Halloween party ideas 2015

ilustrasi dari caksandi.com
Satu langkah menuju keberhasilan adalah berani berbicara benar. Berbicara benar maksudnya berbicara dengan benar dan berdasarkan kebenaran. Kalau bicaranya benar (cara penyampaian) tetapi isinya tidak benar, itu bukan berbicara benar yang dimaksud. Jadi, baik cara penyampaian maupun isinya benar.

Siapakah tokoh yang berbicara benar yang diidealkan di atas? Apakah politikus kita berbicara benar? Boleh jadi ada politikus yang berbicara tidak benar. Dan, sebaliknya. Janji-janji saat kampanye pemilihan pejabat bukan termasuk berbicara benar. Karena, yang disampaikan di situ adalah janji. Janji meskipun berdasarkan pada bukti lapangan tetaplah janji. Janji adalah masa depan. Bukan masa sekarang.

Dahlan Iskan beberapa waktu lalu menyampaikan berita bahwa beberapa BUMN menjadi sapi perah sejumlah anggota DPR. Apakah dia berbicara benar? Belum tentu. Tetapi sebagai langkah awal, keberanian berbicara benar patut diapresiasi. Tidak banyak pejabat yang berani mengatakan apa yang sebenarnya. Dalam artian, kalau memang ada yang tidak beres mesti diungkapkan bukan didiamkan saja karena tidak mau repot.

Meskipun kebenaran isu yang dilontarkan Dahlan belum sepenuhnya benar (karena masih diselidiki lebih lanjut), keberaniannya berbicara menjadi rambu bahwa masih ada pejabat publik tidak tinggal diam dengan kasus yang merugikan negara. Maka, marilah kita berlatih berbicara benar dan dengan berani. Jangan takut karena apa yang akan disampaikan itu adalah benar menurut keyakinan kita. Semoga keyakinan kita juga tidak merugikan kepentingan rakyat banyak.
Obrolan malam

—————–
PA, 6/11/12
GA

ilustrasi dari yogyakarta.panduanwisata.id
Hari ini saya sempat ke toko buku Toga Mas. Kebetulan letaknya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal saya jika dibandingkan dengan toko buku Gramedia. Saya tidak punya tujuan lain selain melihat-lihat saja. Mau beli buku belum pas waktunya. Masih banyak buku di lemari buku yang harus dibaca. Maka, saya ke toko buku bukan untuk membeli buku.

Dengan melihat-lihat mata saya serasa dibersihkan. Daripada diam di rumah menyelesaikan pekerjaan lebih baik sesekali keluar dan cuci mata. Mata tidak akan bosa melihat pemandangan yang berbeda. Maka, kunjungan saya hari ini tetap berguna.

Dengan melihat-lihat juga saya berjumpa banyak orang. Ada anak muda ada juga orang tua. Anak-anak tidak ada. Memang anak-anak sedang di sekolah. Wah ternyata banyak juga yah pengunjung toko buku ini. Ada yang datang dan mengambil banyak buku. Lalu, memasukan ke keranjang belanja. Ada pula yang seperti saya sekadar melihat-lihat saja.

Dengan melihat tanpa membeli saya mendapat banyak informasi. Paling tidak beragam jenis buku beserta informasi di dalamnya. Bisa dipandang sekilas. Untuk buku yang menarik, saya sempatkan mengambil salah satu yang sudah dibuka. Saya membaca sambil duduk-duduk di bangku. Suasananya nyaman dan sejuk untuk membaca. Banyak juga teman lain yang datang dan duduk bersama.

Ternyata tak perlu membawa uang banyak ke toko buku. Kecuali kalau memang mau membeli buku. Ini kunjungan kedua saya ke toko ini. Pada awalnya tempo hari saya datang untuk membeli beberapa buku. Tetapi kali ini saya datang hanya untuk melihat-lihat saja. Lumayan dapat informasi baru dan mata saya juga melihat pemandangan baru. Tidak bosan. Jadi berkunjunglah ke toko buku dan dapatkan informasi baru. Tanpa harus membawa uang banyak untuk membeli buku.
——————–
PA, 7/12/2012
GA

*Tulisan ini pernah dimuat di blog kompasiana kolom EDUKASI pada 07November 2012 

foto dari theguardian.com
Barack Obama kini terpilih menjadi presiden Amerika Serikat. Ini kali kedua kemenangannya. Di tengah berbagai protes terhada kebijakannya, Obama tetap menjadi pilihan bagi warga Amerika Serikat. 

Saya tertarik melihat kiprah Obama dalam kemenangan keduanya ini. Dalam pidato kemenangannya, dia mengusung semangat kesatuan. Dia mengajak warga untuk bersatu. Obama mengatakan salah satu keistimewaan bangsa Amerika adalah keberagamannya. Maka, dia mengajak warganya untuk bersatu.

Pesan ini mestinya muncul juga di Indonesia yang juga beragam. Kalau kita melihat para pendiri bangsa (termasuk Soekarno-Hatta) ini sudah mendengungkan soal persatuan pada awal berdirinya bangsa ini. Sekarang tampaknya tidak bergema. Semboyan bhineka tunggal ika hanya tinggal nama. Tidak ada relevansi konkret.

Di berbagai belahan daerah di Indonesia, masyarakatnya semakin angkuh, mementingkan kelompoknya sendiri, daerahnya sendiri. Di sana-sini ada warga dari suku lain tetapi hanya ditempelkan atas nama keberagaman. Mereka diterima karena terpaksa kemudian mereka juga akann diusir. Mereka yangd atang ke tempat baru tidak dihargai. Muncul usulan agar kembali ke daerah asal.

Tidak adakah pemimpin Indonesia yang menyerukan persatuan? Ataukah harus kita panggil Obama untuk menyerukan pesan serupa di negeri kita tercinta ini? Toh, Obama juga pernah tinggal di Indonesia. Kita panggil saja dan berpidato sebentar agar rakyat negeri ini mendengar pesan itu.

Banyak pemimpin di sini menyerukan persatuan. Mereka adalah kelompok yang sadar akan keberagaman negeri ini. Negeri ini memang indah dan unik dengan hadirnya keberagaman itu. Di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta ada miniatur Indonesia. Konon, seorang teman dari luar negeri sungguh menikmati miniatur ini. Ia pun memuji keberagaman bangsa kita ini. Dari Sabang sampai Merauke.

Tetapi itu hanya miniatur. Ibarat gugusan pulau yang indah. Kalau penghuni pulau itu datang dari keragaman dan bisa hidup dalam keragaman, itu baru namanya indah dan unik. Kalau tidak, keindahan dan keunikan itu hanya dambaan semu.

Pertikaian di berbagai wilayah negeri ini merobek selimut kebersatuan bangsa ini. Jika Obama sebagai pemimpin baru (karena baru saja menang) mampu membangun semangat warga untuk bersatu, kapankah pemimpin bangsa kita bangkit dari tidur kenyamanannya disertai selimut tak peduli keragaman? Kalaupun dia bangkit ada yang hanya sebatas wacana. Setelah itu diam. Tidak ada tindakan konkret. Warga di daerah perbatasan menderita karena bantuan dari pusat tidak menyejahterakan mereka, tetapi tak banyak kaum bangsawan yang peduli.

Muncul segelintir orang yang mau merajut kembali kesatuan ragam itu tetapi tidak didukung sepenuhnya oleh banyak orang. Indonesia namamu indah seperti juga Amerika Serikat tetapi wargamu tidak semerdeka warga Amerika. Kapankah muncul “Obama” di Indonesia? Atau haruskah Obama yang sebenarnya datang lagi dan menyampaikan pidato kesatuan dalam keragaman di negeri ini?

PA, 8/11/12
GA


Powered by Blogger.