Halloween party ideas 2015

Melahap 400-an Halaman dalam 1 Minggu


Ada apa ini judul tulisan pake jumlah halaman? Sengaja ditulis demikian. Memang isi tulisan ini membicarakan tentang halaman buku. Buku apakah yang dimasudkan itu?

Begini ceritanya. Saya ini kan rajin membaca. Membaca koran, majalah, dan buku. Saya juga sering mendapat cerita motivasi dari orang lain tentang menariknya kegiatan membaca. Memang saya selalu tertarik untuk membaca. Tema apa pun asal diulas dengan menarik saya akan membacanya.

Beberapa hari belakangan saya sedang membaca buku Perang Eropa jilid 2 dan 3. Buku PE jilid 1 sudah saya baca di Jakarta. Di Yogya ini saya melanjutkan membaca PE 2 dan 3 juga Perang Pasifik. Semuanya ditulis oleh PK Ojong, salah satu pendiri Kompas-Gramedia.

Dengan gaya jurnalistiknya, Ojong menulis dengan menarik. Ceritanya menarik untuk dibaca bersambung. Lantas jumlah 400-an halaman pun selesai dalam 1 minggu. Di Jakarta saya pernah membaca 1 hari sebanyak 200 halaman. Tetapi leher saya jadi sakit sedikit. Gara-gara menunduk terlalu lama. Dari situlah bermula saya tertarik membaca buku PE ini. Tetapi kemudian saya membuat ukuran sendiri. Membaca maksimal 100 halaman sehari. Kadang-kadang kurang seidikit. Saya menargetkan minimal kalau sibuk 50-an halaman sehari.

Buku PE jilid 1 dan 2 saya selesaikan masing-masing 1 minggu. Mulai kemarin saya membaca buku Perang Pasifik. Mudah-mudahan selesai dalam 1 minggu. Mengingat bukunya juga harus segera dikembalikan. Beginilah model membaca buku pinjaman dari orang lain atau dari perpustakaan. Jangka waktu peminjamannya terbatas.

Demikian sedikit sharing saya selama membaca buku Perang Eropa beberapa hari belakangan. Semoga ini menjadi isnpirasi bagi pembaca semuanya untuk giat membaca. Selamat membaca.
----------------------
PA, 7/11/12
GA


Perang eropa menjadi sebuah ajang menguji kekuatan senjata antara Sekutu (Amerika-Inggris) dan Jerman. Sekutu masih dilengkapi dnegan beberapa negara sahabat lainnya seperti Polandia. Sedangkan Jerman berharap pada Italia. 

Adu kekuatan senjata tak terhindarkan dalam perang Eropa ini. Yang uniknya adalah bagaimana kinerja para perancang dan ahli senjata memacu penemuan baru. Mereka ini memikirkan bagaimana menciptakan senjata model baru yang mampu menangkis atau menaklukkan senjata lawan.

Perkembangan teknologi senjata saat itu amat pesat. Ada senjata yang khusus menghalau senjata lawan. Ada yang menangkis serangan dari udara. Pokoknya macam-macam.

Boleh jadi tanpa perang teknologi senjata tidak maju. Senjata memang digunakan untuk perang. Tanpa perang senjata hanya menjadi hiasan belaka. Tetapi tahukah kita bahwa senjata yang diciptakan itu membunuh sejumlah besar manusia? Untuk apa menciptakan senjata jika manusia justru bernafsu untuk membunuh sesamanya?

Inilah salah dan kurang bijaksananya manusia modern. Menciptakan barang canggih yang justru memakan nyawa manusia. Di mana moral manusia beraksi? Aksi bobrok dalam peperangan hanya ambisi sesaat yang menanam penderitaan berkepanjangan di muka bumi ini.

Ini obrolan sambil membaca buku PERANG EROPA jilid II dan III­ karangan PK Ojong.

PA, 4/11/12
GA

foto dari mycamerajournal.wordpress.com

Gambar kamu gak ada yah....

Demikian komentar seorang teman saat melihat album foto di facebook saya. Di situ ada puluhan foto. Foto-foto itu saya potret. Hasil potret itulah yang saya jadikan beberapa album. Di salah satu album sama sekali tidak ada gambar/foto saya. Benar saja pertanyaan teman saya ini. Rupanya dia jeli sekali memeriksa gambar itu satu per satu. 

Memang beginilah situasinya jika menjadi fotografer. Dulu di Jakarta saya mengagumi fotografer karena karya mereka. Sekarang saya menajdi fotografer amatir. Kini saya tahu satu hal unik sang fotografer adalah kurangnya publikasi gambar dirinya. Wong dia yang ambil foto?

Lihat saja fotografer-jurnalis. Jarang muncul gambar muka mereka di koran. Tetapi karya mereka selalu emngagumi pembaca.

Fotografer itu mirip Yohanes Pembaptis. Dia ini membiarkan Yesus semakin besar dan dia semakin kecil. Fotografer membiarkan karya mereka muncul dan menjauhkan potret diri mereka. Foto karya mereka dikagumi orang padahal dirinya belum tentu kagum pada fotografer. Tetapi yahhh beginilah prinsip kerja sang fotografer.

PA, 1/11/12
Gordi Afri
Powered by Blogger.