Halloween party ideas 2015
Showing posts sorted by relevance for query PUISI. Sort by date Show all posts

foto oleh Akademi Berbagi
Tulisan ini adalah tulisan saya yang ke-100 di blog kompasiana ini. Kalau sebelumnya di profil saya, jumlah artikel hanya diberi 2 angka, kini di situ akan ditulis dengan 3 angka. Mulai hari ini 3 angka itu yakni 100 akan muncul. 

Bagi saya ini sebuah pencapaian. Dari Oktober sampai Agustus. 11 bulan. Kalau dirata-ratakan, tulisan saya setiap bulannya di bawah angka 10. Kalau saya menulis 10 artikel setiap bulan maka seharusnya saya sudah menghasilkan 110 artikel. Tetapi tidak apa-apa, toh jumlah tulisan saya sekarang, kalau dirata-ratakan, 9 artikel setiap bulannya. Angka 9 untuk waktu 30 hari belum apa-apa. Tetapi bagi saya yang sedang belajar menulis di blog kroyokan seperti ini, ini pencapaian yang memuaskan dan perlu dikembangkan.

Saya memang menulis tidak teratur. Tiga bulan pertama, tulisan saya menigkat. Mulai akhir Oktober 3 tulisan, lalu berikutnya, November 7, dan di bulan ketiga, Desember, ada 16 tulisan. Perkembangan ini ternyata tidak bisa dipertahankan. Di tengah kesibukan saya sebagai mahasiswa, waktu itu, dan juga menulis untuk 2 blog lainnya, saya masih bisa menulis, meski jumlahnya tidak meningkat. Sampai sekarang saya belum bisa melampaui rekor jumlah tulisan terbanyak di 3 bulan pertama yakni 16 tulisan di bulan Desember. Tiga bulan kedua, jumlah tulisan masih meningkat tetapi masih di bawah jumlah bulan Desember, yakni Januari 7, Februari 8, dan Maret 11.

Tulisan paling sedikit terjadi pada bulan pertama, 3 tulisan, kemudian April 5 tulisan serta November dan Mei masing-masing 7 tulisan. Untuk bulan Oktober bisa dimaklumi belum ada rencana untuk menulis banyak karena patokannya waktu itu adaalh menulis di blog saya sebelumnya yakni 1 tulisan untuk 1 pekan. Bulan November masih sedikit tetapi ada penigkatan dari bulan sebelumnya. Bulan April dan Mei, jumlah tulisan sedikit karena saya sibuk mengikuti Ujian Skripsi dan Ujian Komprehensif. Waktu tersita untuk mempersiapkan 2 ujian yang menjadi penentu kelulusan di kampus.

Tema Tulisan
Tulisan bertema Catatan Harian paling banyak. Ada 15 tulisan. Saya memang paling hobi menulis dari pengalaman. Pengalaman menjadi inspirasi menulis. Saya pun tidak segan-segan mengelompokkannya dalam kategori Catatan Harian.

Tema dominan yang kedua adalah Sosial Budaya, 13 tulisan. Tema ini cocok untuk pengalaman saya. Pengalaman saya banyak bersinggungan dengan realitas sosial. Kehidupan anak-anak jalanan misalnya menjadi bagian dari realitas sosial masyarakat Jakarta.

Tema yang paling sedikit adalah Bola. Itu tulisan saya yang ke-99. saya memang hobi sepak bola tetapi tidak terlalu sering mengikuti perkembangan dunia sepak bola. Saya sadar tema ini sebenarnya paling diminati. Saya sekarang sedang giat membaca koran-koran berbau bola dan olahraga lainnya. Saya mengikuti juga ulasan kompasioner yang konsen dalam tema Bola.

Tema Fiksiana juga sebenarnya bukan hobi saya. Malahan saya bisa mengatakan saya tidak bisa menulis puisi atau cerpen apalagi naskah drama dan dongeng. Tetapi syukurlah saya ternyata bisa juga mencoba menulis sehingga ada 3 puisi, dan 1 cerpen. Drama dan Dongeng juga Cermin belum ada.

Penghargaan Tulisan
Saya bukan siapa-siapa dibanding penulis hebat di kompasiana ini. Tetapi sebagai kompasioner ternyata saya masih bisa dibilang mempunyai sesuatu untuk dibagikan. Paling tidak pihak admin menghargai tulisan saya. Ada banyak yang masuk HL, high light. Sedikit yang masuk HL, headline, dan Terekomendasi. Tulisan yang masuk headline adalah Ada Apa dengan Staf berpakaian Seksi di DPRBeginilah Cara Anak-anak Warakas Mencari Pelajaran Tambahan, dan Belajar Tidak Korupsi dari Tukang Parkir. Sedangkan tulisan yang masuk Terekomendasi adalah Orang Jogya (Paling) sabar di Jalanan danKehidupan Para Sopir Bis Malam.

Ada kepuasan tersendiri bagi saya dengan tulisan yang mendapat penghargaan ini. Meskipun belum pernah masuk Freez, penghargaan yang menurut saya patut dikejar, saya puas dengan penghargaan masuk headline dan terekomendasi. Ini berarti tulisan saya berguna bagi pembaca lainnya di kompasiana. Sampai sekarang belum ada tulisan saya yang dihapus oleh pihak admin. Berarti saya menulis sesuai ketentuan dan tidak emnyinggung pihak yang dirugikan seperti soal SARA misalnya. Hanya beberapa kali admin memindahkan kategori tulisan. Ini pelajaran berharga dan pertanda bahwa admin memang bekerja dengan jeli.

Demikian laporan evaluasi perkembangan tulisan di kompasiana ini.terima kasih untuk pembaca tulisan ini dan terima kasih untuk teman-teman kompasioner yang bersedia membagi pengalaman menulis di kompasiana ini.

PA, 13/8/2012
Gordi Afri

Sejak kemarin, kanal fiksi di kompasiana macet. Kadang-kadang bisa muncul tulisan. Tetapi sebagian besarnya macet. Saya kira hanya saya yang mengalami ini. Ternyata ada juga beberapa teman yang mengalami hal itu.

Kalau ini terus terjadi, sayang sekali. Para penyair di kompasiana bisa kewalahan. Semangat menulis mereka boleh jadi kendor. Tetapi saya yakin hal ini tidak membawa pengaruh besar dalam menghasilkan karya-karya populer mereka.

Saya mencoba menulis beberapa puisi pendek. Hanya beberapa karena saya memang belum terlalu bisa menulis puisi. Apalagi cerpen. Tetapi saya mencoba menikmati karya kompasioner yang juga penyair.

Semoga kanal fiksi ini bisa kembali normal. Saya yakin pengelola kompasiana sudah menyiapkan trik jitu untuk mengembalikan kanal ini. Jangan patah semangat dalam menulis karya sastra.

Saya sudah mengalihkan tulisan yang berbau sastra ke kanal catatan harian. Tujuannya sederhana. Supaya langsung bisa dibaca. Awalnya saya memasukkan di kanal fiksi. Tetapi, ternyata macet ketika mencoba membukanya. Saya alihkan saja ke kanal catatan harian.
—————-
Obrolan pagi…
Selamat bekerja buat pembaca sekalian

PA, 10/10/12
Gordi Afri

*Dimuat di blog kompasiana pada 10/10/2012 dengan judul Kanal Fiksi Kompasiana sedang Eror

Kala perut terisi
Rasanya kenyang sekali
Kala perut lapar
Rasanya lapar sekali

Kenyang dan lapar
Selalu berlawanan
Orang lapar pengen makan
Orang kenyang pengen tidur

Mau jadi orang lapar?
Mintalah maka akan diberikan
Bekerjalah maka akan ada penghasilan
Berusahalah maka akan ada hasilnya

Mau jadi orang kenyang?
Jangan bermalas-malas terlalu lama
Ingatlah itu hanya sementara saja
Ada saatnya kenyang akan berlalu

Perut kenyang
Pikiran tenang
Tetapi jangan bermalas-malas
Nanti dianggap sombong

Jadi baik kenyang maupun lapar
Sama-sama harus dialami
Asal jangan lapar melulu
Jangan pula kenyang melulu

Puisi ngawur
Isi waktu
Biar otak tetap bekerja
Mencari susunan kata

Salam puisi

PA, 24/4/13
Gordi

foto musim dingin 
Kepala tak bertopi lagi
Bibir juga tak perlu dioles lagi
Leher tak bersyal lagi
Badan tak berjeket lagi
Jari tangan tak berkaus lagi
Kaki tak bersepatu lagi 

Langit tak mendung lagi
Jendela tak tertutup rapat lagi
Kamar tak berpemanas lagi
Bersepeda tak berpayung lagi 

Semua indah pada waktunya
Warna-warni alam ini
Terima kasih untukmu sang Pencipta 
Yang memungkinkan kami merasakan semua pada waktunya
Ada waktu untuk berdingin-dingin
Ada waktu untuk berpanas-panas

PELAN-PELAN semuanya kembali seperti di daerah tropis

Puisi menjelang awal Musim Semi 2015

Parma, 8 April 2015
Gordi

gambar dari bukge.com
Aku diam saja
Tak banyak berkata
Tak banyak berpikir
Tak banyak berkhayal

Tentangmu
Tentang kegiatanmu
Tentang lamunanmu
Tentang pikiranmu

Aku tak berdaya
Sudah berusaha
Sudah mencoba
Sudah mencari akal

Sayang gagal
Kali ini aku kalah
Kali ini aku tunduk
Kali ini aku pasrah

Biasanya aku menang
Ditantang sekali pun
Aku tetap maju
Maju gemetar

Sayang kali ini kamu menang
Kamu hebat
Aku akui kehebatanmu
Aku pun tunduk kalah

Puisi ini kubuat
Setelah facebook-ku kau kuasai
Aku tak berdaya mengendalikannya
Entah kapan aku bisa memulihkannya

Dengan berbagai cara kupulihkan
Sayang gagal
Sedang menunggu proses pengembalian yang baru
Sayang harus tunggu 24 jam

Kutulis ini untukmu facebook-ku
Tempatku menyapa sahabat
Tempatku menuang ide
Tempatku menjelajah dunia

PRM, 5/02/15
Gordi



Aku hanya seorang tukang kebun
foto oleh Bambang Setiari
Tanpa aku kebun kita jadi berantakan
Tanpa aku kebun kita tidak indah
Tanpa aku kebun kita tidak terawat

Aku hanya tukang kebun
Tiap sore menenteng selang air
Tuk menyiram tanaman
Tiap sore berhadapan dengan debu

Di musim kering aku akrab dengan tanamanku
Di musim hujan juga aku akrab
Tuk mencabut rumput liar
Kini aku sibuk dengan kebunku

Tiap sore ada tugas mulia
Merapikan kebun kami
Kelak pada saatnya nanti
Kami memetik buah dari buah-buahan yang ada di kebun

Ada mangga, jambu, nangka, pepaya, markisa, rambutan, dan sebagainya
Tak sia-sia aku menyiram
Lumayan irit duit tuk beli buah
Buah hasil usaha sendiri emang segar
Lebih segar dari buah di pasar
——————–
Obrolan malam
PA, 2/10/2012
Gordi Afri



Wah….tulisan kita di kompasiana ternyata benar-benar dilirik orang. Boleh jadi mereka ini berasal dari luar lingkungan kompasiana. Jadi memang tulisan kita tidak hanya dinikmati oleh kalangan kompasiana.

Ada juga yang tidak hanya sebatas melirik. Kalau melirik kan itu sah-sah saja asal tidak mengganggu yang lain. Ternyata ada yang setelah melirik jatuh hati. Jatuh hati pada tulisan. Beruntung kalau juga jatuh hati pada penulisnya. Ya siapa tahu bisa bertemu penulis karya itu misalnya.

Saya tadi benar-benar heran ketika membuka google. Saya klik nama saya dan keluar satu blog yang menampilkan nama saya. Ada beberapa situs yang mencantumkan nama saya. Ada kompasiana, ada 2 blogspot, ada facebook. Namun ternyata ada juga blogspot baru. Di luar dugaan saya. Dua blospot yang lain memang menjadi milik saya. Namun yang ketiga ini di luar pengetahuan saya.

Setelah diteliti memang benar nama saya di situ dicantumkan. Pengelola blog mengambil satu karya tulis saya di kompasiana ini. wah…..kaget sekaligus bangga. Meski hanya mengambil salah satu.

Tulisan itu rupanya menarik pengelola blog puisi ini. judul yang saya buat memang menarik, PEMUJA GADIS CANTIK. Isinya juga cukup menakjubkan. Ini menurut saya dan beberapa komentar teman. Boleh jadi atas dasar itu pengelola blog ini mengambil karya itu.

Mereka mempertahankan judul. Jadi judul tetap dan nama saya juga dicantumkan. Ini namanya bukan penjiplakan. Bahkan di bawah tulisan ada keterangan sumbernya dan peringatan dilarang mengubah nama pengarang.

Boleh jadi karya tulis yang lain sudah dan akan diambil oleh pengelola blog di luar kompasiana. Tidak dilarang asal bertanggung jawab. Nama sumber tetap dicantumkan demi menjaga otentisitas karya tulis itu.

————————
Obrolan malam

PA, 13/10/2012
Gordi Afri

*Tulisan ini dimuat juga di blogkompasiana pada 24/10/2014 

foto, shutterstock


Tolilet, tempatku membaca
Bisa juga menghayal
Tapi aku memilih untuk membaca
Itu lebih baik bagiku

Kutaruh satu buku disana
Biasa disebut buku di toilet
Atau buku yang ada di toilet
Atau juga bukunya toilet

Tapi akulah yang menaruhnya
Akulah pemilik buku itu
Akulah yang meminjam buku itu
Akulah yang ingin membaca buku itu

Buku itu sengaja di simpan di sana
Setelah dibaca ditutup kembali
Ditaruh pada tempat semula
Dibiarkan juga tetap bersih

Agar nyaman dilihat
Nyaman dibaca
Nyaman disentuh
Pokoknya menarik perhatianku

Sekali duduk di toilet saya membaca minimal 2 halaman
Kalau sehari dua kali ke toilet
Saya sudah membaca 4 halaman sehari
Apalagi kalau lebih

Itu sudah cukup berarti bagiku
Daripada menghayal tiada tara
Tak berarti bagi hidup
Padahal hidup mesti diberi arti

Sederhana tetapi bermakna
Buku di toilet
Akan kudekatkan selalu
Tiap kali aku duduk di ruang kebebasan ini

Benarlah kata penyair
Toilet juga bisa jadi sumber inspirasi
Dari sana muncul karya puisi
Biarlah toilet tetap jadi tempat baca

Toliet bukan saja tempat buang eeee
Toilet bukan saja tempat tanpa makna
Toilet bukan tempat yang gak nyaman
Tolet bukan tempat keramat

Toilet adalah tempat untuk mengambil ilmu
Toilet adalah tempat yang nyaman
Toilet adalah tempat penuh makna
Toilet adalah ruang kebebasan

Prm, 22/8/14
Gordi

Aku melihat asap tebal
Menutup pandangan mata
Menutup keindahan langit
Menghitamkan semua yang biru

Ya itulah asap
Yang warnanya hitam
Yang baunya kurang enak
Yang bisa menguningkan pakaian putih

Asap itulah yang kulihat
Menjulang tinggi di langit
Di bawahnya ada api
Yang membuat asap makin tinggi

Asap menjulang tinggi
Makin lama makin tinggi
Makin tinggi makin condong
Dan akhirnya bubar

Dari bawah tampak lurus
Seolah-olah ada yang membentuknya
Memang asap tampak lurus
Karena ada api yang menambah daya jelajahnya

Asap itu pertanda ada kebakaran
Kalau rumah yang terbakar
Atau sampah rumah yang terbakar
Asapnya tidak banyak

Kalau hutan yang terbakar
Asapnya banyak
Dan bahkan bisa terbang ke mana-mana
Sampai ke negeri tetangga

Aku sedang menulis tentang asap
Aku tidak sedang berpuisi
Meski modelnya puisi
Ini adalah catatan tentang asap

PA, 28/6/13
Gordi

Rakyat kecil makin tertindas
Demikian bunyi komentar teman dalam fb
Wah amat disayangkan
Sudah kecil masih ditindas pula

Tertindas dalam beberapa hal
Ke pasar harga naik
Ke kota biaya angkot naik
Ke mana-mana belum tentu ada angkot

Penyebabnya hanya satu
Kelangkaan BBM khususnya solar
Satu penyebab
Banyak akibat

Dilahirkan menjadi orang kecil
Harapannya menjadi orang besar
Nyatanya tetap kecil
Orang besar tetap menjadi besar

Kalau begini Indonesia tidak berubah
Tentu ada perubahan
Salah satunya dalam diri presiden
Dia mendapat 7 gelar doktor yang diberikan

Menarik ketika gelar itu diberikan
Baik oleh civitas akademika dalam dan luar negeri
Wartawan menulis apik
Apakah gelar itu hadir nyata dalam berbagai bidang persoalan di negeri ini

Rakyat bisa menjawab
Dan jawabannya beragam
Sebab rakyat negeri ini amat banyak
Yang jelas rakyat tetap merasa tertindas

Jeritan demi jeritan didengungkan
Namun sedikit yang mendengarkan
Yang lain hanya mendengar
Lalu lupa

Rakyat menjerit
Pemimpin memikirkan
Lalu membuat rapat
Tetapi di lapangan jeritan rakyat makin menjadi-jadi

Puisi ngawur pagi hari
Jeritan kami orang kecil
Entah pemimpin mendengarkan atau tidak
Yang jelas kami menderita dengan kebijakan BBM yang tak jelas ujungnya, BBM tetap langka

PA, 25/4/13
Gordi 


Orang aneh jika menyetujui judul di atas. Ya mustahil menulis dengan mata. Mata kok dipakai untuk menulis. Orang disable pun tidak ada yang menulis dengan mata.

Tetapi menghakimi itu tidak elok. Lebih baik menghakimi diri sendiri daripada menghakimi orang lain. Jadi, sebelum menghakimi orang lain, kita menghakimi diri sendiri dulu.

Lihatlah kekurangan dalam diri sebelum melihat kekurangan orang lain. Akan lebih berguna bagi perkembangan diri kita. Dengan menghakimi diri sendiri, kita menjadi sadar akan perilaku kita. Dan, kita akan berusaha untuk berubah.

Kalau kita berubah barulah kita mengubah orang lain. Bukan mengubah tetapi mengajak orang lain untuk berubah.

Lalu bagaimana dengan Menulis dengan Mata?

Ini bukanlah hal yang aneh sekali. Ini hanya berbagi ilmu menulis dari seorang penulis amatir. Sebab, saya bukan penulis buku, penulis berita, dan sebagainya. Saya hanya menulis pengalaman.

Berkaitan dengan ini, saya mengajak Anda sekalian untuk menulis. Menulis dengan MATA. Maksudnya menulislah setelah Anda melihat.

Anda melihat indahnya mentari pagi. Tulisalh itu. Anda melihat rintik hujan, tulislah itu. Anda melihat tetangga Anda dijambret, tulislah itu.

Saya belajar dari penulis senior yang menulis hal-hal yang mereka lihat. Maka, ilmu saya ini bukanlah hal yang baru. Ini sudah sejak zaman kuno. Hanya saja saya membagikan kembali kepada pembaca sekalian. Siapa tahu bermanfaat.

Saya berangkat dari pengalaman menulis. Saya menulis puisi setelah melihat rintik hujan. Setelah membaca berita kasus hukum di negeri kita, setelah melihat tetangga dijambret.

Jadi, tidak ada alasan untuk tidak mau menulis. Tidak ada alasan untuk bilang tidak ada ide. Tidak ada alasan untuk tidak bisa menulis. Salam menulis dan salam bahagia untuk pembaca sekalian.

PA, 20/2/13

Gordi

Gambar dari google

Pekerjaan harian wartawan ternyata bisa dikisahkan dalam bentuk novel. Kesibukan jurnalis mulai dari mencari berita, mencari nara sumber, mengejar deadline (batas waktu masuk berita) berita, berhadapan dengan pemimpin redaksi, dan tantangan lainnya bisa menjadi roh sebuah novel. Inilah yang diangkat oleh penulis novel ini.

Penulis novel ini yang adalah Guru Besar Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP Negeri Singaraja, Bali ini dengan jeli mengisahkan perjalanan jurnalistik Hardiman, sang jurnalis. Dia mau menyelidiki kasus terbunuhnya Siska Ambarwati, sang pengusaha dan perempuan penghibur papan atas. Hardiman menjalankan tugas yang dipercayakan Seno, sang pemimpin redaksi ini dengan baik.

Jurnalis ini pun bekerja tanpa kenal lelah. Inilah salah satu pesan yang didapat dari novel ini. Pekerjaan apa pun asal dilakukan dengan semangat juang akan membuahkan hasil. Pembaca diajak oleh penulis novel untuk menelusuri seluk beluk berita yang muncul di koran harian. Berita itu ternyata diproses dengan panjang. Jurnalis biasanya mencari berita dan redaksi menyiapkan terbitan berita itu.

Penulis yang juga seorang penulis puisi, cerpen, novelet, novel, ratusan esai, dan kolom mengarahkan pembaca dari satu alur ke alur berikutnya. Ulasannya ringan dan mudah dibaca. Novel ini bisa dibaca dalam waktu singkat. Tiap akhir bab selalu muncul pertanyaan, bagaimana kisah selanjutnya? Pertanyaan inilah yang membuat pembaca tak berhenti begitu saja pada akhir tiap bab.

Ulasan novel bergaya jurnalistik ini membuat novel ini mudah dibaca. Bahasa jurnalistik dipadukan dengan bahasa sastra/novel. Kata-kata yang digunakan juga menarik, ringan, mengalir, dan mudah dipahami. Untuk lebih jelasnya pembaca bisa membaca novel ini. Bagaimana kisah terjadinya pembunuhan terhadap cewek yang adalah pengusaha dan penghibur papan atas ini? Silakan membaca di novel ini.

Judul buku: Siska Ambarwati (Sebuah Novel)
Pengarang: Sunaryono Basuki Ks
Penerbit: Grasindo, Jakarta
Tahun terbit: 2004

CPR, 7/7/2012
Gordi Afri

foto ilustrasi oleh CubaGallery
Kau tinggalkan kami
Kau pergi tanpa kami tahu
Kau pergi tanpa kamu pamit
Kau pergi selamanya

Kami merasa sedih
Kami merasa kehilangan
Kami merasakan duka yang mendalam
Kami merasakan ada yang kurang

Kehadiranmu di tengah kami
Kerap membuat kami gembira ria
Betapa engkau pembawa kegembiraan
Dengan lelucon yang kamu buat

Kami senang meski dalam suasana duka
Kami terhibur meski sebenarnya kami amat kehilangan
Kami selalu gembira meski kami banyak masalah
Kami tak merasa ada beban meski ada tugas berat

Itulah yang kau hadirkan untuk kami
Ceritamu berulang-ulang namun kami tak bosan mendengarnya
Mimik mukamu akan kami ingat selalu
Gaya bicaramu akan kami kenang

Dan rupanya inilah yang selalu akan kami kenang darimu
Kami tak bisa lagi mendengar ceritamu
Namun kami bisa menghadirkan kembali ceritamu
Kami akan ingat semuanya

Kau dan kami kini berjauhan
Tak bisa lagi bercerita bersama
Kami tak tahu dan kamu pun tak tahu
Namun kamu pasti tahu kita tak bersama lagi kini

Kami berdoa untuk perjalananmu
Kami berharap kau mendoakan kami
Semoga engkau duduk bersama Dia
Melihat dan mendoakan kami di sini

*Puisi untuk Pastor Pasquale Ferraro, SX

Prm, 5/5/14
Gordi

*Pernah dimuat di blog kompasiana

Kucoba berpuisi lagi
Bukan karena sebelumnya tidak berpuisi
Tapi karena berpuisi kurang menarik
Terutama beberapa minggu belakangan

Aku kembali ingin berpuisi
Berpuisi menjelang hari Valentin
Yang katanya harinya kaum remaja
Harinya kaum berpacaran

Berbagai pengorbanan kata mereka dibuktikan
Di hari kaum remaja ini
Yang sebenarnya juga bukanlah pembuktian
Melainkan pemaksaan

Pemaksaan karena bertindak semauku
Dari semauku menjadi semau kamu
Lalu semau kita
Dan akhirnya berdalih sama-sama suka

Padahal sebenarnya bermula dari semau seorang
Berdalih di hari kita
Hari kaum kita
Hari valentin

Semuanya diserahkan
Semuanya dikorbankan
Demi merayakan hari ini
Hari yang memperbudak kaum yang dipaksa berkorban

Aku ingin berpuisi di hari ini
Atau menjelang perayaan hari ini
Berpuisi juga menjadi ungkapan romantis
Maka merayakan hari valentin
Tak mesti dengan pengorbanan fisik

Aku hanya ingin berpuisi
Karena ingin membagikan kasih-sayang pada kalian semua
Melalui puisi
Yang muncul semata-mata menjelang hari valentin ini

Prm, 13/2/2014
Gordi

Segelas air bening
Tergeletak di atas meja
Lama kumemandangnya
Bening......

Air itu siap diminum
Apa daya aku sibuk dengan aktivitasku
Aku hanya melihatnya
Kerongkongan mulai kering

Ayo ambil segera
Namun langkahku terhenti
Ada yang lebih mendesak
Aku harus selesaikan pekerjaan ini

Air itu bening....
Berwadahkan gelas kaca
Mengkilat dan jernih
Siap memuas dahaga

Air itu sumber hidup
Siap membasahi kerongkongan
Menyegarkan tubuhmu seketika
Tak diragukan lagi peran air dalam tubuh

Masih kutatap air itu
Ada apa dengan tangan ini
Enggan mengambil
Padahal kerongkongan mulai kering

Suara hampir parau
Ayooo.....
Segera kuambil air itu
Membasahi kerongkongan yang kering ini

Seketika
Tubuhku segarrrrr
Tenaga baru
Semangat baru....


*puisi 4 menit

PA, 15/3/13

Gordi
Powered by Blogger.