Halloween party ideas 2015

Berbagi Kisah Kasih

kawan, kamu baru pulang
lama mengembara
kami merindukanmu
kamu dikenang

mari berbagi kisah-kasih
kapan saja kamu bersedia
di tengah kesibukan dan waktu yang sebentar saja
aku rela berbagi kisahku

berbagi kisah sambil menyerumput jus alpukat
jus ini sebagai penghilang rasa
biarkan kisah ini menjadi kisah kasih
yang akan dikenang juga

oleh-oelhku ada dua
ada kisah kasih
ada pula jus jambu traktiran ini
tak apalah, sekali duduk, menikmati dua

ini kisah kasih
kisah yang selalu indah dikenang
tak lekang zaman
tak surut diterpa badai emosional

aku berbagi kisah
kamu pun mendengar
semoga kamu bisa memetik
petuah menarik dan hikmah di dalamnya

waktu berjalan dan jus jambu hampir habis
kisah ini layak kamu kenang
sebab sekali selamanya
tahun depan mungkin tidak berjumpa lagi

CPR, 5/5/13
Gordi

ilustrai, internet
Pagi ini ada adegan menarik. Sambil berjalan pelan pagi hari di luar rumah, saya melihat adegan itu. Kebetulan para siswi/a di sekitar rumah kami sedang masuk sekolah. Ada yang diantar orang tua, tukang ojek, ada pula yang datang sendri berjalan kaki. Saat itulah adegan menarik itu terjadi. Saya terharu melihatnya.

Siswi itu turun dari sepeda motor bapaknya. Lalu mengambil tas yang ditaruh di depan tempat duduk bapaknya. Kemudia dia pamit pada bapaknya sambil mencium tangan bapaknya. Adegan ini menarik perhatian saya. Rupanya bukan hanya satu dua anak sebagian besar seperti itu, kecuali yang diantar tukang ojek.

Adegan sepele namun menarik perhatian. Ini tanda anak masih cinta pada orang tuanya. Cinta itu terwujud dalam adegan ciuman. Bukan ciuman bibir tetapi ciuman tangan orang tua. Ada nilai yang tersirat dalam adegan itu. Orang tua tentu mendidik anak untuk berbuat seperti ini.

Betapa banyak anak yang tidak melalkukan ini sebelum mereka belajar di kelas. Tentu ini bukan adegan mutlak. Ada cara lain dalam budaya tertentu untuk menggambarkan bukti cinta anak pada orang tua. Tetapi adegan ini menjadi salah satu pesna bahwa masih banyak anak yang patuh pada orang tuanya.

Adegan ini menjadi kenangan tersendiri bagi saya ketika jalan-jalan pagi di luar rumah di kota Padang ini. Kebetulan saja di samping rumah kami berdiri dua sekolah menengah atas. SMAN 10 Padang dan SMKN Padang. Pemandangan yang menarik. Saya tidak akan lupa adegan ini. Dan ini mengingatkan saya akan kota Padang ini ketika melihat adegan serupa di masa datang.

Terima kasih dan sampai jumpa kembali. Salam hangat untuk adik-adik SMA di Padang.

Padang, 16/5/2013
Gordi

Tempatnya tinggi
Puluhan meter di atas permukaan laut
Dari sini Siberut terlihat indah
Laut di depan mata

Sayang, bukit ini gersang
Belum banyak tumbuh pohon
Hanya rerumputan liar tak berguna
Sedang ada reboisasi

Dulunya bukit ini pasti indah
Letaknya di ketinggian
Juga pepohonan tumbuh subur
Itulah yang diimpikan sekarang

Bukit itu jadi saksi
Tempat orang mengungsi
Ya tahun 2009 yang lalu
Ada isu tsunami di Siberut ini
Banyak orang lari ke bukit

Bukit ini salah satunya
Makanya ada pemondokan sederhana
Sebagai bekas tempat pengungsian
Pondok itu masih ada

Bukit ini bukit sejarah
Cocok untuk tempat pengungsian
Air laut tidak akan sampai di sini
Bukit ini memang patut diandalkan

Inilah Bukit Siberut
Bukit penyelamat
Bukit bernaung
Dari amukan laut

Muara Siberut, 7/5/13
Gordi


Pengalaman jadi bermakna ketika kita mau membagikannya (share) pada sahabat dan kenalan.

Demikian status saya di fb pagi ini. Saya membagikan pengalaman saya pada sahabat saya pagi ini. Mereka meminta saya untuk bercerita. Saya bersedia. Saat persiapan sya melihat ulang perjalanan hidup saya. Saat itulah saya menemukan makna tersembunyi dalam pengalaman itu.

Menemukan makna ini menjadi tugas saya selanjutnya. Dalam setiap pengalaman ada hikmahnya. Pengalaman yang dipandang jelek pun tetap bermakna. Inilah yang kadang-kadang saya lupakan. Saya hanya ingin membagikan pengalaman baik saja. Padahal dari pengalaman jelek pun bias menarik hikmah tertentu.

Saya tergoda untuk membagikan yang baik karena ada motif tertentu. Saya ingin dipandang orang baik. Ingin menjadi orang yang dipandang. Padahal sebaik-baiknya sesdeorang ada juga jeleknya. Ada juga jahatnya. Itulah sebabnya pagi ini saya bagikan juga pengalaman jelek saya. bukan untuk ditiru tetapi untuk menemukan hikmah di baliknya.

Saya menjadi diri saya ketika saya membagikan yang baik dan yang jelek dari diri saya. Kalau hanya yang baik saja-yang jadi kecenderungan saya-itu belumlah diri saya sepenuhnya. Diri saya sepenuhnya ada dalam yang jahat dan yang baik. Maka, jangan takut membagikan pengalaman yang baik dan yang jahat.
Asal saja kita memerhatikan cara menyampaikannya. Jangan sampai yang kita sampaikan justru mengajak pendengar untuk meniru yang jahat. Kalau meniru yang baik tentu saja tidak masalah. Bahkan dianjurkan untuk meniru yang baik. Tetapi yang lebih cocok kiranya menjadi diri sendiri. Boleh meniru yang baik dari orang lain asal kita tidak kehilangan jati diri. Biarlah yang baik dari orang itu kita jadikan contoh saja. Kita bias berbuat baik sesuai cara kita sendiri.

Sekian saja pengalaman pagi ini. Selamat beraktivitas.

CPR, 19/5/13

Gordi

Jalanan sepi
Tanpa mobil dan motor
Tetapi sepeda banyak
Anak-anak juga

Memang jalan itu bebas dari kendaraan
Kendaraan dialihkan ke jalan lain
Peluang ini dimanfaatkan anak-anak
Untuk bermain sepuasnya di jalanan

Keselamatannya tentu untung-untungan
Karena bahaya dating seperti pencuri
Ya ada-ada saja kecelakaan
Ada juga kendaraan yang mencoba masuk

Anak-anak sebaiknya diawasi dengan baik oleh orang tua
Jangan sampai celaka
Kasihan anak-anak itu
Jika terjadi celaka

Mereka mau senang-senang
Malah ditimpa kesedihan
Padahal mereka bersenang hanya sebentar saja
Sebagian besar hari hidup mereka dilalui dalam gang sempit

Anak-anak itu merindukan dunia bebas
Bebas dari kekangan
Dari keterurungan
Dari ruang sempit

Mereka rindu bermain di tempat bebas
Di tempat luas
Di tempat di mana mereka bias melompat, berlari berteriak, berkejaran, bersahutan, dan sebagainya
Jalan adalah pengganti tempat itu

Tetapi jalan itu terbatas
Dari segi luas
Dari egi keamanan
Dari segi waktu

Biarkan anak merasa merdeka dalam hidupnya
Beri mereka kesempatan untuk berekspresi
Jangan mengekang apalagi mengurung


Siapa yang bias bebas ia yang bisa berbicara dan berpendapat

CPR, 19/5/13
Gordi

Orang Jakarta suka naik bis. Ada yang suka benaran. Suka naik bis ke mana-mana. Ada yang terpaksa suka. Karena tidak ada pilihan lain. Tidak punya kendaraan sendiri.

Ada juga yang sesekali saja naik bis. Ada pula yang naik bis dengan maksud tertentu. Untuk penelitian tugas kampus, dan sebagainya. Untuk mengetahui situasi dalam bis dan sebagainya.

Jakarta juga terkenal dengan bis-nya. Metro mini dan angkutan kecil yang lain menjadi sarana yang sering digunakan masyarakat kelas bawah Jakarta. Pengguna terbesar dua moda ini adalah mereka yang penghasilannya pas-pasan. Ada juga kaum elit yang naik bis ini tetapi jumlahnya tidak sebeberapa. Sebagian besar kaum elit naik mobil sendiri.

Pengguna lain dari moda transportasi bis adalah mahasiswa dan kalangan muda-remaja. Mereka ini yang sering menumpang pada pagi dan siang hari saat keluar sekolah. Tak jarang bis selalu penuh pada pagi, siang, dan sore hari. 

Ada pilihan lain untuk mengatasi padatnya bis ini. Pemerintah DKI menyiapkan bis transjakarta. Selain itu ada kereta api. Dengan dua jenis moda ini, seharusnya tidak ada lagi kekurangan transportasi umum. Tetapi ya namanya Jakarta selalu berjubel penumpangnya.

Jubelan penumpang inilah yang membuat kereta dan bis trans juga bus patas selalu sesak. Suasana dalam bis tidak kondusif. Esek-esek selalu menjadi pilihan. Setiap orang mau cepat sampai tujuan. Semua mau merebut dapat jatah dalam bis. Entah duduk atau berdiri. Asal dalam bis saja, kan sampai tujuannya. Tak peduli dengan esek-esek ini.

Esek-esek atau tepatnya saling gesek ini sulit dihindarkan. Warga Jakarta pun kiranya sudah maklum dengan situasi ini. Ada yang protes tentu saja. Tetapi mau bagaimana lagi. Kalau tak siap gesek-gesek ya jangan naik bis. Tetapi ini tentu saja tidak berarti setiap orang harus saling menggesek ketika dalam bis. Sama sekali tidak.

Hanya saja jika penumpang penuh, saling gesek tak terhindarkan. Dalam trnasjakarta misalnya. Ada penumpang duduk dan berdiri. Yang berdiri ini yang tidak teratur. Aturannya hanya memegang tali yang terpasang di atas kepala. Tali ini menjadi penyangga ketika bis oleng ke samping atau ketika berhenti mendadak. Tali ini menjadi pengikat keseimbangan. Tali ini memang berperanan penting. Hanya saja tentu tidak cukup untuk menampung beban seluruh tubuh.

Tangan boleh memegang kuat pada tali tetapi tubuh pasti miring ke samping, depan atau belakang. Nah, saat inilah saling gesek tak terhindarkan. Siapa pun pasti maklum ini murni gesekan alam. Sebab, tidak disengaja. Kalau ada yang disengaja itu tentu saja melanggar etika namanya. Hanya saja dalam bis ini saling gesek yang hanya sekejap saja ini sulit dideteksi motifnya. Apakah gesek alami ataukah gesek yang dibuat-buat.

Saling gesek ini menjadi ritme dalam bis Jakarta. boleh dibilang ini ciri khas naik bis di Jakarta. Tidak ada yang mengelak jika ditanya tentang suasana dalam bis di kota Jakarta. Semua penumpang juga maklum jika ada gesekan seperti ini.

Orang Jakarta pun punya keunikan dalam naik bis yakni saling gesek atau saya bahasakan esek-esek. Meski saling gesek ini terkesan kurang manusiawi, orang Jakarta tidak terlalu memusingkan hal ini. Mereka seolah-olah sudah menerima ini sebagai bagian dari keseharian mereka dalam bis. Jadi, tak perlu dipersoalkan.

Tentu bagi mereka yang suka naik mobil pribadi, boleh jadi ada pandangan lain. Mereka bisa saja merasa jijik dengan suasana seperti ini. Gesek-gesek itu merusak pandangan. Mengotori pakaian teman. Menimbulkan prasangka yang kurang enak. Bahkan bagi orang tertentu bisa menjadi perangsang seksual. Bau keringat pada siang hari jjuga menjadi hal yang mesti dihindari. Tetapi kalau sudah masuk dalam suasana esek-esek, hal ini mau tak mau dialami. Tetapi jika bisa dihindari ya sebisa mungkin dihindari.

Itulah sebabnya kelompok tertentu mungkin merasa jijik melihat suasana saling gesek ini dalam bis umum. Bagi yang tidak naik bis umum boleh saja jijik. Tetapi bagi pengguna bis umum, hal ini menjadi bagian dari keseharian mereka. Inilah gaya orang Jakarta saat naik bis.

CPR, 19/5/13

Gordi

Baru saja tiba dari Jakarta. Yogyakarta sedang terlelap saat saya tiba. Maklum masih pukul 4.30 pagi. Suasana di sekitar terminal Jombor, Sleman, masih sepi. Yang ada hanya tukang ojek, sopir taksi, dan sopir bis yang membawa penumpang dari Jakarta.

Perjalanan selama 12 jam dari Jakarta tak terasa. Saya hanya ingat pukul 16.30, kami keluar dari terminal Rawamangun. Saya masih bisa menikmati pemandangan di sekitar jalan tol sampai ujungnya di daerah Bekasi. Setelah itu, saya tertidur. Tidak ingat lagi suasananya.

Saya sadar lagi pas makan malam di daerah Pamanukan. Waktu menunjukkan pukul 19.35. Kami keluar dari bis dan menuju warung makan. Saat itu juga saya sempat buang air kecil. Biar aman tidur dalam bis. Daripada berdiri-duduk ke kamar kecil di bis. Kami memberikan kupon makan yang disertakan dalam tiket, lalu mengambil makanan.

Tak lama di sini. Ya namanya makan dalam perjalanan, tak perlu berlama-lama. Begitu selesai, langsung kembali ke bis. Dan, kru bis juga melihat, kalau sudah masuk semua, bis jalan lagi. Di sini memang bukan makan untuk kenyang atau makan untuk bersantai. Makanannya sedikit atau pas untuk menu jalanan. Variasi lauknya juga sedikit. Meski demikian penumpang tidak punya pilihan lain kalau mau gratis. Kalau mau keluarkan duit tambahan dari uang saku dan membeli menu yang lain boleh juga.

Saya mengambil menu yang disediakan. Jadi, tak perlu biaya tambahan. Kalau penumpang lain mengambil yang itu ya berarti menu ini memang cocok juga untuk saya. itulah sebabnya saya tidak mengambil yang lain.

Setelah semua penumpang dalam bis, kami berangkat lagi. Saya masih terjaga selama lebih kurang 1,5 jam setelah makan. Masih bisa melihat kendaraan lain di samping kiri-kanan kendaraan kami. Ada sesama bis penumpang, ada mobil barang, ada truk barang, truk alat berat, dan sebagainya.

Malam makin larut dan saya pun tertidur. Tak terasa lagi, posisi kami sekarang. Saya hanya ingat suasana dalam bis. Suhu makin dingin. Para penumpang mengenakan selimut. Tidak banyak yang bersuara. TV dalam bis yang dari tadi menyala kini dimatikan.

Hanya ada suara seorang anak balita yang merengek. Dia meminta bapaknya tidak duduk di kursi. Sehingga dia bisa tidur. Tentu tidak bisa. Akhirnya sang bapak mengalah, dia hanya memakai sebagian kecil dari kursi itu untuk menyangga pantat. Selebihnya digunakan sang anak.

Menjadi bapak atau ibu memang harus bisa berkorban. Terutama demi anggota keluarga. Ini yang sering tidak mudah. Ada juga orang tua yang menghindari pengorbanan seperti ini. Lantas, saat bepergian, mereka meninggalkan anak yang seharusnya tidak boleh ditinggalkan. Mereka lebih asyik sendiri tanpa direpotkan sang anak. Anak dibiarkan diasuh sang baby sitter. Padahal sang anak semestinta merasakan kasih sayang, ciuman, pelukan, dan kehangatan dari orang tuanya.

Saya merasa kami semua tertidur karena saya tidak mengingat lagi, tak merasakan lagi, tak emndengar lagi. Semuanya mati total. Kami tertidur tetapi masih ada yang tidak tidur. Pak sopir tidak tidur. Dialah satu-satunya manusia yang menjaga kami, membiarkan kami terlelap dalam bis ini. Saya yakin selain dia, ada juga Tuhan yang menyertai perjalanan kami. Entah bagaimana peran Tuhan dalam perjalanan ini. Tidak bisa dibuktikan secara indrawi. Tetapi saya yakin Dia hadir dan membantu sopir mengarahkan perjalanan kami.

Ini keyakinan saya. Tuhan tidak tidur. Tentu dengan gampang orang yang tidak meyakini Tuhan mengatakan bukan Tuhan yang mengarahkan sopir dalam perjalanan ini. Boleh-boleh saja. Toh sopir juga sudah terbiasa, terlatih, untuk membawa penumpang sampai tujuan. Tanpa Tuhan pun sopir bisa mengendalikan bis ini.

Lalu mengapa saya tetap yakin Tuhan tidak tidur? Karena saya yakin bahwa Tuhan menyertai kami dalam perjalanan ini. Keyakinan ini yang menguatkan saya untuk membiarkan sang sopir bekerja tanpa kami tahu. Kami tertidur tetapi dia tidak tidur. Kalau dia tidur tentu bis tidak jalan. Tetapi, menurut saya, sopir tidak sendiri. Ada Tuhan yang menemani dia. Saya pun percaya diri untuk tidur, tidak berjaga, seperti sopir. Saya memilih untuk tidur karena Tuhan menyertai kami. Saya yakin selamat sampai tujuan.

Dan, pukul 4.30, kami tiba di terminal Jombor, Sleman, Yogyakarta. Di sinilah saya sadar lagi. Setelah keluar dari bis, saya tunduk sebentar mengucapkan terima kasih pada Dia yang menyertai kami dalam perjalanan ini. Setelah menunggu sekitar 10 menit, datang tukang ojek dan menawarkan diri mengantar saya. setelah harga disepakati kami keluar dari terminal dan menuju rumah saya. terima kasih Tuhan untuk lindungan-Mu.

PA, 21/5/2013
Gordi


Kamu harus percaya diri
Bukannya rendah diri
Nanti jadi minder
Bahkan asosial

Kamu pantas disayang
Dan memang kakak sayang kamu
Itulah sebabnya kamu mesti senang
Bukan malah tunduk pada guyonan orang

Orang boleh berguyon
Dan kakak tahu perasaan wanita
Tetapi kakak mau katakan yang sebenarnya
Kakak sayang kamu

Jangan tunduk pada guyonan mereka
Mereka bukan kakak
Mereka juga mungkin ingin meraih hatimu, perasaannmu, bahkan jiwamu
Tetapi itu semua kan sudah kamu serahkan pada kakak

Jadi untuk apa lagi kamu mampir ke mereka
Bukankah kamu ingin bersama kakak?
Mari kita bergandengan tangan
Bersahabat dengan baik, sopan, ramah, setia, rendah hati, dan terbuka

Kakak mau katakan bahwa hati kakak hanya untuk kamu
Tidak ada yang lain lagi selain kamu
Itulah sebabnya ke mana pun dan di mana pun serta kapan pun
Kakak ingat dede
Kakak dan dede saling sayang

Salam sayang ya dede
Kapan kita bertemu
Untuk menyatakan sayang dari dekat
Bukan dari jauh alias sayang-sayang saat ini

Salam sayang sekali lagi
Salam ini hanya untukmu
Ingat yahhh
Ini murni dari hati kakak

PA, 21/5/13

Gordi

gambar dari internet


Sapa-menyapa bukan hal luar biasa. Itu sudah biasa dalam masyarakat. Tetapi yang biasa ini kadang tidak dibiasakan. Lantas, kebiasaan saling sapa memudar dan hilang dari kehidupan masyarakat. Padahal ini hal biasa yang diturunkan nenek moyang.

Saling sapa merupakan kebiasaan yang baik. Bukan karena ini menjadi biasa. Tetapi saling sapa menjadi pembuka komunikasi harian. Sapaan, selamat pagi, menjadi pembuka komunikasi di pagi hari. Sapaan ini menjadi pendobrak kekakuan, kemalasan, keengganan untuk bangun, kelambanan untuk memulai pekerjaan, di pagi hari. Maka, saling sapa menjadi kebiasaan yang baik.

Kebiasaan yang baik ini juga menjadi ungkapan kesediaan untuk berkomunikasi. Komunikasi membutuhkan kesediaan hati. Maksudnya, komunikasi mesti muncul dari hati. Dari hati saya ke hati mu. Jika tidak, komunikasi itu menjadi hambar, hanya sekadar basa-basi. Sapaan, selamat pagi, justru menjadi cerminan kesediaan seseorang untuk berkomunikasi. Sapaan itu bukan sekadar basa-basi.

Saling sapa juga merupakan penghilang stres. Suara merdua yang diungkapkan sahabat saya pagi ini menghilangkan stres saya. Pagi-pagi kok sudah stres. Ya bagaimana tidak stres, seorang teman merusakkan komputer. Padahal di dalamnya ada beberapa file pekerjaan kampus dari beberapa teman. Pekerjaan itu mau dikumpulkan hari ini. Saya merasa jengkel karena sudah diberi instruksi agar teman ini tidak mengotak-atik komputer yang satu itu. Tetapi, dia memuaskan rasa ingin tahu dan rasa sok tahunya dengan membuka komputer ini. Kalau komputernya tetap baik tidak apa-apa. Ini komputer macet dan pekerjaan beberapa teman tidak bisa dicetak.

Stres itu hilang seketika saat suara merdua teman saya itu menggema, selamat pagi mas. Suara itu sering saya dengar. Hampir setiap pagi. Tetapi pagi ini terasa lain. Suara itu punya kekuatan yang dahsyat. Dia menghilangkan stres saya. rupanya hal biasa, mendengar sapaan selamat pagi, menjadi luar biasa pagi ini.

Saling sapa terbukti menjadi obat mujarab menghilangkan stres. Maka, pagi ini, saya menyapa beberapa teman. Sebentar lagi mau berangkat ke kampus, menengok teman-teman saya di sana. saya akan menyapa mereka nanti. Di jalan nanti jika bertemu polisi saya akan menyapanya. Siapa tahu suara saya itu bisa menghilangkan stresnya karena ulah pengguna jalan yang semau gue saja.

Rupanya saling sapa bukan sekadar basa-basi. Saling sapa punya kekuatan dahsyat. Kalau pun bermula dari basa-basi, saling sapa tetap menyimpan kekuatan. Saling sapa yang hanya kebiasaan harian rupanya menjadi kebiasaan yang luar biasa. Maka, sudahkah Anda menyapa orang-orang di sekitar Anda???

PA, 22/5/13

Gordi

Berita itu mengejutkan
Penis dipotong setelah berhubungan intim
Kali ini baru ada kasus seperti itu
Entah sebelumnya tidak diliput media

Semua tahu penis itu penting
Tanpa itu tidak ada persetubuhan
Semua lelaki memiliki itu
Entah masih normal atau ada cacatnya

Kalau sampai itu dipotong
Tak ada lagi yang bisa diharapkan
Tak ada lagi hubungan intim
Tak ada lagi kebanggaan sebagai lelaki

Entahkah penis itu masih bisa diselamatkan?
Apakah lelaki itu masih bisa bersetubuh dengan lawan jenisnya?
Bagaimana kelanjutan kehidupan lelaki itu?
Sejumlah tanya yang muncul

Bersama vagina penis adalah sumber kehidupan
Bayi ada karena pertemuan dua alat ini
Kalau salah satunya dihilangkan
Maka tak ada lagi sumber kehidupan itu

Teganya perempuan itu memotong penis
Kalau potong jari saja tidak begitu mengagetkan
Sebab potong jari menjadi salah satu bentuk hukuman adat di tanah Papua
Kali ini tidak main-main potong penis

Jangan potong penis
Karena penis adalah aset lelaki
Hanya lelaki yang punya ini
Jagalah itu hai lelaki

PA, 22/5/13
Gordi

Aku tahu kamu ingin mimpiin aku
Aku tahu kamu rindu ketemu aku
Aku tahu kamu kangen aku
Aku tahu kamu ingin sekali menciumku

Jika aku ada dalam mimpimu
Kamu selalu membayangkanku
Bayangan yang muncul tak kenal siang dan malam
Bayangan yang bebas ruang dan waktu

Jika kamu merindukan aku
Kamu pasti ingin sekali bertemu aku
Maunya sekarang saja
Kalau pun nanti pasti kamu akan membuat kejutan luar biasa

Jika kamu kangen aku
Aku yakin sebagian waktumu hanya untuk membayangkanku
Saat makan, tidur, belajar, belanja,
Bahkan saat kamu ke toilet

Jika kamu menciumku
Aku pun pasti merasakan dahsyatnya ciumanmu
Lembut, damai, dan bahkan dunia serasa hanya milik berdua saja
Tidak ada orang lain lagi

Sayang semua ini hanya ilusi
Tetapi ilusi ini membuat kita saling mendekatkan diri, saling merindukan, saling mengingatkan, bahkan saling mendoakan, saling memberi kabar, dan sebagainya

Sayang, kita tidur yahhhh

PA, 22/5/13
Gordi

ilustrasi, di sini
Kebiasaan kantuk di kelas di kalangan mahasiswa bukan hal baru. Banyak mahasiswa tertidur atau sekadar kantuk di kelas. Meski ini bukan hal yang baik, kebiasaan ini tetap saja terjadi. Soal baik dan tidaknya kantuk di kelas memang menjadi relatif. Ada yang pro dan ada yang kontra.

Sedikit pengalaman saya. Di kampus kami, seorang dosen pernah mengatakan, kalian boleh tidur di kelas asal tidak mengganggu yang lain. Gangguan itu misalanya ngorok atau keluar air liur yang menyebabkan bau tak sedap. Tak jarang mahasiswa yang kantuk langsung tidur. Tetapi aneh bin ajaib, kami juga langsung bangun ketika sesi diskusi dengan dosen dibuka.

Beberapa teman saya bahkan langsung mengacungkan jari dan bertanya pada dosen. Beberapa teman yang pernah saya tanya mengatakan, mereka memang emndengar pemaparan dosen. Kata kuncinya ada pada kata pembuka. Dosen memaparkan bahan pada bagian awal ada intinya. Selanjutnya hanya penjelasan mengenai bahan tersebut. Teman-teman ini dengan jitu menangkap isi pembicaraan. Itulah sebabnya mereka bisa bertanya meski  kantuk di kelas.

Menurut dosen kami itu, lebih baik mahasiswa itu tidur daripada mendengar secara terpaksa. Setelah tidur, dia akan bangun dengan segar tanpa rasa kantuk. Masalahnya jika mahasiswa tidur sepanjang pelajaran. Tetapi tentu saja tidak. Sebab, ada giliran untuk mengisi kolom paraf pada presensi.

Soal kantuk emmang menjadi masalah besar bagi mahasiswa. Kemarin ketika mengunjungi beberapa teman di kampus mereka, saya masuk ruang pustaka sekaligus ruang baca. Saya mengisi waktu daripada duduk melongo saja. Saya ambilkan beberapa majalah sebagai pemancing minat baca. Kemudian saya keluarkan buku bacaan saya dari tas.

Bersama saya ada seorang mahasiswa. Dia sedang mengerjakan tugasnya. Laptop dinyalakan dan dia mengetik. Beberapa buku yang tampaknya buku acuan dibawanya. Ditaruh di samping laptop. Saya terus membaca hingga satu jam lebih. Saya kaget ketika pelan-pelan mahasiswa itu mematikan laptopnya dan tertidur. Saya menunggu beberapa saat. Ruapnya dia memang tidur.

Woao...untunglah saya tidak tertidur seperti dia. Saya memang datang untuk membaca bukan untuk mengerjakan tugas. Boleh jadi tugas itu menyebabkan dia capek dan akhirnya tertidur. Apalagi jika tugas itu harus dikumpulkan hari itu juga. Inilah derita mahasiswa.

Sebenarnya derita itu bisa diantisipasi. Jauh-jauh hari harus dicicil. Jangan tunggu mendekati hari H baru mulai dikerjakan. Saya beruntung berlatih membagi waktu seperti ini ketika kuliah. Sebab, dalam seminggu beberapa dosen memberi tugas untuk membuat makalah. Jadi, dalam beberapa minggu kemudian ada beberapa makalah yang dikumpulkan. Saya mencoba menyicil mengerjakannya. Mulai dari yang paling mudah dikerjakan. Dengan ini saya punya waktu yang panjang untuk menyelesaikan dan sekali lagi memeriksa pekerjaan sebelum diserahkan pada dosen.

Boleh jadi juga mahasiswa ini capek karena hal lain. Mahasiswa sekarang, zaman saya juga, suka banyak pekerjaan. Ada yang memang bekerja untuk membiayai kuliah. Ada pula yang mencari-cari pekerjaan. Entah itu menghabiskan waktu di mol atau sekadar jalan-jalan. Ada pula yang seharian bersama pacar. Ada yang ikut organisasi yang sebenarnya tidak menunjang kuliah. Hal-hal semacam ini justru menghambat mahasiswa jika tidak pandai mengatur waktu.

Jangan heran jika di kelas mahasiswa capek dan tertidur. Waktu untuk belajar malah diganti untuk tidur. Dan waktu untuk tidur diganti dengan makan-makan atau jalan-jalan. Orang yang bekerja bilang jam produktif malah digunakan untuk tidur-tiduran dan jam istirahat digunakan untuk kegiatan tidak produktif. Kalau begini kapan ada hasilnya? Hasilnya juga tidak akan optimal.

Masa kuliah memang menjadi masa emas dalam hidup. Tetapi jika disalahgunakan masa emas ini menjadi masa sia-sia. Masa untuk disia-siakan. Kelak masa depan menjadi hampa. Harapan dan target tak tercapai. Memang tidak ada kata terlambat untuk belajar. Tetapi, kalau selalu terlambat untuk belajar ya tidak akan tercapai.

Belajar itu harus disertai target. Kalau target ada, usaha untuk kejar target harus dilakukan. Jika tidak target akan terpasang dan tersusun rapi di meja belajar. Hari berganti malam, malam berganti siang, tahun berganti, bulan berlalu, kuliah tidak selesai.

Semoga mahasiswa ini bangun dan segra menuntaskan pekerjaannya. Dan, jangan tunda lagi ya. Jangan biarkan waktu produktif berlalu dengan tertidur saja.
PA, 23/5/13
Gordi


Asap terasa pedih di mata. Mata pun tak bisa berkedip dan terbuka. Siapa pun yang matanya kena asap pasti tertutup. Asap sering dihindari agar mata tidak rusak. Asap pun menjadi negatif.

Ada api ada asap. Asap tak muncul dari dirinya. Dia muncul dari api. Api seperti kita tahu bisa membakar, menghanguskan apa saja, kecuali air. Hasil bakarannya adalah asap. Asap merupakan bagian akhir dari api bakaran itu. Bagian lain yang tidak habis terbakar akan menjadi arang.

Asap tidak selamanya memedihkan mata. Asap bisa menjadi hal yang positif. Dari asap muncul aroma sedap. Asap bakaran sate mengundang nafsu makan yang tiada terkira. Yang tidak lapar pun menjadi lapar. Yang lapar menjadi bernafsu untuk makan.

Inilah yang saya hirup ketika berkeliling tadi. Semula mau ikut pertemuan bersama teman kompasianer di gang Timor-Timor tapi tidak jadi. Sudah sampai di gangnya tetapi tidak sampai tempat pertemuan.

Daripada pulang lagi, tak salah saya memutar di beberapa bagian jalan. Jalan Kaliurang, kompleks UGM, Gejayan, Condong Catur. Di Gejayan dan Concat, ada aroma sate. Ingin makan tetapi saya sudah makan. Saya kenyang tetapi seolah-olah dibuat lapar lagi.

Ya ini gara-gara asap bakaran sate. Asap yang memedihkan mata tukang sate tetapi membuat nafsu makan pengunjung warung makin tinggi. Asap yang berefek ganda. Dari asap inilah muncul perjuangan untuk melayani pengunjung. Sate yang enak akan jadi laris-manis. Hasil jualan sate bisa untuk biaya sekolah, kuliah, hidup sehari-hari, dan sebagainya.

Salam asap-sate.

PA, 23/5/13

Gordi

Tuhan, saya sudah mengikuti ujian nasional
Ujian yang membuat daya juang saya terasah
Ujian yang membuat waktu dan tenaga saya tersita
Ujian yang membuat saya tidak bermain-main

Tuhan, sebentar lagi akan diumumkan hasilnya
Saya akan menerima apa pun yang terjadi
Entah saya lulus atau tidak
Yang jelas itulah hasil belajar saya selama 3 tahun di SMA

Saya berharap untuk lulus
Karena saya sudah berkorban selama ini
Dengan kelulusan itu
Saya melanjutkan ke pendidikan berikutnya

Betapa saya senang jika saya lulus
Orang tua saya tentunya bangga
Anaknya akan melanjutkan ke bangku kuliah
Dan mereka sudah merencanakan ini bersama saya

Tuhan, jika saya lulus
Saya akan bergembira bersama teman-teman, sahabat, dan keluarga saya
Saya berjanji tidak akan meluapkan kegembiraan ini dengan berkonvoi di jalan
Saya gembira dan biarkan pengguna jalan juga bergembira dengan lancarnya perjalanan

Jika tidak lulus
Betapa hati ini kecewa
Tetapi saya akan bangkit lagi
Toh itulah bukti bahwa saya belum maksimal belajar

Tuhan, hati ini dag-dig-dug
Tak tenang jiwaku
Berharap datangnya berita hasil UN ini
Buatlah saya tenang menerima hasil ini

Semoga saya tidak pingsan karena gagal
Semoga saya tidak stres karena gagal
Semoga saya tidak gila karena tidak lulus
Semoga saya tidak berkecil hati karena tidak lulus

Tuhan, semoga saya tidak mengecewakan keluarga saya
Guru saya, sekolah saya, adik-adik kelas saya
Semoga saya mampu berterima kasih pada guru, pendidik, dan pengajar yang memperkenankan saya mengenyam pendidikan di SMA

Ini saja doa saya
Semoga kami semua mendapat hasil terbaik bagi diri kami
Dan juga masa depan kami
Dan tidak berhenti belajar setelah selesai SMA ini

Salam dari kami, Siswi-a SMU

PA, 24/5/13
Gordi

Powered by Blogger.