Halloween party ideas 2015

foto oleh Horatiu C
Salah paham itu biasa dalam berkomunikasi. Kalau disadari itu tidak masalah tinggal dimaafkan saja atau diperjelas. Tetapi, kalau langsung ditanggapi boleh jadi terjadi keributan terutama kalau hal itu merugikan lawan bicara. Bisa juga terjadi salah sasaran alias tidak tercapai maksudnya.

Lihatlah model komunikasi di bawah ini.

X: Y..kamu ol dari mana???
Y: Saya dari hp,,,kamu ???
X: Saya ol dari komputer. Maksud saya kamu ol dari rumah atw warnet??
Y: Lohh,,,kalau ol dari hp ya dimana aja bisa dunk……saya di rumah…….
X: Karena bisa di mana2 makanya ditanya….kan bisa z dr kmar mandi

Komunikasi biasa tetapi menjadi luar biasa karena membingungkan kedua komunikastor. Letak kesalahannya pada kata “dari”. Dari menunjuk pada tempat, di juga menunjuk pada tempat. Keduanya sama. Maka jawabannya juga benar. Dari mana? Dari hp. Dari rumah. Dari warnet. Benar semuanya.

Jika ada pertanyaan lanjutan untuk memperjelas maksudnya maka kesalahpahaman bisa diatasi. Maksud kamu bagaimana? Nah….baru ada penjelasannya…dari rumah atau warnet. Atau si penanya melanjutkan penjelasan dari pertanyaannya tanpa menunggu jawaban lawan bicara.

Banyak keributan terjadi karena kesalahpahaman. Andai semua pihak bisa sabar keributan tidak terjadi. Namun, hal ini tidak mudah. Manusia kadang-kadang maen serobot, tidak mau sabar, mau instan. Keberhasilan membangun komunikasi justru tercapai jika ada sikap sabar antara kedua belah pihak.

Komunikasi adalah hal mudah namun menjadi tidak mudah jika tidak dikomunikasikan dengan baik. Salah sasaran bisa menyulut emosi lawan bicara. Jadi, jadilah komunikator yang baik.

PA, 15/7/2012
Gordi Afri


foto oleh smktelkomdu
Sekolah itu mahal. Maksudnya agar bisa mengenyam pendidikan di sekolah kita mesti membayar mahal. Mulai dari hal fisik saja. Harga baju seragam sekolah yang mencapai ratusan ribu rupiah. Harga ini boleh jadi tidak ada artinya. Tetapi menjadi berarti ketika orang tua mencarinya dengan meminjam sana-sini. 

Banyak orang mencibir mutu pendidikan di negeri ini. Tetapi tidak banyak yang tahu bahwa pendidikan di negeri ini amat mahal. Hari ini tahun ajaran baru dimulai. Beruntunglah mereka yang mulai sekolah. Masih ada teman-teman mereka yang terpaksa tinggal di rumah dan membantu orang tua. Mereka tidak bisa sekolah. Ada juga yang sedang mencari kerja dengan modal ijazah seadanya.

Jika pendidikan mahal itu artinya sekolah di negeri ini hanya untuk orang kaya. Orang yang berduit. Orang miskin dilarang sekolah. Sekolah tidak beda dengan mal-mal di kota besar yang menjual barang dengan harga tinggi. Di situ orang miskin dilarang masuk. Bahkan pengemis pun dilarang masuk.

Di sisi lain banyak orang mendukung pemerintah menyukseskan wajib belajar 9 tahun bahkan ada yang merencanakan 12 tahun. Ada juga yang berhasil menggratiskan biaya pendidikan dasar dan menengah. Tuntutan wajib belajar 9 tahun terbentur dengan keadaan ekonomi masyarakat. Gratisan sekolah tidak merata di negeri ini. Ada daerah yang sukses menggratiskannya ada juga yang tidak.

Ya…lagi-lagi masyarakat dikotak-kotakkan. Satu yang tetap yakni orang miskin dilarang sekolah. Kita berharap pada pemerintah untuk memperbaiki situasi ini. Namun jalan ke sana masih panjang. Masih banyak perbaikan sana-sini. Gedung sekolah sebagai sarana penunjang saja belum maksimal. Di jakarta diberitakan masih ada gedung SD yang ambruk. Di pelosok tanah air anak-anak SD belum bisa bermain internet. Beda dengan anak-anak di Jakarta yang sejak kecil sudah diperkenalkan dengan internet. Lagi-lagi anak-anak di pelosok sulit mengaskses informasi dari dunia maya.

Pemerintah meratakan semua penilaian dengan ujian nasional. Ya…mereka yang masuk kelas hari ini akan melewati pemerataan ini jika kebijakan pemerintah belum berubah. Tak kenal situasi sudah bisa berinternet atau belum, punya akses informasi atau tidak, membayar mahal atau tidak, berkorban demi sekolah atau tidak. Tidak peduli. Semua siswa seluruh tanah air akan melewati ujian nasional.

Semoga semua rakyat bisa menikmati pendidikan di negeri ini. Jika ada yang ebrbaik hati dan mau membantu, tolonglah masyarakat yang masih sulit menyekolahkan anaknya. Kasihan kalau anak orang miskin dilarang sekolah. Sudah miskin harta, miskin ilmu lagi….

PA, 16/7/2012
Gordi Afri


foto oleh Lentera Merah
Orang Jogya (paling) sabar di jalanan. Apa benar? tidak ada penelitian tentang itu. Boleh jadi memang tak perlu karena tidak mendesak meneliti kesabaran pengguna jalan. Maka, kesabaran yang saya maksudkan hanyalah sebatas kesan.

Baru beberapa hari di kota gudeg ini. Baru beberapa jalanan yang dilintas. Belum bisa dan belum sempat keliling kota yang menurut beberapa teman cukup dengan mengikuti empat ring road (jalan lingkar luar). RR Utara-Barat-Selatan-dan Timur. Empat ruas jalan ini menjadi semacam batas luar kota Yogyakarta. Tentu di luar itu tetap dinamakan Yogya. Empat ruas itu hanya sebatas pembatas yang kiranya memudahkan pendatang untuk memetakan kota ini.

Kembali ke topik tentang sabar di jalanan. Di Jakarta, kota sebelumnya saya tinggal/kuliah banyak ditemukan orang sabar di jalanan. Mereka yang selamat dan tidak terserempet metro mini atau berbentur sang raja jalanan alias bajai adalah kelompok orang sabar di jalanan Jakarta. Betapa tidak setiap pengendara, di Jakarta, ingin menjadi nomor satu, ingin menjadi terdepan. Jika tidak konsekuensinya besar. Terlambat ke kantor, terlambat ke kelas, terlambat ke ruang pertemuan, terlambat menjumpai klien bisnis, terlambat kencan, dan sebagainya.

Di tengah perjuangan menjadi nomor satu itu pengendara mesti berhati-hati. Lebih tepatnya bersabar. Kalau tidak tabrakan, benturan, senggolan tidak bisa dihindari. Kebanyakan pengendara tidak mau mengalah. Padahal mengalah untuk menang itu amat mulia, mengalah untuk menang itu bisa selamat (dalam perjalanan). Kesabaran untuk mendahulukan yang lain itu sebuah sikap rendah hati. Namun, ngomong-ngomong tentang semuanya itu sudah basi di jalanan Jakarta. Toh, roh “menjadi nomor satu” sudah merasuki pengguna jalan.

Jakarta memang banyak orang yang (dipaksa) sabar tetapi lebih banyak orang tidak sabar.

Di Yogya ceritanya lain. Ini kesan sepintas setelah beberapa kali melewati jalanan besar dan ramai di Yogya seperti ring road utara dan timur, jalan monjali, jalanan sekitar terminal Jombor, jalanan Gejayan/Affandi, dan sebagainya. Di beberapa perempatan dan pertigaan jalan, pengendara tidak kebut-kebutan seperti di jalanan Jakarta. Begitu lampu hijau menyala pengendara melaju dengan tertib. Begitu lampu merah menyala pengendara berhenti dengan tertib. Tidak melanggar rambu penyeberangan. Di pertigaan jalan kalau mau belok sebagian besar pengendara berlomba untuk berhenti atau mengurangi kecepatan kendaraannya. Tidak ada yang ribut dengan menyembunyikan klakson seolah-olah kalau mau belok kita melanggar sehingga harus diperingatkan dengan klakson.

Mungkin memang karakter orang Yogya dan orang yang tinggal di Yogya kental dengan tradisi sabar sehingga hal ini menjadi sebuah kekhasan di jalanan Yogyakarta. Atau boleh jadi juga karena kendaraan di Yogya tidak sebanyak di JAkarta, atau juga karena jalanan di sini tidak seramai jalanan di JAkarta. Boleh jadi semua kemungkinan ini benar adanya. Yang jelas berkendara di Yogya itu nyaman karena pengendaranya sudah memiliki kebiasaan untuk sabar.

Saya kira semua orang memerlukan dan wajib menanamkan sikap SABAR dalam perilakunya. Kehidupan bersama mesti dilandasi oleh sikap SABAR di samping nilai universal lainnya. Ya..tak perlu lah menjadi orang nomor satu. Sabar dengan diri sendiri saja sudah menjadi sebuah kebiasaan yang baik. Dari sendiri kesabaran itu pelan-pelan akan menyebar ke orang lain. Saya sabar di jalan maka yang lain ikut sabar. Saya sabar untuk antri di loket kereta api maka yang lain akan sabar. Sebaliknya jika saya tidak mau sabar dan ceroboh maka yang lain dengan mudah mengikuti saya ikut ceroboh.

Terima kasih untuk kebiasaan baik dari pengendara kota Yogya. Semoga virus sabar ini cepat menyebar ke seluruh tubuh pengendara jalan di Jakarta, di Yogya, di Medan, di Maluku, di Manado, di mana saja di seluruh penjuru tanah air. Dengan itu, diharapkan angka kecelakaan di jalanan menurun.

Selamat sore dan salam SABAR.

PA, 19/7/2012
Gordi Afri


Powered by Blogger.