca lainnya ikut menyumbang komentar. Saya berkomentar untuk menanggapi komentar pembaca. Makanya, komentar jadi lebih banyak. Kalau saya tidak tanggap mungkin komentarnya tidak mencapai itu. Dengan saya berkomentar, pembaca pun membuat komentar balasan juga. Jadilah banyak komentar.

Saya tidak menyinggung terlalu banyak soal komentar ini. Yang menarik perhatian saya adalah tulisan saya itu, termasuk komentarnya, dikomentari oleh pakar-pakar handal dalam bidangnya. Saya menyebut dokter dan perawat dalam tulisan itu. Dalam komentar, muncullah perawat, Titin Rahmawati, dan juga dokter atau mungkin petugas medis lainnya seperti, Dokter Posma Siahaan, Mbak VennyVirdastryn, Indah Lestari.

Mereka ini saya anggap sebagai orang yang pakar dalam bidangnya. Komentar mereka pun membuat saya sebagai penulis artikel dan pembaca lainnya tercerahkan. Mereka berbicara dari fakta yang mereka alami. Ada juga beberapa komentator lain yang mencoba membeberkan fakta yang mereka alami di lapangan. Pengalaman bersinggungan, bertemu, berkonsultasi dengan tenaga perawat dan dokter pun terkuak. Inilah indahnya profesi yang membuat manusia merasa dekat, pasien dekat dengan dokter atau perawat yang membantu proses penyembuhan.

Saya bangga karena orang-orang pakar ini membaca tulisan saya. Saya ini orang biasa dan awam dalam bidang medis. Saya bangga orang pakar dalam bidang medis ikut memberi perhatian dan berbagi ilmu dengan saya dan pembaca lainnya lewat tulisan itu.

Terima kasih untuk teman-teman kompasioners yang sudah emmberi komentar pada tulisan saya semalam. Salam hangat untuk semuanya.

-------------------------------------
*dari postingan saya di kompasiana

PA, 9/9/2012

Gordi Afri
Powered by Blogger.