Halloween party ideas 2015

foto oleh PNPM Support
Musim lebaran setiap tahun selalu ramai. Ada yang menarik perhatian saya. Bukan hal baru kalau semua penduduk di kota besar akan mudik, kembali ke desa, ke kampung halaman. Rumah mewah ditinggalkan begitu saja. kadang-kadang dipercayakan kepada petugas satuan pengamanan perumahan. Kadang-kadang ditinggal tanpa penghuni. 

Di Yogyakarta diberitakan bahwa pengunjung dari luar kota membludak. Beberapa tempat wisata di area Yogyakarta seperti Parang Tritis, Museum Merapi, Ambarukmo Plaza, Malioboro, Keraton, Merapi, Ganjuran, dan beberapa tempat menarik lainnya menjadi favorit pengunjung. Banyak orang luar kota masuk kota Yogyakarta. Pada saat yang sama, tak sedikit jumlah warga Yogyakarta yang mudik ke luar kota.

Yang paling jelas adalah penghuni kos yang adalah warga luar kota. Mereka mudik ke rumah masing-masing atau ikut teman ke desa. Ada juga penghuni perumahan yang mudik ke desa. Rumah baik kosan maupun rumah pribadi ditinggal begitu saja. Ada beberapa yang dikontrol penjaga tetapi ada yang sama sekali tidak.

Saya beberapa hari ini sering keliling kompleks sekadar jalan-jalan dengan sepeda motor. Di beberapa rumah saya melihat lampu teras dan lampu taman menyala pada siang dan sore hari. Otomatis malam menyala. LAmpu-lampu ini sengaja dibiarkan menyala dengan maksud pada malam harinya tampak terang. Siapa pun boleh tahu bahwa pemilik rumahnya sedang mudik dan rumah itu kosong. Tetapi untuk orang baru boleh jadi tidak tahu kalau rumah itu kosong. Dikira ada orang karena pada malam hari lampunya menyala.

Beruntunglah ada lampu-lampu ini yang menyinari gelapnya kompleks perumahan. LAmpu-lampu ini juga menjadi penjaga rumah selama penghuninya mudik. Bayangkan kalau tidak ada lampu, boleh jadi pencuri meraja lela. Termasuk aksi para tikus yang mengais rejeki dari sisa makanan yang ada di lemari. Lampu-lamnpu itu dibiarkan menyala lebih dari 24 jam, sepanjang perjalanan penghuninya.

Apakah ini sebuah pemborosan? Jika dihitung boleh jadi YA. Ini pemborosan. Tetapi kalau dihitung-hitung lagi mungkin TIDAK. Pemakaian listrik selama penghuninya mudik berkurang sehingga tidak terjadi pemborosan yang besar. Tetapi tidak apa-apa. Lebih baik ada terang dan rumah aman daripada dibiarkan gelap dan peluang pencuri besar. Tidak rugi bayar biaya listrik daripada bayar kerugian akibat kemasukan maling.

Selamat lebaran dan bermudik ria. Semoga selamat sampai tujuan dan tiba kembali dengan semangat baru.

PA, 20/8/2012
Gordi Afri



foto oleh pkksabah
Beberapa hari belakangan komputerku macet total. Kadang-kadang bisa browsing hanya 10 menit pertama. Setelahnya macet dan tidak mau jalan lagi. Kecewa tentu saja. Saya pun tidak bisa memuat tulisan baru di blog ini. 

Saya mencoba membuka Dashboardnya. Di dalam tampak debu tebal. Tiga kipasnya dipenuhi debu. Sudah pasti perputarannya kurang efektif. Saya membersihkan semuanya sebelum dipasang kembali. Setelah dipasang, komputer itu masih macet. Belum ada kemajuan berarti. Sia-sia usaha saya.

Sya mencoba cara lain lagi. Modal nekat saja. Saya sebenarnya tidak tahu penyebab komputer ini macet. Saya membuat scan secara keseluruhan. Lumayan lama. Hampir satu jam. Antivirus lokal, SMADAV digerakkan. Dia bekerja cepat, menyusuri semua dokumen file dan folder di komputer. Setelahnya komputer dimatikan. Beberapa jam kemudian, saya buka dan browsing (daya jelajahnya) cepat. Tulisan ini pun dibuat karena komputer sudah lancar. KAlau tidak saya hanya diam saja. Membaca tulisan teman tidak bisa, masuk ke akun pribadi tidak bisa, membuat tulsian tidak bisa. Kekalahan terbesar dalam menulis adalah ketika sarana pendukungnya macet.

Dari pengalaman ini saya menarik kesimpulan bahwa komputer yang kotor dan mungkin terganggu virus bisa menjadi penyebab macetnya cara kerja komputer. Saya tidak tahu mana yang jadi penyebab antara komputer kotor atau file yang belum discan. Tetapi saya menduga penyebabnya adalah keduanya sebab saya sudah memperbaiki keduanya dan buktinya komputerku lancar kembali.

Sekadar himbauan, kalau boleh, cek komputer Anda secara teratur. Debu dalam dashboard komputer menjadi pemicu lambatnya cara kerja komputer. Begitu juga dengan file yang belum discan. Jangan lupa mengontrol kondisi monitor, siapa tahu, bagian dalamnya terisi debu, yang membuat kinerja komputer lambat.

Sekadar bagi-bagi pengalaman. Salam kompasiana.

PA, 21/8/2012
Gordi Afri

foto oleh  Gallery TNP2K
Bahasa termasuk bahasa Indonesia adalah alat komunikasi yang paling ampuh. Tanpa bahasa manusia tidak berarti. Modal utama dalam komunikasi adalah bahasa. Bahasa Indonesia menjadi salah satu modal utama perekat bangsa Indonesia. 


Coba bayangkan, luas negara Indonesia yang diperkirakan 1.919.440 km2, dan merupakan negara dengan luas terbesar ke-15 di dunia (data dari http://truesize.blogspot.com). Dalam lagu diringkas menjadi “Dari Sabang sampai Merauke”. Dari Sabang, kota di ujung Barat sampai Merauke, kota di ujung Timur. Bahasa Indonesia menjadi jembatan untuk menghubungkan manusia Indonesia dari berbagai pulau. Dalam hal ini bahasa Indonesia sangat berjasa.

Di tengah gempuran berbagai bahasa daerah dan bahasa asing, bahasa Indonesia tetap menjadi sarana komunikasi yang paling ampuh. Di Flores, NTT, tempat saya mengenyam pendidikan dasar dan menengah, Bahasa Indonesia sangat berjasa. Di sekolah, kami dibiasakan menggunakan bahasa Indonesia. Untuk komunikasi lisan kami menggunakan bahasa ibu, bahasa daerah. Sedangkan untuk bahasa tulis wajib menggunakan bahasa nasional. Mau tidak mau dan harus berusaha. Buku pelajaran semuanya ditulis dalam bahasa Indonesia. Saya dengan susah payah mempelajari bahasa ini mengingat di rumah dan lingkungan, saya menggunakan bahasa daerah.

Memasuki usia sekolah menengah, saya sempat khawatir, bagaimana saya bisa memahami bahasa Indonesia dari teman-teman. Saya pun giat mempelajari bahasa ini. Komunikasi lisan dengan bahasa Indonesia mulai aktif ketika SMP. Kebetulan ada beberapa teman yang pindah dari kota kabupaten dan mereka menggunakan bahasa Indonesia dalam pergaulan sehari-hari. Saya pun sering berkomunikasi dengan teman-teman ini dengan tujuan bahasa Indonesia saja lancar.

Di SMU, saya sudah tidak khawatir lagi karena bahasa Indonesia saya sudah bagus. Bahasa lisan, yang tidak sesuai dengan standar baku, juga sudah lancar. Bahasa tulis sesuai standar baku sudah bagus. Dengan bahasa Indonesia dalam dua ragam (lisan dan tulisan) ini saya bisa menikuti pelajaran dan bergaul dengan teman-teman siswa.

Ketika selesai SMA dan keluar dari Flores, penggunaan bahasa Indonesia ini semakin sering. Keluar dari Flores dan memasuki daerah NTB, Lombok, saya berkomunikasi dengan teman-teman dari Lombok. Beda bahasa daerah, beda suku, beda kebiasaan, di dalam kapal laut jadi satu. Kami berinteraksi dengan bahasa Indonesia. Saya bayangkan kalau saya belum bisa berbahasa Indonesia, saya hanya diam saja di dalam kapal itu. Tetapi nenek moyang bangsa ini sudah memikirkan semuanya supaya kami anak cucunya bisa berinteraksi satu sama lain dengan mewarisi bahasa Indonesia.

Berjalan lagi hingga tiba di Bali, saya berbincang-bincang dengan teman di Bali. Kami bisa berinteraksi karena bisa berbahasa Indonesia. Tentu kami berbahsa sesuai kebiasaan kami. Tak jarang beberapa kalimat harus diperjelas. Ini terjadi karena keterbatasan kami mencari kata yang tepat dan juga karena sering mencampuradukkan kata bahasa Indonesia dengan bahasa daerah. Tetapi ini kekurangan kecil karena kami toh pada akhirnya bisa memahami pembicaraan satu sama lain.

Berjalan lagi dan tiba di Pulau Jawa, mulai dari kota Yogyakarta hingga Jakarta. Saya bertemu banyak orang, Jawa dan luar Jawa. Bertemu orang Toraja, Sulawesi Selatan, orang Menado, orang Medan, Batak, Palembang, Kalimantan, Irian, Timor, Padang, Maluku, dan beberapa daerah lainnya. Kami bisa berkomunikasi satu sama lain.

Saya merasa bangga mempunyai bahasa Indonesia. Saya merasakan betul, kekuatan bahasa Indonesia sebagai perekat kesatuan bangsa dan jembatan berkomunikasi. Andai saya tidak bisa berbahasa Indonesia, alangkah sedihnya hati ini karena tidak bisa berkomunikasi dengan teman-teman dari daerah lain.

Dengan bahasa Indonesia saya mengenal berbagai budaya bangsa ini. Berbincang-bincang dengan orang Sulawesi, membicarakan tentang budaya Toraja. Saya jadi tahu betapa uniknya budaya pesta adat orang Toraja yang mengorbankan lebih dari seekor kerbau. Satu kali upacara adat memerlukan 5-6 ekor kerbau. Ini hanya contoh bagaimana kekuatan bahasa Indonesia dalam merekat persatuan bangsa.

Saya bangga mempunyai bahasa Indonesia. Di Yogyakarta, saya bergaul dengan orang-orang Jawa. Banyak di antara mereka yang fasih berbahasa Jawa. Mula-mula saya canggung berkomuniaksi dengan mereka. Betapa kurang enak, hanya mereka sendiri yang memahami pembicaraan itu. Tetapi lama-lama saya mencoba menyapa dngan bahasa nasional, bahasa Indonesia, mereka pun sadar dan mulai menggunakan bahasa Indonesia. Ini cerita kaum muda.

Kaum tua juga punya cerita unik. Saya pernah tinggal di daerah Boro, Kulonprogo. Di sana banyak orang menggunakan bahasa Jawa. Kata mereka, kalau mau belajar bahasa Jawa, datanglah ke sini. Memang benar, beberapa orang asing datang ke sana untuk belajar bahasa Jawa. Saya pun sempat memepelajari belasan kata bahasa Jawa bersama masyarakat di sana.

Saya berjalan keliling kompleks dan bertemu kakek dan nenek yang pulang dari kebun, juga orang-orang di pasar. Mereka berkomunikasi dengan bahasa Jawa. Begitu mereka tahu, saya tidak bisa berbahasa Jawa, mereka menggunakan bahasa Indonesia. Ada beberapa yang masih kaku mengucapkan kata bahasa Indonesia tetapi kalau saya omong mereka bisa mengerti. Beberapa kakek dan nenek yang sering berjumpa dengan saya sedikit demi sedikit menyapa dengan bahasa Indonesia.

Ini luar biasa. Gara-gara saya kakek dan nenek itu juga berbahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memang mempunyai kekuatan yang bisa menembus sekat budaya, bahasa daerah, suku, dan sekat-sekat sosial lainnya. Saya bangga mempunyai bahasa Indonesia. Kendati tidak semua orang menggunakan bahasa ini dalam pergaulan sehari-hari saya amat bangga bisa berbahasa Indonesia.

Agak aneh ketika ada sebagian rakyat Indonesia tidak bangga berbahasa Indonesia. Padahal bahasa indonesia mempunyai kekuatan yang luar biasa dalam memersatukan rakyat negeri ini. Ada orang asing yang berkomentar bahasa Indonesia itu mudah dipelajari karena tata bahasanya sederhana. Kata kerjanya tidak perlu diubah sesuai subyek seperti beberapa bahasa asing. Dengan komentar ini, ada orang Indonesia yang merasa minder karena bahasa sederhana mencerminkan cara berpikir pemakainya. Tentu saja faktanya tidak demikian. Toh, orang asing juga beramai-ramai memperlajari bahasa Indonesia. Dan, mereka bangga menunjukkan kepada teman-teman mereka bahwa mereka bisa berbahasa Indonesia. Dengan bahasa Indonesia pula mereka bisa belajar budaya bangsa indonesia yang beraneka ragam ini.

Mari kita lestarikan bahasa kita. Lebih dari sekadar lestari, kita mesti mempunyai kebanggaan yang tinggi terhadap bahasa kita.

PA, 22/8/2012
Gordi Afri




Powered by Blogger.