Halloween party ideas 2015

Tentara itu menyerang lagi
Menyerang dengan mengejar lawan yang lari di kantor partai
Serangan, itulah yang diingat masyarakat
Sebab, baru saja serangan seperti itu terjadi di Yogyakarta

Tentara ibarat serangan
Serangan adalah tentara
Dan tentara adalah serangan
Tidak ada yang lain

Tetapi di lain tempat
Tentara ibarat penolong
Di daerah banjir mereka bekerja
Di daerah longsor mereka bekerja

Di rumah Taspirin mereka bekerja
Memperbaiki rumah
Juga perabot lain
Yang berkaitan dengan rumah dan segala isinya

Ada juga yang lain
Tentara yang menolong korban penculikan
Ya tentara itu ibarat dua sisi mata uang logam
Ada yang menolong
Ada pula yang menyerang

Ada tentara yang menyerang musuh di daerah perbatasan
Dalam serangan ada niat untuk perlindungan
Melindungi negara dan rakyat Indonesia
Ini tugas mulia dari negara

Di balik sisi beringasnya tentara
Tersirat sisi manusiawinya
Meski yang terungkap dan tersorot media adalah sisi beringasnya
Tentara memang dilatih untuk beringas terhadap musuh

Termasuk menembak musuh negara
Menembak preman
Menembak kapal asing
Menembak bajak laut

Namun jangan disepelekan sisi manusiawinya
Sebab tentara juga adalah manusia
Yang bekerja menolong sesama
Membantu yang lemah

Tentara memang beringas
Tetapi dalam keberingasannya
Ada juga kelembutannya
Hanya saja kadang-kadang keberingasannya lebih menonjol dari kelembutannya

PA, 22/4/13
Gordi

Indonesiaku tercinta
Namamu indah didengar
Betapa tidak
Engkau menyatukan wilayah luas ini

Dari Aceh sampai Papua
Terbentang lautan luas
Daratan yang panjang
Pulau-pulau besar dan kecil

Suku bangsa dan bahasa yang beragam
Adat istiadat yang bervariasi
Warna kulit yang bermacam-macam
Model rambut yang indah dipandang karena beragam

Namamu kadang-kadang disinis begitu jauh
Nada negatif di mata internasional
Bahkan di dalam mulut rakyatmu sendiri
Mungkin kau menangis mendengarnya

Manusia Indonesia memang tidak malu
Menghinamu dengan seenaknya saja
Padahal engkau adalah ibu untuk mereka semua
Andai engkau tak ada, nama Indonesia juga tak ada

Sebagian dari kami merindukan namamu yang harum
Dan kami tahu, hanya kami sendiri yang mengharumkan namamu
Kami akan berusaha menanamkan visi positif tentangmu
Kami sudah muak dengan sesama kami yang bervisi negatif tentangmu

Indonesia bangkitlah
Banyak anakmu yang mengharumkan namamu di mata dunia internasional
Banyak anakmu yang berhasil membangun Indonesia
Banyak orang berguru padamu
Indonesia kaya budaya, bahasa, adat istiadat, lukisan, penyair, dan sebagainya

Ini semua adalah sisi positif yang harus menjadi visi positif tentang Indonesia
Siapa lagi kalau bukan rakyat sendiri yang membangun visi positif tentang Indonesia

Salam Indonesia Raya

PA, 22/4/13
Gordi

Melahapmu bukan seperti melahap nasi
Melahapmu membutuhkan ketelitian
Teliti menelusuri lembaran demi lembaran
Yang berisi kisah hidup

Halaman itu berjumlah ratusan
Cukup tebal jika dilihat
Bisa membangkitkan rasa takut
Kapan selesainya menjelajah halaman itu

Namun, jika engkau sabar
Engkau bisa
Kisah itu patut diteliti dengan sabar
Ada jiwa besar yang tersembunyi

Jika engkau mau
Bacalah kisah itu
Dan aku pun sudah membacanya
Tak terasa selesailah sudah

Terima kasih untuk penulis buku
Terima kasih untuk tokoh yang ditulis
Terima kasih untuk penerbit
Terima kasih untuk editor

Aku puas melahapmu
Buku yang menginspirasi
Membangun semangat nasionalis
Mengembangkan jiwa muda

Berdedikasi untuk nusa-bangsa
Membangun masyarakat kecil
Menembus batas budaya dan agama
Membangun semangat kebersamaan

Bermula dari judulnya yang menarik
Si Anak Singkong
Aku tertarik menyusuri kisah hidup tokoh ini
Aku sudah puas ‘melahap’ buku ini

Dari bacaan
Lahirlah insirasi
Dari insirasi
Lahirlah semangat untuk berbuat

Berbuatlah sesuatu
Untuk kemajuan
Nusa dan bangsa
Terutama masyarakat kecil

PA, 23/4/13

Gordi

ilustrasi, brainly.co.id

Namamu mulia
Wakil rakyat
Penyambung aspirasi
Mewujudkan kesejahteraan rakyat

Pekerjaanmu mulia
Duduk di kursi empuk
Mengikuti rapat
Mengunjungi rakyat

Kamu juga terbuai keempukan kursi
Engkau tertidur di situ
Tak lagi mendengar ketua sidang
Tak lagi mendengar aspirasi rakyat

Kamu juga berjalan ke mana-mana
Bukan hanya ke rumah rakyat
Kamu berjalan ke luar negeri
Untuk belajar kebijaksanaan di sana

Namun perjalanan ini banyak disindir
Menghabiskan uang negara
Uang dari rakyat
Yang seharusnya untuk kesejahteraan rakyat

Jadi wakil rakyat sekarang tidak mudah
Harus ada biaya miliaran rupiah
Uang yang jumlahnya besar
Cocok untuk membangun masyarakat

Semoga makin mahal biayanya
Makin tinggi giat kerjanya
Makin rajin mendengar dan meneruskan aspirasi rakyat
Makin dekat dengan wakil rakyat

Semoga dengan angka miliaran rupiah
Makin mau tinggal bersama rakyat
Merasakan penderitaan rakyat
Mengalami betapa pahitnya jadi rakyat kecil

Salam dari rakyatmu
Yang menunggu peranmu
Bukan pidatomu
Bukan janjimu

Tapi pekerjaanmu
Yang tampak
Yang menggugah warga
Untuk bekerja demi kemajuan bersama

PA, 23/4/13

Gordi

Gimana Sich Cara Nulis Puisi Keren?

Pertanyaan yang berbobot dan bermanfaat. Dua predikat yang penting untuk warga kompasiana.

Pertanyaan di atas dilontarkan oleh seorang kompasianaer, AS (maz gordi slalu bisa buat puisi yang keren ,, bagi tipsnya dong). Entah dia bertanya serius atau hanya iseng saja. Yang jelas pertanyaan itu disematkan pada kolom komentar tulisan saya. 
Arizona San24 April 2013 03:38:55
.. amin
maz gordi slalu bisa buat puisi yang keren ,, bagi tipsnya dong :)
]

Saya sebagai penulis pun bangga bisa ditanya demikian. Saya tidak menjawab langsung. Saya hanya merasa tulisan saya berbobot juga. Saya bangga jika tulisan saya menjadi sumber pertanyaan bagi pembaca. Bertanya bagi saya menjadi langkah awal untuk belajar hal baru. Demikianlah yang didengung-dengungkan dosen Filsafat di kampus saya dulu. “Kalau kalian tidak rajin bertanya, kalian belum memasuki dunia Filsafat.”

Saya jadi ingat salah satu defenisi filsafat, ilmu yang berawal dari pertanyaan dan berakhir dengan pertanyaan juga. Saya pun sebenarnya ehndaknya ebrtanya pada kompasianer yang bertanya itu, Mengapa kamu bertanya demikian?

Tentu ada dasarnya. Paling tidak dia sudah membaca tulisan saya yang berbentuk puisi itu. Saya pun bingung menjawabnya. Gimana yah? Dari bingung ini, saya mencoba mencari jawabannya.

Pertanyaan ini berbobot karena menanyakan akar dari tulisan saya. Jika tulisan saya bagus, akarnya apa yahhh. Mengapa sampai saya bisa menulis demikian. Inilah bobotnya pertanyaan ini.

Pertanyaan seperti ini bermanfaat. Sebagai bahan pelajaran. Bertanya mengapa itu baik, menurut saya, merupakan pertanyaan bermanfaat. Manfaatnya ya orang bisa belajar mengapresiasi sekaligus terlibat dalam karya tulis orang lain.

Saya dulunya tidak suka puisi. Alasannya puisi itu mengawang-awang. Abstrak. Saya tidak betah membaca puisi. Saya pernah mengikuti puisi mingguan di koran KOMPAS. Tetapi, saya tidak menikmati sama sekali.

Saya tertarik dengan puisi setelah pernah mencoba membuatnya. Meski puisi saya itu juga abstrak. Entah mengapa dari situ, saya terus mencoba menulis puisi.

Puisi yang saya sukai adalah puisi yang ditulis oleh, Sindhunata, budayawan, filsuf, novelis, dan sastrawan, yang memimpin majalah BASIS. Saya suka membaca puisinya meski tidak banyak buku puisinya. Atau mungkin banyak tetapi saya belum menemukannya. Saya membaca banyak bukunya tetapi bukan tentang puisi. Saya membaca puisinya di majalah seperti UTUSAN dan kadang-kadang di BASIS.

Dari situ, saya mencoba menulis puisi sederhana. kata-katanya tidak abstrak. Mungkin karena saya ini orang sederhana sehingga puisi saya juga sederhana, tidak mengawang, hehee. Saya kira demikian saja tanggapan saya. Tidak lebih dari sini. Saya tidak pernah belajar formal atau mengikuti kursus menulis puisi. Untuk AS saya mengucapkan terima kasih sudah bertanya.

Salam puisi


PA, 24/4/13

Gordi

Kala perut terisi
Rasanya kenyang sekali
Kala perut lapar
Rasanya lapar sekali

Kenyang dan lapar
Selalu berlawanan
Orang lapar pengen makan
Orang kenyang pengen tidur

Mau jadi orang lapar?
Mintalah maka akan diberikan
Bekerjalah maka akan ada penghasilan
Berusahalah maka akan ada hasilnya

Mau jadi orang kenyang?
Jangan bermalas-malas terlalu lama
Ingatlah itu hanya sementara saja
Ada saatnya kenyang akan berlalu

Perut kenyang
Pikiran tenang
Tetapi jangan bermalas-malas
Nanti dianggap sombong

Jadi baik kenyang maupun lapar
Sama-sama harus dialami
Asal jangan lapar melulu
Jangan pula kenyang melulu

Puisi ngawur
Isi waktu
Biar otak tetap bekerja
Mencari susunan kata

Salam puisi

PA, 24/4/13
Gordi

Rakyat kecil makin tertindas
Demikian bunyi komentar teman dalam fb
Wah amat disayangkan
Sudah kecil masih ditindas pula

Tertindas dalam beberapa hal
Ke pasar harga naik
Ke kota biaya angkot naik
Ke mana-mana belum tentu ada angkot

Penyebabnya hanya satu
Kelangkaan BBM khususnya solar
Satu penyebab
Banyak akibat

Dilahirkan menjadi orang kecil
Harapannya menjadi orang besar
Nyatanya tetap kecil
Orang besar tetap menjadi besar

Kalau begini Indonesia tidak berubah
Tentu ada perubahan
Salah satunya dalam diri presiden
Dia mendapat 7 gelar doktor yang diberikan

Menarik ketika gelar itu diberikan
Baik oleh civitas akademika dalam dan luar negeri
Wartawan menulis apik
Apakah gelar itu hadir nyata dalam berbagai bidang persoalan di negeri ini

Rakyat bisa menjawab
Dan jawabannya beragam
Sebab rakyat negeri ini amat banyak
Yang jelas rakyat tetap merasa tertindas

Jeritan demi jeritan didengungkan
Namun sedikit yang mendengarkan
Yang lain hanya mendengar
Lalu lupa

Rakyat menjerit
Pemimpin memikirkan
Lalu membuat rapat
Tetapi di lapangan jeritan rakyat makin menjadi-jadi

Puisi ngawur pagi hari
Jeritan kami orang kecil
Entah pemimpin mendengarkan atau tidak
Yang jelas kami menderita dengan kebijakan BBM yang tak jelas ujungnya, BBM tetap langka

PA, 25/4/13
Gordi 

Dari jauh kuimpikanmu
Impian yang entah kapan jadi nyata
Memang impian hanyalah khayalan
Tetapi impian punya kekuatan

Dari impian lahir usaha
Usaha untuk bertemu kamu
Andai aku bisa terbang
Aku akan ke sana malam ini juga

Aku tak bisa terbang
Tetapi aku bisa pergi ke sana
Dengan pesawat
Beterbang bagai kupu-kupu

Aku yakin
Kamu juga bermimpi
Bertemu aku
Bermimpi ingin bersua denganku

Kita sama-sama bermimpi
Maka, lahirlah imajinasi liar
Di mana aku dan kamu saling sapa
Saling bertatap dari dekat

Cintaku, terbanglah kemari
Begitu impian kita
Kita sama-sama yakin
Ini akan jadi kenyataan

Meski tak ada yang tahu
Kapan terjadinya
Asal tahu saja
Aku dan kamu sama-sama bermimpi

Puisi asal jadi
Namanya dunia sastra
Dunia di mana imajinasi bergerak
Sesukaku sesukamu

PA, 25/4/13
Gordi


Artis bertugas menyebarkan seni
Berbagai seni
Suara, tari, ukir, dan sebagainya
Artis tentu berjiwa seni

Artis beda dengan politikus
Yang berkecimpung dengan dunia politik
Yang bertugas menyatukan rakyat
Dalam sistem perpolitikan

Apa jadinya jika artis sekaligus politikus
Jiwa seni dipadukan dengan jiwa politik
Entah apa hasilnya
Yang jelas keduanya tidak langsung cocok disandingkan

Ada artis yang memang gemar berpolitis
Lantas muncul politikus yang eks artis
Ada yang betul-betul bekerja keras
Ada pula yang tak tega meninggalkan jiwa artisnya

Artis dan politikus memang berbeda
Yang berbeda lantas tidak sekejap bisa jadi sama
Maka, artis seyogianya tetap pada jalur artis
Dan politikus tetap pada jalur politikus

Bukan dilarang berpolitik
Akan lebih baik jika artis mengurus seni
Termasuk seni menyalurkan jiwa politik
Tanpa menjadi politikus

Dengan itu makin jelas perbedaannya
Artis berjiwa seni
Dan politikus berjiwa politik
Keduanya berbeda haluan

PA, 27/4/13
Gordi

Semua orang akan mati. Hanya waktu dan tempat yang berbeda. Selain itu, yang berbeda adalah cara matinya. Ada yang dimatikan, ada yang mati normal, ada yang mati karena bencana alam dan bencana lain. Macam-macam caranya.

Ustad Jeffry Al-Buchory atau Uje (40 tahun) baru saja meninggal karena kecelakaan kendaraan roda dua. Sudah jelas penyebabnya yakni kecelakaan. Dia mati karena kecelakaan.

Di balik kematiannya, ada rasa haru dan sedih yang mendalam. Rasa ini lahir karena sebelumnya ada rasa senang mendengar kata-kata Ustad yang menyentuh hati, menarik, dan mudah dicerna. Kepergian orang seperti ini sungguh menciptakan rasa sedih yang amat dalam.

Orang terkenal akan mengalami ini semua. Terkenal memang erat kaitan dengan relasi dengan sesama. Ikatan emosional dengan sesama menyimpan harta berharga yakni rasa dekat secara psikologis. Ustad muda ini tampil di televisi. Otomatis penonton TV merasa dekat karena sering mendengar ucapannya.

Beginilah situasinya jika orang terkenal pergi. Semua orang yang mengenalnya akan berduka-sedih. Kalau orang yang tidak terkenal pergi, boleh jadi, hanya tetangga yang merasa sedih. Lebih dari rasa sedih, gaung kepergian orang terkenal akan terdengar di semua tempat.

Semoga kepergian ustad ini membawa harapan baru. Betapa berharganya para pemimpin agama dan politik yang bisa bicara dengan menarik, mudah dicerna, dan menyentuh hati. Menyentuh hati di sini maksudnya bicara dari hati. Bukan asal omong, asal bicara, asal pendengar senang, asal pendengar tertawa. Bukan! Bicara dari hati berarti bicara untuk menyentuh hati pendengar.

Salam duka atas kepergian Ustad Uje.

PA, 27/4/13
Gordi

Saat ini ramai-ramainya orang membicarakan Moge alias motor gede, Harley Davidson. Tak terhindarkan tabrakan antara moge dan ambulans  RSI Hidayatullah. Motor dan ambulans rusak. Pengendara moge luka parah. Ada apa dengan motor gede?

Moge memang penguasa jalan. Dalam artian, dia memakai sebagian besar badan jalan. Badan moge kan besar otomatis membutuhkan ruang jalan yang lebih besar dari motor jenis lainnya. Di sini dia seperti “penguasa jalan”.

Lalu, suara moge juga menakutkan. Raungannya besar, mengalahkan bunyi motor lainnya. Apalagi kalau konvoi, diiringi kendaraan polisi. Dalam hal ini, mobil dan motor lain pun, disingkirkan untuk sementara waktu. Biarkan moge ini lewat baru yang lain menyusul.

Mereka tentu menaati lalu lintas dengan meminta pengawalan polisi. Hanya saja, sebenarnya untuk apa mereka berkonvoi? Apakah hanya sebagai pertunjukkan atau penyalur hobi saja? Sebab, tentu motor lain juga mau pakai jalan, mengapa mereka mesti dikawal khusus? Bukankah kalau pakai motor ukuran biasa, semua pengguna jalan bisa memakai jalan dengan adil?

Dalam berita tabrakan kemarin sore (27/4), moge melanggar rambu jalan. Menerobos lampu merah. Moge ini tidak sedang berkonvoi. Dia melenggang sendiri. Ini tentu kesalahan fatal, karena dia menerobos lampu merah.

Apakah tidak lebih baik juga, jika moge ini melenggang di jalur khusus sehingga tidak mengganggu lalu lintas umum? Dua hal di atas tadi yang menurut saya kurang begitu bagus dari melenggangnya motor gede ini di jalan raya.

Bunyinya yang mengganggu pengguna jalan lain dan juga penduduk di sekitar jalan raya. Saya beberapa kali merasa kesal dengan konvoi moge di sekitar ring road bagian utara Yogyakarta. Ada yang raungannya besar sekali sampai merasa terganggu sekali. Ini tentu kurang bagus apalagi terjadi pada sore dan malam hari. Ini risiko tinggal di pinggir jalan ramai. Tetapi, kalau hal ini bisa dicegah, tentu akan lebih baik.

Selain bunyi, moge juga justru mengganggu pengguna jalan lain, karena badannya gede. Otomatis pengguna jalan lain, harus bersabar, mendahulukan dia. Beberapa teman memutuskan untuk berhenti ketika di sampignya ada moge. Biarkan dia lewat baru menyusul. Cara ini amat bijak. Hanya saja, tentu kalau seperti ini terus, perjalanan menjadi tidak nyaman lagi.

Ini sedikit pandangan saya tentang moge yang menerobos lampu merah.

PA, 28/4/13
Gordi


Katamu, bisnis makan itu selalu ramai
Itu karena kamu berbisnis makan
Sering jatuh lalu bangkit
Dan kini, kesimpulanmu itu berbicara

Memang soal makan selalu ramai
Di pinggir jalanaan berjejer warung makan
Dengan berbagai promosi memikat
Aroma yang membuat nafsu makan menggebu

Tentu manusia tidak hanya terkait dengan makan
Itu hanya salah satu bagian dair kehidupan
Namun, soal makan menjadi perhatian yang tidak sembarangan
Itu karena bukan sekadar makan

Di warung duduk untuk makan
Sambil menunggu datangnya ada perbincangan hangat
Soal bisnis, ekonomi, politik susastra
Dan berbagai persoalan sosial lainnya

Benar, makan bukan sekadar makan
Makan hanyalah bumbu perbincangan
Isinya macam-macam
Meski hanya bumbu, makan selalu menjadi menu wajib setiap perbincagan

Demikianlah aku bersajak
Karena perut terisi
Hati tentram dan damai
Otak lancar dan bernas berpikir

Salam makan siang

PA, 28/4/13
Gordi


Ngobrol juga perlu. Begitu kata teman saya dulu. Dia benar. Dia katakan itu pada teman saya yang sukanya membaca melulu. Jarang ikut bergabung nongkrong untuk sekadar berkelakar. Baginya, kelakar itu tak berguna.

Sekadar ngobrol memang dalam arti tertentu tak ada gunanya. Kalau hanya untuk habiskan waktu saja, tentu tak ada gunanya. Tapi kalau ngobrol dengan topik tertentu, tentu ada manfaatnya. Dari ngobrol bisa dapat gambaran tentang sebuah masalah. Ada kalanya seseorang mendekati teman baru dengan mengobrol.

Sekadar ngobrol demi mengusir kejenuhan juga tentu berguna. Jenuh dengan tugas seabrek yang mesti diselesaikan. Jenuh dengan jalanan yang padat. Jenuh dengan guru yang membosankan. Dan sebagainya. Lekaslah lepas pekerjaan itu, dan berhenti sejenak, ajak teman mengobrol.

Ngobrol bisa mengusir kebosanan, mendapat teman bicara, mendapat ilmu, mendapat masukan baru, mendapat ide baru, mendapat inspirasi baru. Tulisan ini juga muncul setelah ngobrol asyik dengan beberapa teman di facebook.

Jangan sepelekan ngobrol tetapi jangan mengobrol melulu sampai lupa pekerjaan utama.

Salam obrol....
PA, 28/4/13
Gordi



Sekelompok warga kampung kaget bukan main ketika saya menyebut angka 1 miliar rupiah. Mereka belum pernah memiliki uang sejumlah itu. Jutaan saja, bagi mereka, sudah senang luar biasa. Uang bagi mereka menjadi hasil usaha keras. Jari tangan melepuh, kulit tubuh terbakar matahari, kulit keriput dibasahi air hujan. Setelah itu baru mereka mendaptkan uang mulai dari pecahan puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah. Kalau dikumpulkan akan berhenti di satuan jutaan rupiah.

Miliar bagi mereka terlalu besar. Tak bisa membayangkan warga kampung mendapat sejumlah itu. Berita di KOMPAS hari ini mengejutkan saya sebagai warga kampung. Mungkin juga bagi warga kampung lainnya jika sempat membaca koran KOMPAS. Ada kerugian sejumlah ratusan miliar per hari akibat kelangkaan solar selama ini. Woao...biaya fantastis.

Angka itu bukan untuk dilihat begitu saja tetapi mencari apa dampak selanjutnya.  Dampak yang utama tentu saja, perekonomian terganggu. Ini sudah nyata, harga sembao di pasar mulai naik, biaya angkot naik, entah biaya apa lagi yang naik. Pasti ada kenaikan. Pedagang berdalih, harga solar naik, otomatis biaya distribusi barang naik. Ini baru bentuk kerugian yang terlihat. Entah apa lagi kerugian lain yang tidak atau belum terlihat.

Kok bisa begitu ya??? Gara-gara solar langka. Kelangkaan ini ternyata mengganggu aktivitas perekonomian. Lalu, mengapa negara membiarkan keadaan ini berlangsung lama? Tidak mudah mengatasinya. Perlu kajian kritis dan mendalam jika ingin memutuskan mana yang terbaik. Paling tidak, ditetapkannya harga solar, yang sampai saat ini tak tentu. Gara-gara tak tentu, setiap pedagang menentukan harganya sendiri-sendiri. Lebih dari situ, persebaran solar juga tidak merata. Ada yang dikurangi, ada yang disembunyikan, dan lain sebagainya. Ini semua gara-gara lambannya pemerintah menentukan harga solar.

Melihat angka fantastis ini masih berapa lama lagi pemerintah membiarkan situasi ini? Indonesia punya banyak ekonom kelas elit, mengapa tidak minta kebijakan mereka untuk membuat kajian mendalam sehingga situasi cepat pulih? Negara ini sedang sakit karena penyakit kelangkaan solar ini. Dan, akibatnya sebagian besar masyarakat terjangkit.

Mereka yang didarat saja sudah sekarat, apalagi nelayan di laut. Tidakkah pemerintah ingin melindungi warganya? Jangan terlena dengan ekonomi rakyat banyak. Tinggalkan masalah politik yang penuh saingan. Atasi ekonomi yang menyangkut hayat hidup orang banyak.

PA, 29/4/13

Gordi
Powered by Blogger.