Halloween party ideas 2015

foto oleh God's World, USA
Kenal dan tahu beda tipis. Kenal berkaitan dengan keseluruhan pribadi seseorang. Sedangkan, tahu hanya sebatas yang dilihat saja.

Adam Lanza, pembunuh yang sedang tenar di Amerika ternyata tidak dikenal oleh teman-temannya. Teman-temannya tahu Adam tetapi tidak mengenalnya. Ini berarti Adam hanya dikenal sebagai nama seorang teman. Sementara pribadinya tidak banyak yang tahu.

Inilah akibatnya jika berteman hanya sebatas nama saja. Berteman layaknya disertai kenal secara mendalam. Pribadi, sikap, tutur kata, tingkah lakunya meski diketahui. Jika tidak, seperti ini hasilnya.

Saya kira Adam Lanza tak jauh beda dengan pelaku teror di negeri kita. Mereka tinggal di lingkungan RT tetapi tidak dikenal oleh warga lingkungan. Mereka hanya tahu, si A tinggal di sini selama setahun, misalnya. Tetapi sikap, perilaku, profesi, bahkan aktivitasnya tidak diketahui.

Beberapa waktu kemudian tiba-tiba saja, tetangga itu ditangkap polisi. Semua yang diketahui tentang tetangga itu buyar. Ternyata dia ini teroris, pembuat bom, dan sebagainya.

Kembali kepada kita. Maukah kita mengenal tetangga kita? Jika sering bergaul dan ikut serta dalam pertemuan, kerja bakti lingkungan, kita mengetahui tetangga kita. Meski hanya sekali sebulan, kerja bakti itu berguna, paling tidak kita punya modal untuk saling sapa. Dari saling sapa kita mengenal orangnya.

Kebiasaan gaul semacam ini bisa ditularkan kepada anak-anak kita. Jangan biarkan dia murung sendiri di kamar. Ajak dia bermain, bercengkrama, menonton film bersama, jalan-jalan ke pasar, mol, dan tempat ramai. Dengan kata lain anak dilatih untuk bersosialisasi. Orang tua juga semestinya setia mendampingi. Jangan beralasan sudah lelah bekerja, anak-anak dibiarkan bermain sendirian.

Kalau kita tahu dan kenal anak kita seperti apa, kita pun bisa memberi pendampingan yang efektif padanya. Anak-anak adalah peniru ulung. Jangan sesekali anak-anak mempelajari hal-hala buruk dari orang dewasa. Kunci untuk mencegahnya adalah dengan mendampingi dia.

Mari mengenal tetangga kita. Selamat mencoba.

PA, 18/12/12
Gordi

*Pernah dimuat di blog kompasiana pada 18/12/12

foto oleh BMI
Banyak isu negatif  tentang TKI. Isu ini memang ada yang hanya kabar angin belaka. Namun di samping itu, ada isu positif juga tentang TKI. Tentu tak semua isu positif juga benar.

Isu negatif itu misalnya TKI kita pembunuh majikan. Ini memang bisa dibuktikan. Ada TKI yang berlaku demikian. Namun mestinya perlu diselidiki alasannya. Tak sepenuhnya kesalahan ada pada TKI.

Isu lain seputar TKI yang diperkosa. Mengapa kok TKI itu bisa diperkosa? Apakah dia tidak bisa melindungi dirinya? Atau apakah begitu bajingannya pemerkosa itu? Mengapa tidak diberi hukuman sewajarnay buat pelaku?

Isu positif seputar TKI yang sukses. Ada yang kuliah sambil bekerja. Dia mendapat pendidikan tinggi dan bergelar. Pulang ke Indonenesia dan memberdayakan warga di kampungnya. Ada juga yang berhasil menyekolahkan anggota keluarganya, membuatkan rumah yang layak bagi keluarga, dan menyejahterakan keluarga.

Dengan isu semacam ini tak perlu lah berprasangka buruk terhadap TKI. Tak semua mereka bertindak sesuai yang digambarkan orang. Mereka tentu bervariasi. Ada yang emmang seperti yang diisukan tetapi ada yang sama sekali tidak. Bagaimana pun mereka itu saudari/a sebangsa. Mereka mesti dilindungi jika berada di luar negeri. Kita wajib memberi perlindungan. Dari pemerintah sampai rakyat sipil.

Kalau isu buruk tentang TKI muncul di media massa internasional yang malu bukan mereka saja. Warga sebangsa malu. Meski ada yang membela diri, asal bukan anggota keluarga saya. Sikap semacam ini hanya cari aman. Kita sebaiknya membela siapa saja TKI yang jadi korban itu.

Selamat bekerja untuk teman-teman TKI di luar negeri. Kalian adalah duta bangsa. Duta budaya dan pariwisata.

PA, 17/12/12
Gordi

*Pernah dimuat di blog kompasiana pada 17/12/12

foto oleh God's World, USA
Senjata adalah alat pembunuh. Tetapi senjata tidak digunakan untuk membunuh. Senjata sejatinya dipakai untuk melindungi diri. Tentara menggunakan senjata hanya untuk menembaki musuh. Bukan untuk menembak sasaran semaunya.

Di Amerika senjata boleh dimiliki oleh semua rakyat. Tujuan utama boleh jadi untuk membela diri. Maksudnya menjaga keselamatan dirinya. Sejauh seperti ini sah-sah saja tentunya.

Di Amerika juga ternyata senjata itu membunuh warga tak bersalah. Korbannya anak kecil pula 20 orang dan dewasa 6 orang. Korban tak punya pilihan karena tak berdaya. Si penembak, Adam Lanza, 20 tahun masuk ruang kelas dan menembak ke segala penjuru. Akhirnya Adam pun menembak dirinya sendiri.

Tindakan di luar akal manusia. Mungkin Adam sedang stres, depresi, atau mau membuktikan bahwa dirinya adalah penembak? Mungkinkah dia berangan menjadi seorang militer dan harus menembak?

Pertanyaan ini tinggal sebagai bahan penyelidikan. Yang jelas Adam sudah meninggal. Tak ada gunanya menuntut dia. Tetapi dari peristiwa ini kiranya perlu dicermati beberapa hal.

Pertama, ada yang tidak beres dengan keamanan di Amerika. Rakyat dibolehkan memiliki senjata untuk menjaga keselamatan. Berarti rakyat merasa belum aman.

Kedua, masih perlukah rakyat memiliki senjata? Jika rakyat tidak bersenjata (dilegalkan) penembakan seperti ini hanya dilakukan oleh perampok dan penjahat. Sebab, rakyat biasa tidak bersenjata.

Ketiga, masyarakat perlu waspada dengan orang asing. Petugas keamanan mestinya menjaga keamanan yang menjadi tanggung jawabnya. Jangan lengah dan membiarkan orang asing masuk.

Keempat, keluarga mesti mendidik anaknya dengan serius. Anak-anak yang kurang pendidikan di keluarga boleh jadi hidupnya terombang ambing. Tak ada kesempatan untuk menghabiskan waktu berlama-lama dengan anggota keluarga. Waktu inilah yang dibutuhkan anak sebelum dia beranjak dewasa. Kalau sudah dewasa anak tak boleh lagi dikekang di rumah. Oleh karena itu penanaman nilai yang pas adalah saat anak-anak.

Kita berdukacita atas keluarga korban di Ameriak sana. Semoga ini menjadi pelajaran berharga dan tidak terulang dalam sejarah kehidupan kita.

PA, 17/12/12
Gordi

*Pernah dimuat di blog kompasiana pada 17/12/12
Powered by Blogger.