Halloween party ideas 2015
Showing posts with label KISAH INSPIRATIF. Show all posts


Semalam saya berbagi cerita dengan keponakan saya. Banyak kisah yang kami bagikan. Tentu dengan topik tertentu yakni pergulatan hidup. Menarik bahwa kami asyik menceritakannya.

Kami bercerita bukan karena sengaja. Tetapi didahului dengan pengalaman yang hampir sama.

Berawal dari dunia mimpi. Meski mimpi seringkali dikaitkan dengan bunga tidur, mimpi juga ternyata mempunyai pesan tertentu.

Mimpi itulah yang kami perhatikan selama ini sehingga kami sampai pada kesempatan untuk berbagi cerita. Kami bukan penafsir mimpi.

Setelah semuanya diceritakan kami sama-sama merasa bingung. Tidak tahu lagi ke mana arah pembicaraan kami.

Topiknya menyangkut dunia abstrak. Dunia yang tidak bisa dijangkau lagi dengan otak. Keponakan saya bilang, Om ini menyangkut iman dan percaya saja.

Saya kaget keponakan saya bisa mengatakan seperti itu. Tetapi saya menangkap maksudnya. Ini pembahasan menyangkut kepercayaan diri kita. Orang beriman mengatakan di situlah iman. Sedangkan orang ateis-rasional mengatakan itu dunia mistis dan sama sekali tidak ada Tuhan di sana. Dan saya percaya di situlah ada iman.

Saya tidak melanjutkan penjelasan. Kami sama-sama diam. Lalu saya simpulkan bahwa, jalan akhir adalah berserah pada Tuhan. Kalau segala daya tidak mampu lagi menyelesaikannya, segala usaha tak bisa lagi memecah persoalan, maka jalan satu-satunya yang terkahir adalah berserah pada Tuhan. Tuhan mau apa dariku?

  
Tuhan
Engkau tahu
Apa yang aku alami

Engkau juga tahu penyebabnya
Engkau juga tahu solusinya
Engkau juga tahu seberapa jauh kekuatan saya

Aku tahu
Tuhan punya rencana atas diriku
Aku pasrah pada kehendak-Mu

Apa maumu Tuhan
Aku menuruti
Aku berusaha tuk mengerti
Tapi tak kunjung mengerti

Ambil hatiku
Pasanglah hati-Mu dalam hatiku
Biarlah hatiku dan hati-Mu menyatu

PA, 19/2/13



Sisi lemah manusia. Tema yang sulit bagi saya. Saya tak tahu sisi lemah manusia di mana. Memang setiap orang berbeda sisi lemahnya.

Kalau saya bicara tentang sisi lemah, ingatlah bahwa saya tidak menunjukkan di mana sisi lemah itu. Saya hanya berbagi apa yang saya dengar hari ini.

Ini isi khotbah seorang pastor di gereja Katolik Santo Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta hari ini. Dia menyinggung soal sisi lemah manusia.
Dia mengatakan setiap manusia mempunyai sisi lemah. Tak ada yang sama. Yang tahu sisi itu adalah yang bersangkutan.

Kalau pun ada juga yang ditemukan dari luar, itu hanya sebagian saja. Sebagian besar diketahui oleh yang bersangkutan.

Nah, sisi lemah itulah yang dimanfaatkan oleh penggoda. “Godaan itu menyerang tepat di sisi lemah manusia,” demikian pastor itu menjelaskan.

“Kalau setiap orang sadar akan sisi lemahnya, maka dia sudah siap menghadapi godaan. Dan pasti ia tidak goyah, “lanjutnya.

Wah benar juga yahh. Masalahnya adalah sulit mengetahui sisi lemah itu. Makanya banyak yang tergoda. Untuk korupsi, selingkuh, rakus, mencuri, melanggar, dan sebagainya.

Semoga kita tahu dan sadar akan sisi lemah kita masing-masing. Selamat mencoba.

PA, 17/2/13
Gordi

FOTO

Buatlah daftar orang-orang yang berjasa dalam hidup. Begitu bunyi sebuah suruhan dalam sebuah pelatihan menemukan potensi diri. Bingung? Begitu reaksi beberapa peserta. Siapa-siapa saja mereka yang berjasa itu?

Bingung itu wajar. reaksi spontan. Coba baca ulang suruhannya lalu diam sejenak. Layangkan pikiran ke masa-masa awal hidup hingga hari ini. Akan muncul jawabannya nanti.

Diam sejenak. Lima menit sudah cukup. Lalu muncullah jawaban. Ditulis, dibuat daftar, lalu ceritakan ke teman-teman.

Siapa yang mau, suka rela, maju, dan ceritakan. Hampir semua peserta menjawab, orang yang berjasa dalam hidup adalah seorang ibu. Di antara sekian yang berjasa, ibu adalah yang pertama disebut. Mengapa demikian?

Karena ibulah yang melahirkan. Begitu argumen mereka. Ya. Itu benar. Tidak ada yang menyangkal. Tidak ada laki-laki yang melahirkan. Tetapi bukan berarti bapak tidak berjasa? Bapak dan ibu adalah orang berjasa. Lalu, mengapa mesti ibu disebut duluan? Bukankah ibu melahirkan lalu yang membesarkannya adalah bapak dan ibu?

Ya tentu saja. Tetapi jawaban itulah yang muncul dalam pikiran ketika melayangkan pandangan ke masa kecil. Yang mudah diingat adalah peristiwa kelahiran. Di situlah ibu menjadi pemeran utama. Selain ibu, ada banyak orang berjasa seperti bapak, kakak, adik, guru, pendidik non formal, masyarakat, pemimpin agama, dan lain-lain.

Menemukan atau membuat daftar orang-orang berjasa akan mengubah cara pandang seseorang. Dengan orang berjasa ini, kehidupan berubah. Tentunya dari yang kurang baik ke yang lebih baik. Merekalah yang terlibat dalam proses itu. Jadi, sikap saya yang dulu beda dengan sikap saya sekarang. Saya berubah karena orang berjasa. Kita tidak tinggal di tempat tetapi bergerak, berubah.

Jangan khawatir dengan kehidupan Anda. Setiap hari pasti ada perubahan. Sadarilah semua itu dan cobalah untuk hidup lebih baik lagi.

----------------------------------------
*dari postingan saya di kompasiana

PA, 7/9/2012

Gordi Afri


“Apa pengalaman paling berkesan ketika Anda datang ke Yogya?”
Begitu bunyi pertanyaan sang dosen kepada mahasiswa baru.

Lantas ada beragam jawaban dari mahasiswa/i baru ini.

Sang dosen pun membuka-buka secara acak lembaran jawaban yang terkumpul. Dia terkesima dengan jawaban seorang mahasiswa.

“Yang paling berkesan adalah pengalaman nyasar di Malioboro.”
Sang dosen pun membaca jawaban itu tanpa menyebut penulisnya. Teman-teman mahasiswa tertawa termasuk pak dosen.

Menurut pak dosen, pengalaman seperti ini memang selalu terjadi. Terutama bagi teman-teman dari luar Jawa juga luar Yogya. Menurut pengalamannya, pernah ada seorang mahasiswa dari satu daerah yang nyasar dari Malioboro. Mahasiswa itu berjalan menuju kosnya. Tak diduga ternyata dia ‘nyasar’ sampai arah Kaliurang.

Woao…ini pengalaman luar biasa lagi. Beruntung dia tidak sampai Kaliurang. Kalau tidak betapa malngnya nasib mahasiswa itu.

Jalanan di Yogya memang menarik. Tak heran jika kota ini menjadi tempat wisata. Hanya saja perlu ketelitian sebelum berkunjung ke objek wisata di sini. Bukan karena menakutkan tetapi mengantisipasi terjadinya pengalaman ‘nyasar’.

dari postingan di kompasiana

PA, 5/9/2012
Gordi Afri



Menemani mungkin menjadi suasana yang membosankan bagi sebagian orang. Menemani teman/sahabat untuk rekreasi ke pantai misalnya. Bisa saja jadi bosan jika kita sudah melihat tempat itu untuk ke sekian kalinya. Ini wajar sebab manusia mempunyai kecenderungan untuk mencari sesuatu yang baru.

Saya pun mengalami kebosanan ketika menemani teman berkunjung ke Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. Saya sudah 3 kali ke sana. Tahun 2005, juli 2012, dan agustus 2012. Begitu juga dengan Candi Prambanan di dekat Klaten, yang sudah 2 kali saya kunjungi, 2006 dan agustus 2012. Saya pun menjumpai beberapa orang yang sama, melihat pemandangan yang sama. Bosan. Tetapi saya harus menjalaninya.

Dalam pergumulan itulah saya menemukan hal baru. Menemani bukan sekadar melihat obyek yang sama, mengalami suasana yang sama. Saya mencoba mencari hal baru ketika melihat hal yang sama. Di Prambanan, saya menemukan seni berfoto dari sang fotografer. Dia mengajarkan teknik mengambil gambar untuk orang yang sedang melompat.

Dengan iming-iming menggunakan jasanya, dia beberapa kali mengajari teknik mengambil gambar. Saya dan teman saya pun mengubah gaya. Semuanya gaya melompat. Hasilnya bagus. Ini pelajaran baru bagi saya.

Di Prambanan, saya belajar gaya berfoto dari sahabat saya ini. Dia mengajarkan seni berfoto di mana kita seolah-olah yang paling besar di hadapan obyek yang kenyataannya lebih besar dari kita. Candi Prambanan misalnya bisa dipegang, ditunjuk dari atas, didudukan di atas telapak tangan. Semuanya ini adalah gaya berfoto.

Pada kesempatan lain saya juga menemani sahabat saya mengunjungi candi Hati Kudus Yesus dan gereja Katolik Ganjuran. Saya sudah 2 kali ke sana. Tahun 2006 dan agustus 2012. Bagi saya kunjungan kedua dan ketiga sudah membosankan. Kunjungan pertama adalah yang terindah dari semua kunjungan. Begitu prinsip saya.

Gereja yang baru saja direnovasi tahun 2009 ini ternyata tampak indah dibanding 7 tahun lalu sebelum gempa Yogya Mei tahun 2006 meluluhlantahkannya. Candi Hati Kudus juga menjadi tempat istimewa dalam kunhjungan kali ini. Saya bisa berdoa di dalam candi. Giliran dengan beberapa pengunjung lainnya.

Inilah indahnya seni menemani. Pekerjaan ini adalah pekerjaan pemandu wisata. Saya bukan pemandu wisata tetapi dengan kegiatan ini saya belajar hal baru, menjadi pemandu wisata.

Tak ada yang sia-sia ketika kita mencari hal baru dari obyek yang berkali-kali kita perhatikan.

PA, 16/8/2012
Gordi Afri

foto: di sini

Menjadi penjaga gerbang. Ini tugas baru saya di kota Yogyakarta. Menjadi penjaga berarti bertanggung jawab untuk menutup dan membuka gerbang.

Tampaknya ringan. Dan memang ringan. Menutup dan Membuka. Hanya saja menuntut tanggung jawab yang tinggi. Bayangkan jika saya lupa menutupnya. Pencuri masuk. Berapa banyak kerugian jika pencuri beraksi. Di rumah ada banyak yang bisa diambil pencuri. Ya...namanya pencuri mengambil sesuka hati, semau dia, semampu dia.

Bayangkan pula jika saya telat membukanya di pagi hari. Saya membukanya pada pagi dan menutupnya pada malam hari. Tukang kebun yang biasanya masuk pagi juga tukang koran yang masuk pagi tidak bisa masuk. Mereka kecewa dan saya dirugikan. Lebih dari sekadar rugi, mereka menilai saya lalai menjadi penjaga gerbang.

Tidak ada yang lebih istimewa selain membuka dan menutup gerbang di pagi dan malam hari. Saat buka, ada suasana segar, udara pagi yang bersih, kesunyian yang indah. Saat tutup ada suasana ramai, bukan hanya karena deru kendaraan di jalan ring road utara tetapi juga bunyi jangkrik dan binatang malam lainnya. Ada pemandangan romantis di sela-sela rerimbunan pohon nangka, mangga, cemara, dan beberapa pohon rimbun lainnya.

Sungguh ini pengalaman unik. Tiap pagi dan malam saya berolahraga. Berjalan dari pintu kamar, turun, melewati belasan anak tangga, lalu dari pintu rumah ke pintu gerbang. Lumayan, sekali jalan 100 meter. Kalau dihitung, pergi-pulang pagi dan sore, sudah 400 meter. Ini olahraga jalan kaki yang didapat dari tugas jaga gerbang. Belum bolak-balik naik turun tangga.

Wah ini hikmat luar biasa. Belum lagi sapaan ke pemilik rumah sebelah, bapak-bapak dan ibu-ibu serta mbak-mbak yang ke pasar pada pagi hari atau yang sedang lari pagi dan lewat di depan gerbang. Menyapa orang-orang yang sama. Jadi akrab dan saling kenal.

Inilah hikmat dari tugas menjaga pintu gerbang. ringan tetapi menuntut tanggung jawab. Berkorban untuk bangun pagi tetapi memiliki banyak kenalan.

PA, 27/7/2012
Gordi Afri


Beberapa waktu lalu, saya dan seorang teman pergi ke ITC untuk memperbaiki mp3nya teman saya. Mp3 adalah salah satu jenis alat untuk memutar musik dan video. Di dalamnya ada memori untuk menyimpan lagu dan video sekaligus bisa memutar lagu-lagu dan video tersebut. Selain itu, alat ini bisa juga memotret gambar, menyimpan file berupa tulisan elektronik, dan beberapa fungsinya. Tergantung jenis atau tipenya. Ada yang lengkap ada pula yang hanya bisa memutar musik dan video saja. 

Sedikit tentang asal-usul mp3. Mp3 memiliki nama lain yakni MPEG layar 3. MPEG  merupakan singkatan dari Moving Pictures Experts Group yakni sebuah organisasi yang mengembangkan standar untuk kode program audio dan video. Sebuah file mp3 mempunyai bit rates mulai dari yang rendah yaitu 32kbits/detik hingga 320kbits/detik. Format file MP3 merupakan yang paling terkenal di kalangan umum karena ukuran filenya kecil tetapi kualitas suaranya baik. (Sumber  http://www.tasikisme.com )

Setelah naik ke lantai 5, kami mencari tempat untuk memperbaiki alat ini. Di kiri-kanan lorong ada banyak penjual alat elektronik. Didominasi oleh penjual hp. Jangan heran kalau di kaca-kaca terpampang hp baru dan bekas dengan segala merek. Ada juga perabot-perabotnya. Ada beberapa penjual yang sekaligus bisa memperbaiki hp dan beberapa alat elektronik lainnya. Ada yang menerima penjualan hp. Kalau pelanggan mempunyai hp rusak dan bermaksud menjualnya, datanglah ke sini, pelanggan bisa menjualnya.

Ada banyak penjual yang bisa memperbaiki hp bekas. Di stand mereka ada tulsian “Terima repasrasi hp bekas dan baru”. Namun, tak satu pun yang menulis terima repasrasi alat elektronik seperti mp3, mp4, atau mp5. Wah..jangan-jangan tidak ada di sini. Saya meyakinkan teamn saya yang mulai cemas. Dia memang sudah mencari di 2 pusat elektronik sebelumnya namun tidak ada yang bisa memperbaikinya. Saya memberanikan diri bertanya kepada seorang bapak. Alhamdulilah ternyata dia bisa mencoba memperbaikinya.

Dia mempersilakan kami duduk dan meminta mp3 yang mau diperbaiki. Dia coba melihat-lihat sebelum memperbaikinya. Tanda-tanda bisa memperbaikinya mulai muncul ketika dia berkomentar, “Ini mirip dengan punya saya di rumah. Hanya saja ini ada layarnya.” Lalu dia mengambil 2 gelas aqua, mempersilakan kami minum. Wah….baik sekali bapak ini, “Terima kasih pak…”

Dia membuka mp3 itu dan menemukan kerusakannya. Baterainya sudah drop. Tidak bisa menyimpan daya lagi. Pantas saja ketika dicas, seolah-olah arus tidak masuk sehingga tidak penuh dayanya. Tanpa daya, mp3 ini tidak bisa memutar lagu. Dia menawarkan mengganti baterainya. Ternyata baterainya menggunakan batrei hp merek Cina. Dia mengambil baterai hp lalu mencocokannya. Ukurannya sama. Dia memoles dengan sedikit perekat dari timah sehingga bisa dipasangkan di mp3 itu. Selesailah pekerjaannya. Mp3 itu bagus lagi. Teman saya….tersenyum melihat mp3 kesayangannya bisa digunakan kembali.

Setelahnya, ada tawar-menawar mengenai harganya. Setelah disepakati harga turun sedikit menjadi Rp. 60.000,00. Katanya, ini harga pelaris. “Nggak apa-apalah untuk kalian, buat pelaris saja,” komentar bapak itu. Harga pelaris maksudnya harga yang diberikan supaya pelanggan tertarik untuk datang ke tempatnya dan kalau harga cocok bisa membeli jualannya. Konon, istilah harga pelaris tenar di antara para penjual. Beberapa kali saja ditawari harga pelaris di beberapa toko elektronik.

Saya bertanya-tanya benarkah harga pelaris yang diberikan kepada pelanggan baru itu lebih rendah ketimbang harga normal sebuah barang? Bukankah dia rugi kalau setiap pelanggan baru diberikan harga pelaris yang besarnya di bawah harga normal? Di mana-mana pedagang itu tidak mau rugi, kecuali kalau dirugikan. Pedagang selalu mencari keuntungan. Kalau tidak, dagangannya tidak berkembang.

Saya menduga harga pelaris ini hanya istilah saja. Besarnya sudah diperhitungkan sehingga dia tidak rugi. Kalau pun dia berdalih harga pelaris ini diberikan dengan jumlah kecil. Harga pelaris buat pelanggan baru tentu saja menarik. Bayangkan saja kalau banyak pelannggan datang ke tempatnya dan selalu mengimpikan harga pelaris itu, boleh jadi barang-barangnya cepat terjual. Harga pelaris dimaksudkan supaya tempat jualan itu terkenal sehingga jaringan pelanggannya luas. Semakin banyak pelanggan mengenal tempat itu semakin banyak daya tarik tempat itu. Inilah salah satu cara menarik pelanggan. Bisnis-dagang berkembang karena pemberian harga pelaris ini.

Setelah semuanya beres, kami kembali ke rumah. Teman saya merasa puas dengan kualitas mp3-nya. Alat itu bisa berfungsi normal kembali. Pelanggan puas….penjual juga puas….

CPR, 27/1/2012
Gordi Afri


Google images
Bisa jadi orang tak percaya mendengar kabar orang mati hadir kembali. Hal itu mustahil menurut logika manusiawi.

Tak ada salahnya berpandangan demikian. Sistem logika dunia hanya mengenal hal-hal yang dilihat dengan mata indrawi. Di luar itu, logika duniawi tidak bisa berbuat apa-apa.

Saya semakin yakin kalau orang mati kerapkali menjumpai kita. Bagi orang yang tidak mengalaminya bisa jadi tidak percaya. Saya mengalaminya maka saya yakin. Saya sebelumnya percaya melalui dogma/ajaran Katolik. Orang mati masih berkontak dengan kita yang hidup. Maka, berdoalah untuk mereka sebab mereka membutuhkan doa kita.

Dua minggu berturut-turut dalam bulan September ini saya berjumpa dengan Kakak saya, Yos. Dia hadir dalam mimpi. Minggu lalu, kami beraktivitas bersama dalam mimpi. Hanya saja dia tidak bicara. Kami duduk berhadap-hadapan di antara orang banyak. Mereka bercerita dan kami mendengarkan.

Tadi malam juga, dia hadir. Dia tetap diam. Beberapa keluarga saya memandangi fotonya yang ditempel di dinding ruang tamu. Kurang jelas ruang tamu di rumah siapa. Yang jelas saya dan keluarga saya melihat foto itu. Ada juga foto kami berdua waktu kecil. Foto itu juga menjadi pusat perhatian keluarga dalam kesempatan itu. Demikian rangkaian mimpi yang saya ingat.

Minggu lalu, saya menceritakan mimpi ini kepada bapak dan mama di rumah dan kepada dua adik saya yang paling besar. Bapa mengatakan, Kakak Yos hadr meminta doa kita. Ternyata pada saat yang hampir bersamaan, adik saya Afi juga bertemu Kak Yos dalam mimpi. Kakak Yos meminta rokok kesukaannya. Kak Yos—yang meninggal pada 12 Oktober 2008—hadir dalam mimpi, ingin bertemu kami adik-adiknya.

Kebetulan saja, beberapa minggu belakangan saya tidak berdoa untuk Kak Yos. Kalau dihubungkan dengan dogma Katolik, bisa saja Kak Yos datang karena kami kurang berdoa untuknya. (Maaf kak kalau kami ego, hanya ingat diri saja, dan lupa mengingat engkau). Namun, betulkah demikian? Jangan-janganitu hanya kebetulan?

Setelah mimpi minggu lalu itu, saya berdoa untuk Kak yos tiap malam. Minimal pagi atau malam, saya memandang fotonya lalu berdoa untuknya. Namun, semalam dia hadir lagi dalam mimpi. Apa artinya ini? Boleh jadi doa kami belum cukup. Atau adakah hal lain yang Kakak inginkan?

Mungkin saya sudah tenggelam dalam egoisme sehingga lupa berdoa untuk sesama, juga untuk Kak Yos. Bisa jadi ini rambu peringatan darinya. Yang jelas saya rindu Kak Yos. Saya berjanji untuk berdoa baginya. Kak Yos, engkau hadir menjelang 3 tahun kepergianmu, bimbinglah kami, adik-adikmu dari sana…..

Selasa, 17 Oktober 2011
dalam penuh pengharapan….
Gordi Afri, adikmu

Gambar: google



Kemarin (11/10/2011), saya bertemu seorang penjahit. Persisnya saya yang berkunjung ke tempatnya bekerja. Usahanya ini terletak di pinggir jalan kecil nan ramai di Jakarta Pusat. Ibu ini melayani pelanggan usahanya dengan ramah. Siang ini pun seperti itu.


Ketika saya masuk, dia sedang membereskan sebuah celana jahitannya. Dia bercerita kalau sebelumnya ada pemuda yang hendak menjahit celananya namun gagal karena perbedaan harga. Ibu itu mempersilakan pemuda itu mencari tempat jahitan lain. Rupanya pemuda itu tidak menemukan penjahit yang cocok. Tak lama berselang, dia datang lagi. Namun, ibu setengah tua itu menolak jika jahitannya langsung diambil siang itu juga.

Ibu ini memang pekerja keras. Keringat mulai tampak di mukanya. Bisa jadi karena kepanasan. Dia dan suaminya menjalani profesi ini sejak puluhan tahun lalu. Konon, dia adalah seorang perantau. Sebagai perantau, dia mengalami banyak pengalaman bertemu orang dari berbagai latar. Dia memberi nasihat, "Mas sebagai perantau—apalagi sebagai mahasiswa—kita mesti rendah hati dengan penduduk asli." Di mana-mana perantau memang menjadi warga kelas dua. Tak sedikit yang berusaha mengubah/memperbaiki status sosial sehingga menjadi setara dengan penduduk asli. "Kalau mereka olok, kita terima dengan rendah hati saja. Namun, kita juga mesti tegas dengan identitas kita supaya mereka sadar," lanjutnya. Ibu ini sadar akan identitas. Identitas menjadi ciri khas seseorang. Bisa jadi orang yang tidak menghargai akar budayanya tidak beridentitas. 

Identitas ini pula yang membuat ibu ini dipercaya banyak orang. Dia bercerita kalau dulu dia sering melayani pesanan jahitan untuk pegawai TNI AL, dari kantor polisi, dan artis legendaris Indonesia seperti (grup) Koes Plus. "Di rumah saya, ada koleksi kaset Koes. Dia memberi dengan gratis puluhan tahun lalu," kenangnya. Bukan hanya dengan kalangan atas, ibu ini juga akrab dengan tukang sayur. "Kalau ada pakaian yang masih layak pakai, saya berikan kepadanya," cerita ibu yang sudah 35 tahun menjadi penjahit. Keakraban ini membuatnya bisa kenal dengan banyak orang. Di perantauan, peran teman amat penting. Kalau ada masalah, teman bisa membantu. Sumbangan kecil yang amat berarti. Maka, semakin banyak teman dan sahabat, semakin luas jaringan pergaulan. Semakin baik kita bertutur kata, semakain banyak orang percaya dengan kita. Terima kasih Ibu atas nasihatmu.   

Cempaka Putih, 11 Oktober 2011
Gordi Afri


Hemat energi melalui cara berpakaian
Tragedi itu terjadi pada 11 Maret 2011 di Jepang. Bangunan hancur diterpa gelombang tsunami, belasan bahkan puluhan ribu nyawa manusia terenggut. Tambah lagi dengan ribuan nyawa yang dinyatakan hilang. Setelah gempa dan gelombang tsunami itu, muncul banyak persoalan baru. Satu di antaranya adalah ledakan reaktor nuklir yang membawa bahaya radiasi.


Enam bulan berlalu. Trauma masih ada. Sarana untuk warga pun belum tuntas. Masih ada yang tinggal di hunian sementara. Namun, kini Jepang bangkit lagi. Pemerintah dan warga Jepang sedang memulihkan situasi dan kondisi. Semangat tahan uji masyarakat Jepang terbukti dalam mengatasi bencana ini. Sekadar diketahui selama abad XX dan XXI Jepang mengalami beberapa bencana alam dahsyat. Gempa bumi Kanto 1923, Gempa bumi besar Hanshin-Awaji 1995, Gempa bumi Hokkaido 2003, Gempa bumi Chūetsu 2004, Gempa bumi Iwate 2008, Gempa bumi Shizuoka 2009, Gempa bumi Jepang 2010, dan Gempa bumi dan tsunami Sendai 2011. Betapa semangat pemerintah dan masyarakat Jepang teruji dan menjadi kuat melalui peristiwa ini. Semangat ini pula yang membangkitkan mereka untuk membangun negeri.

Laporan kolom intermezzo di TEMPO edisi 12-18 September 2011 memperlihatkan bagaimana pemerintah dan masyarakat mendukung rencana ini. Sarana publik diperbaiki, seperti rel kereta api, bandara, terminal, dan sarana lain. Selain itu, hunian sementara tetap disediakan. Masyarakat boleh menggunakan hunian ini secara gratis sambil menunggu renovasi rumah. Ini yang membuat masyarakat merasa nyaman untuk tetap tinggal di lokasi semula meski kerapkali dilanda ancaman gempa.

Selain itu, masyarakat mendukung dengan beberapa kebiasaan baru seperti penghematan energi listrik. Lampu penerang di rumah dan jalan dihidupkan seperlunya saja. Pendingin ruangan (Air Condition) di hotel dihidupkan dengan suhu sedang dan pada waktu tertentu saja. toko-toko dan pusat belanja dibuka setengah hari, tidak 24 jam seperti biasanya. Mereka juga menggunakan pakaian yang tipis agar tidak terlalu pamas. Ini semua demi mendukung program penghematan energi listrik.

Sumbangan lain juga muncul. Dari kaum tua sedang diusulkan program baru. Mereka menjadi relawan untuk memperbaiki reaktor nuklir. Hitungan dampak radiasi yang akan terjadi setelah 30-40 tahun sudah dipersiapkan. Kalaupun kena radiasi, mereka tidak teralalu rugi karena umur mereka nanti sudah tua. Daripada mengirim relawan muda yang masih usia produktif. Begitu prinsip mereka.

Para perawat dan dokter juga tetap masuk rumah sakit meski suami dan anak mereka menjadi korban bencana. Mereka berprinsip bekerja karena banyak yang membutuhkan. Jangan heran kalau beberapa perawat Indonesia diminta dikirim ke daerah bencana. Solidaritas dan semangat  juang yang tinggi.

Kita, bangsa Indonesia yang berada di daerah gempa dan sering dilanda gempa dan bencana alam lain bisa belajar dari bangsa Jepang. Kita sudah mengalami beberapa bencana besar seperti Aceh (2004), Mentawai, Wasior, dan Yogyakarta (2010). Peristiwa ini kiranya mematangkan persiapan diri kita menghadapi bencana alam. Ekspedisi CINCIN API KOMPAS juga bisa memperluas pemahaman kita tentang bencana alam. Setelah semuanya diketahui, persiapan diri kitalah yang menjadi penentu utama. Bahaya bencana alam akan selalu ada, tinggal saja bagaimana kita menghadapinya. Alam boleh bergejolak, nyawa manusia tetap diselamatkan semaksimal mungkin.

Cempaka Putih, 22 September 2011
Gordi Afri
Powered by Blogger.