Halloween party ideas 2015

Masuk sore
Pulang pagi
Kerja malam
Siang tidur

Ini ritme kerja
Berbalik dengan waktu normal
Siang kerja
Malam tidur

Mau bilang apa
Pilihan hidup
Bekerja tuk cari nafkah
Siang-malam jadi sama

Siang kerja
Malam juga kerja
Tak ada batas waktu
Pola tidur berubah

Tentu anak-istri tak kebagian
Tak bisa makan bersama
Tak bisa bermain bersama
Tak bisa bekerja sama

Kala anak tidur
Bapa kerja
Anak bangun
Bapak pulang

Anak mencari bapak
Istri mencari suami
Bapak tak ada waktu
Kalau mau harus berkorban

Rela tidak tidur satu siang
Suapaya bercengkrama dengan istri-anak
Asal jangan kantuk di kantor
Sebab siang hari untuk tidur

Mau tidak mau demikian
Kalau mau bertemu dan bermain
Dengan anak-istri tercinta
Risiko jadi pekerja malam

Semoga kamu kuat
Bekerja dan mencintai
Mendidik dan membesarkan
Bekerja sama dengan istri

PA, 20/2/13

Gordi


Berdebat, berdebat, dan berdebat
Setiap hari ada perdebatan
Akarnya satu
Tak mau kalah

Maunya menang
Orang lain yang salah
Bukan aku
Pokoknya kamu

Bangsa yang maju
Adalah bangsa yang mau mengalah
Mengalah untuk menang
Mengalah untuk maju

Dia kalah
Tetapi dia belajar
Ada hikmah penting
Dari kekalahan

Lain dengan bangsa kita
Maunya berdebat terus
Tak mau kalah
Tak mau belajar dari kekalahan

Di koran
Di televisi
Di radio
Di web

Selalu ada debat
Kapan kerjanya
Tak ada untung
Kalau hanya berdebat

Berdiam sejenak
Kembali ke rutinitas kerja
Yakinlah
Tak ada yang berdebat

Waktu hanya untuk bekerja
Fokus pada bagian itu
Ada saatnya istirahat
Tapi bukan untuk berdebat

Berdebatlah demi kemajuan
Berdebat hanya sebentar saja
Ujungnya mesti rela
Untuk mengalah demi kebaikan bersama

PA, 21/2/13

Gordi


Pagi datang
Siang pulang
Pekerjaan banyak
Butuh kesabaran

Itulah teknologi katanya
Gak bisa diprediksi
Hari ini bisa
Besok gak bisa

Gak bisa diprediksi
Harganya demikian
Hari ini mahal
Besok murah

Mental orang kaya
Hari ini beli
Besok bosan
Lusa jual lagi

Mental orang miskin lain
Hari ini mau beli
Kumpul duit
Lalu beli

Membeli setelah berpikir matang
Memakai sampai barangnya rusak
Kalau bisa diperbaiki
Tidak perlu dijual

Memang beda
Terima kasih mas
Engkau memberi kebijakan
Pada kami yang awam teknologi

PA, 21/2/13
Gordi


Enak jadi wakil rakyat
Pergi semaunya saja
Pulang semaunya saja
Kerja semaunya saja

Bukan menghina profesi itu
Sama sekali bukan
Hanya saja bisa dibilang enak
Enak sekali jadi wakil rakyat

Meski kerjanya berat
Menyusun dan mengesahkan perarturan
Bahkan ada target
Setahun sekian undang-undang disahkan

Tapi apakah itu dikerjakan betul
Ya betul sesuai laporan media
Tapi ada juga lho
Yang tidak ikut

Entah ke mana
Ada yang dengan alasan jelas
Ada juga yang pergi begitu saja
Entah di mana sembunyinya

Ada yang keluar negeri
Ya mereka studi banding
Sekaligus jajan
Ada yang pergi studi benaran

Tapi ada juga lho yang kinerjanya bagus
Tapi aneh gak bisa membina yang lain
Ya yang mangkir begitu saja
Sulit sekali mengejar mereka

Memang sulit
Kalau uang gaji sudah terjamin
Kalau uang proyek tinggal ditandatangani
Kalau uang duduk sudah ada

Mau apa lagi
Mau kritik?
Silakan
Kami tak gentar tuk mangkir

PA, 22/2/13
Gordi




Mana lebih aman, jadi rakyat atau wakil rakyat? Andai boleh memilih, banyak yang akan menjadi wakil rakyat. Tetapi tentu tidak semua rakyat bisa jadi wakil rakyat. Hanya orang tertentu saja. Yang sesuai kriteria partai.

Jadi wakil rakyat memang jadi dambaan politikus. Bisa duduk di ruang yang nyaman. Gaji terjamin. Hidup terjamin. Fasilitas kerja terjamin. Sering rapat. Sering jalan-jalan. Kadang-kadang pusing membuat draf undang-undang. Tapi ada enaknya ketika mereka duduk akan dibayar. Uang duduk istilahnya. Uang lelah juga uang keringat. Dan istilah lainnya. Intinya ada uang.

Kalau jadi rakyat?
Enaknya bukan main. Tak pelru pikir politik, karut marut partai, rapat bulanan/tahunan/fraksi, dan sebagainya. Kelompok yang paling nyaman hidupnya di sebuah negara adalah rakyat kecil.

Tapi????
Ada tapimya juga. Kalau harga brang naik, listrik naik, uang sekolah naik, uang kuliah naik, rakyat kecil yang paling sibuk. Sekali saja pemerintah dan penguasa menaikkan harga barang, yang paling kena getahnya adalah rakyat kecil. Jadi, rakyat kecil itu aman-aman tapi sibuk juga.

Jadi???
Pilih mana, rakyat atau wakil rakyat? Keduanya punya risiko. Ciri khas rakyat kecil adalah jarang jadi pelaku korupsi. Kecuali jadi korban hukum. Sedangkan ciri khas wakil rakyat adalah rentan terhadap kasus korupsi. Jarang jadi korban hukum. Jadi silakan pilih mana yang sesuai selera kalian. Tapi kalau hidup pas-pasan jangan jadi wakil rakyat. Partai enggan melirik Anda. Kalau punya duit banyak daftar saja jadi calon wakil rakyat.

PA, 22/2/13

Gordi



Hari ini seperti hari Anas nasional. Anas ramai dibicarakan. Di media massa nama Anas disebut-sebut. Padahal kita tahu nama itu hanya disebut dan bukan disebut-sebut.

Tetapi kalau nama Anas disebut-sebut berarti ada apanya si Anas. Sebab memang namanya tidak disebut-sebut. Disebut saja ya. Dia tokoh penting. Orang penting di partai demokrat. Wajar jika disebut.

Saya tadi pagi juga kaget. Sahabat saya yang menyapu halaman menyebut nama Anas. Dia sudah menerima koran pagi. Lalu, saya menyapanya pagi ini. Dia langsung bersahut dan menyebut nama Anas. Sahabat saya ini bukan awam media. Dia selalu membuka-buka koran setiap hari. Dia yang menerima koran pagi. Dia juga berlangganan koran pagi. Jadi dia tahu perkembangan kasus tenar di negeri ini.

Sekali lagi nama Anas disebut-sebut. Dia pernah berjanji jika mengorupsi uang akan digantung di Monas. Monas, monumen nasional di Jakarta, dulu menjadi pencakar tertinggi di Jakarta. Sekarang banyak saingannya. Andai Anas benar terbukti korupsi maka ia akan digantung di sana. Ini bukan paksaan tetapi sesuai ujarannya.

Nah, benarkah Anas mengambil sejumlah uang untuk proyek Hambalang itu? Dari KPK sudah ada sinyal ke sana. Jika sinyal ini sampai pada putusannya nanti, ujaran Anas akan terbukti. Dia digantung di Monas.

Apa kata dunia nantinya. Mana mungkin seorang tokoh partai menggantung diri? Atas ujaran sendiri dan bukan hukuman dari orang lain. Tapi benarkah Anas mau gantung? Ah itu hanya omong kosong. Boleh jadi itu hanya permainan kata-katanya saja. Dia sebenarnya takut digantung. Manusia normal mana yang mau gantung diri? Atau apakah Anas sakit jiwa sehingga harus gantung diri? Ah tidak. Dia masih sehat. Berarti dia hanya berujar saja.

Kalau nanti Anas terbukti mengorupsi uang itu, dan tidak jadi gantung, maka Anas berbohong pada rakyat. Dari media rakyat tahu, Anas pernah berujar demikian. Tetapi kalau nanti tidak gantung berarti dia berbohong. Maka, jangankan mengorupsi uang, Anas itu membohongi rakyatnya.

Rakyat tentunya belajar, ujaran akan terbukti benar dan salahnya. Tidak semua ujaran itu benar. Ada yang sekadar demi mengujar saja. Ada ujaran yang berisi. Jadi, rakyatlah menilai. Kritislah kepada tokoh politik kita.

PA, 22/2/13
Gordi


ilustrasi, elormedia.net

Daripada bosan tinggal di rumah, lebih baik jalan-jalan. Jalan-jalan akhir pekan amat menarik. Tentu jalan dengan tujuan.

Saya jalan-jalan ke daerah Malioboro. Sudah direncanakan sejak awal pekan. Muncul rencana setelah membaca iklan di koran Kompas. Ada iklan diskon buku di Gramedia Malioboro. Saya cuma melihat dan membaca iklan itu. Lalu, kemarin muncul lagi. Saya membaca dan mencermati dengan bijak.

Hari ini rencana itu terwujud. Jam 10.30, saya meluncur ke sana. Kebetulan tidak sibuk hari ini. Saya memarkir sepeda motor di luar mol. Saya titipkan pada mas penjaga parkir. Kami tersenyum dan saya berujar, “Mas, nitip motor yah.” Saya heran mendengar jawabannya, “Tenang bos. Aman.”

Saya kok dipanggil bos. Padahal saya ini bukan bos. Tidak ada tampang bos. Celana levis biru bersobek di lutut. Baju olahraga bertuliskan Liverpool. Dan tas pinggang warna hitam-biru.

Saya masuk mol. Lalu lalang pengunjung. Rupanya baru saja dibuka. Belum banyak pengunjung. Saya naik sampai lantai 3. Lumayan bisa melihat cewek cantik, cowok ganteng, penjaga toko, penawar barang, barang-barang elektronik, mencium bau makanan yang enak, dan sebagainya. Ya tak perlu ada uang banyak kalau mau melihat-lihat barang-barang bagus dan mahal di mol.

Setelah sampai di lantai 3, saya masuk galeri Matahari. Melihat-lihat celana dan baju kemeja. Tak ada yang berkenan di hati. Lalu saya keluar. Turun lagi ke lantai 1.

Saya melihat ada tulisan Gramedia. Saya meluncur ke sana. Toko buku Gramedia rupanya ada di lantai bawah. Saya hendak ke bawah. Rupanya tempat buku diskon ada di lantai 1. Pas di jalan masuk ke bawah. Saya berhenti di situ. Melihat-lihat buku-buku yang ada. Banyak pengunjung yang datang. Saya memilih 4 buku. Lalu mengantar ke kasir.

Rupanya ada satu buku lagi di meja kasir. Saya tertarik membelinya. Buku itu diskon 20%. Saya membeli buku itu. Buku lain berharga 10 ribu rupiah dan 15 ribu rupiah. Total 5 buku itu Rp 98.500,00.

Lumayan untuk kantong saya. Satu lembar dapat 5 buku. Murah dan cepat. Kalau tidak diskon, kelima buku itu diperkirakan 200-300 ribu rupiah.

Inilah nikmatnya jalan-jalan akhir pekan. Jalan yang direncanakan. Asal rajin membaca iklan di koran, ada banyak untung yang kita peroleh. Daripada diam di rumah lebih baik mengunjungi pameran seperti ini.

Terima kasih untuk toko buku Gramedia. Memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk menikmati buku berdiskon itu.

Selamat akhir pekan.

PA, 22/2/13

Gordi



Malam Minggu, dambaan anak muda. Saya teringat Jakarta. Setiap malam Minggu, saya ke Taman Monas.

Kami bermain futsal dan jalan-jalan di sana. Andai Anas digantung di sana, kami ingin melihatnya. Tapi tentu suasananya lain kalau Anas digantung.

Beberapa teman tadi sudah bertanya, nggak ngapel? Ngapel maksudnya bertemu seseorang di malam Minggu. Saya tersenyum membaca pertanyaan mereka. Lalu, saya jawab, tidak!

Karena memang saya tidak ngapel. Saya di rumah saja. Malam Minggu kan nggak harus ngapel. Tetapi kalau ada kesempatan ya ngapel saja. Atau kalau mau ya ngapel saja.

Untuk saat ini, saya memang lebih asyik di rumah. Lebih baik saya menulis daripada ngapel. Lagipula saya berada di kota Yogyakarta. Ngapelnya nggak sama dengan Jakarta. Di sini ada tempat ngapel yang menarik. Tetapi tentunya suasananya beda dengan Jakarta.

Saya di rumah saja. Nggak harus ngapel. Jadi, anak muda nggak harus ngapel. Memang pertanyaan bertubi-tubi datang, nggak ngapel?

Seolah-olah ngapel menjadi kewajiban. Kan di rumah juga bisa beraktivitas yang bermanfaat. Tetapi saya memaklumi pertanyaan teman-teman saya itu. Saya tanya balik, kamu juga nggak ngapel?

Mereka jawab, tidak. Kalau tidak mengapa harus bertanya ke orang lain. Dan yang satunya menjawab, sebentar lagi. Buka facebook dulu baru ngapel. Hemm untung ada facebook yahh kalau  nggak pasti dah ngapel semua.

Jadi, kaum mudi/a kita ngapel di dunia maya saja yah. Di facebook, di kompasiana, di yahoomessanger, di twitter, dan sebagainya. Aman. Nggak pelru mikir pulang jam berapa. Kan dari tempat duduk saja bisa ngapel ke mana-mana dan dengan siapa-siapa.

Met ngapel tuk yang sedang ngapel.

PA, 23/2/13

Gordi


Gedung itu besar
Atapnya tinggi
Dindingnya tembok
Pintunya lima

Pagi ini
Di situ
Ada orang
Berkumpul

Mereka bernyanyi
Mendaraskan kidung
Berpakaian warna/i
Putih dan sebagainya

Di luar gedung
Suasananya sunyi
Hanya ada kicauan
Dari pepohonan nan rimbun

Mentarai belum bersinar
Fajar belum menyingsing
Kegelapan belum terenyahkan
Menanti terang

Gedung itu
Menyimpan hening
Dari keheningan
Muncul kesadaran

Sadar akan indahnya bumi
Akan luhurnya ciptaan
Akan mulianya manusia
Akan bersihnya alam

Dari keheningan
Muncul rasa bersalah
Salah akan bumi
Yang selalu dieksploitasi

Padahal tersimpan
Segala yang dibutuhkan manusia
Segala yang dibutuhkan hewan
Segala yang dibuthkan semua makhluk

Manusia
Kapankah kamu sadar?
Masuklah dalam keheningan
Bukalah hati tuk mendengar alam

PA, 24/2/13

Gordi


Pemuda itu basah kuyup
Ia berlindung di bawah pohon
Sepeda motornya juga basah
Dia menununtun sepeda itu

Hujan baru saja mengguyur Yogya
Air hampir memenuhi jalanan Yogya
Kilat dan guntur juga ada
Menggetarkan bangunan

Pemuda itu
Tetap berlindung
Jika pohon itu roboh
Dialah korbannya

Lama-lama dia tak tahan
Pelan-pelan ia menuntun sepedanya
Menuju warung terdekat
Dia sudah basah kuyup

Di warung itu ia berlindung selanjutnya
Hujan belum berhenti
Aliran air di jalan makin besar
Ini hujan deras

Tak ada pengaruhnya memakai jas hujan
Toh hujan terlalu deras
Air bisa masuk
Sepeda motor juga belum tentu berjalan lancar

Hujan sore ini
Membasahi bumi Yogya
Membasahi pengguna motor
Memenuhi jalanan dengan air

Ada yang banjir?
Belum tahu
Besok beritanya muncul di koran
Atau malam nanti di TV

Hujan tak tentu
Berhati-hatilah
Jika hujan deras
Jangan bernaung di bawah pohon

Beranunglah di rumah
Di warung
Di gedung
Di pertokoan

Jangan di bawah terowongan
Air naik tak tentu
Tahu-tahu sudah banjir
Kewalahan menyelamatkan diri

PA, 24/2/13
Gordi



Tiga kata satu nama. Menggambarkan suasana kota Yogya. Dari tadi sore hingga malam ini. Kirnaya hujan berhenti tadi sore. Ternyata malam juga hujan.

Makanya, suasananya ya, hujan, hujan, dan hujan. Kalimat itu yang muncul kalau teman-teman tanya suasana Yogya.

Tadi sore memang hujannya tiba-tiba saja. Ada mendung sebelumnya. Tapi mendung itu biasanya juga tak tentu. Kadang-kadang akan hujan, kadang-kadang tidak. Sulit diprediksi. Tadi sore tiba-tiba saja ada hujan disertai angin kencang. Rintik hujan itu sampai masuk rumah. Jendela yang terbuka jadi celah masuk air hujan.

Ada yang meprediksi, hujan deras mengguyur Yoga dan Jawa Tengah. Ya namanya prediksi. Perkiraan cuaca bahasa lainnya. Ada benarnya prediksi itu. Yogya beberapa waktu turun hujan.

Hujan, hujan, dan hujan. Tak perlulah memikirkan hujan ini berkat atau tidak. Hujan ini membawa bencana atau tidak. Kiranya alam punya hukum sendiri. Manusia harus tunduk pada alam. Alam akan berjalan sesuai hukumnya. Mau tak mau manusia mesti mengikuti ritme kerja alam.

Hanya waspada saja. Manusia yang paling tahu harus bagaimana kalau hujan. Bukan menyalahkan hujan. Manusia yang harus disalahkan. Apalagi manusia tak ada yang diam saja. Paling tidak ada yang memebri tips bagaimana seharusnya yang dilakukan jika hujan. Ini semacam larangan kecil atau rambu-rambu. Nah, kalau ada yang melanggar, itu yang disalahkan.

Hujan, hujan, dan hujan. Tak ada lagi yang mau diulas. Hujan ini seolah-olah menutup segala ide tulisan. Makanya, tulis saja tentang hujan. Intinya Yogya diguyur hujan pada sore dan malam ini.

PA, 24/2/13

Gordi

ilustrasi di sini

Waktu selalu ada. Kesempatan yang jarang ada. Tinggal mengolah waktu. Biar ada kesempatan yang baik untuk mengerjakan sesuatu.

“Mas, ada acara gak hari ini?” tanya sahabatku pagi ini.
“Ada pak. Tapi nggak ada yang spesial,” jawab saya.
“Kalau begitu boleh gak ikut saya?”
“Ke mana pak?”
“Ke kantor polisi!”
“Wah ada apa pak?”
“Maksudnya ke kantor Samsat.”
“O...mau ngurus surat-surat?”
“Ya..ngurus STNK motor dan mobil.”
“Boleh pak, sekalian mau lihat kantor Samsat.”

Saya setuju menemani sahabat saya. Saya mau lihat kantor samsat itu. Dan, mau lihat orang-orangnya di sana. Lumayan kan bisa kenalan dengan petugas yang mengurus surat-surat kendaraan.

Siapa tahu ada info emnarik di sana. Pulang nati ada bahan untuk tulisan. Semoga urusan hari ini lancar. Kalau tidak, harus nunggu.

Hai kompasioner, selamat awal pekan. Salam semangat selalu.

PA, 25/2/13

Gordi

ilustrasi, di sini

Baru saja kami mengurus surat-surat kendaraan untuk motor dan mobil. Kami tiba di kantor Samsat Kabupaten Sleman, Jl Bhayangkara pukul 9.30. (Saya lupa nomor jalannya)

Kami memarkir sepeda motor. Kemudian menuju tempat fotokopi yang terletak di samping tempat parkir. Setelah fotokopi STNK kami ke kantor.

Di dalam sudah banyak pengunjung. Semuanya mengurus perpanjangan STNK 5 tahunan, 1 tahunan, STNK hilang, peprindahan alamat, dan sebagainya. Saya dan sahabat saya mengurus perpanjangan STNK 1 tahunan. Jadi, hanya STNK yang diperpanjang, tanpa perpanjangan 5 tahunan untuk ganti plat.

Saya menunggu di ruang tunggu. Duduk di kursi paling pojok. Sahabat saya memasukkan berkas dari loket pertama. Kemudian dia mengurus semuanya mengikuti prosedur yang ada. Saya menunggu sambil membaca buku. Membunuh rasa bosan.

Banyak orang yang menunggu. Ada yang menunggu panggilan dari beberapa loket. Pengeras suara terus menerus bersuara. Sumbernya dari beberapa loket. Bergantian.

Selang 15 menit kemudian, sahabat saya datang. Menyerahkan buku kepemilikan kendaraan pada saya. Lalu dia pergi lagi. Saya duduk lagi sambil memerhatikan lalu lalangnya pengunjung.

Saya juga sempat ngobrol dengan sesama pengunjung di sebelah kiri saya. Ada seorang ibu dengan anak kecilnya. Anak ini melihat saya dengan tatapan serius. Saya balik tersenyum padanya. Dia seorang cowok yang ganteng. Lalu dia berbalik bersembunyi di pangkuan ibunya. Saya dan ibu itu berbincang-bincang sebentar. Kemudian, ibu itu menuju loket di mana nomor antriannya dipanggil.

Sahabat saya datang lagi. Dia bilang, kita menunggu panggilan untuk pengambilan. Dia menenteng nomor antrian. Kami duduk sambil memerhatikan banyaknya orang yang mengurus surat-surat di sini. Nomor antrian yang kami tunggu berkisar sampai 201-2010. Kami memegang nomor 244 dan 245. Berarti kami menunggu 3 kelompok lagi.

Sementara nomor antrian di loket pertama, loket memasukkan berkas, sudah sampai angka 281-290. Woao sudah banyak. Sahabat saya berujar, kiranya sehari bisa dapat angka 500. Banyak.

Jarum jam menunjukkan pukul 10.20. nomor antrian kami dipanggil. Sahabat saya menuju loket pengambilan STNK. Kemudian, kami keluar dari ruang tunggu. Menuju tempat parkir. Saya mengambil sepeda motor dan kembali ke rumah.

Mengurus STNK tidak perlu lama-lama. Satu jam saja. Dalam waktu 1 jam sudah beres. Meski melewati beberapa loket. Kelihatannya panjang. Dari segi antriannya. Tetapi ternyata tidak lama. Satu jam menjadi kesempatan berharga.

Demikian ceritaku siang ini.
Selamat siang dan salam semangat awal pekan untuk sahabat semua.

PA, 25/2/13

Gordi

ilustrasi, di sini

Hujan memang merepotkan. Terutama pengendara sepeda motor. Juga penjual di pasar.

Saya berharap sore ini tidak ada hujan. Harapan besar saya demikian. Tentu bukan asala berharap. Saya dan teman-teman mau main futsal. Jadi, kalau hujan main dibatalkan, lapangan juga basah.

Semoga tidak hujan. Kami mau bertanding sekarang. Bukan kemenangan yang kami cari. Kami hanya mengolah fisik kami sehingga tetap bugar dan sehat.

Banyak olahraga banyak buang energi tetapi banyak inspirasi. Begitu yang saya yakini. Bahkan stres pun bisa hilang dengan berolahraga. Untunglah saya bukan orang stres. Jadi, saya tidak menghilangkan stres dengan berolahraga sore ini.

Melalui olahraga, kami melatih bekerja sama, kejujuran, kesadaran bahwa saya mempunyai kekurangan, melatih ketepatan dan kecepatan, dan nilai lainnya. Kiranya ini mesti ditanam sejak muda. Kelak sudah tua kami sudah menampung banyak nilai positif dalam hidup ini.

Dengan nilai ini, kami menjadi tulang punggung bangsa. Ah ini hanya iseng-iseng saya saja. Boleh jadi ada yang iri karena mau main futsal saja mesti ditulis di kompasiana.

Bukan mau pamer. Saya kok seperti candu menulis hari ini. Sehingga sebelum main pun saya buka kompasiana dan menulis ini.
Maaf kalau ada yang kurnag berkenan. Salam kompasiana.

PA, 25/2/13

Gordi


Ada benarnya kata-kata orang, banyak lucu panjang umur. Banyak tawa, banyak senyum juga panjang umur.

Jangan tanya penelitian ilmiahnya. Ini hanya iseng-iseng orang yang kadang-kadang terbukti kebenarannya. Sebab, ada orang yang lucu dan umurnya tua. Dia panjang umur. Lalu, ada yang mengira, itu karena dia lucu. Benarkah?

Kenyataannya benar. Wong dia panjang umur. Tetapi benarkah karena dia lucu? Belum tentu. Bisa ya bisa tidak. Tidak ada penelitian akurat, apakah panjang umurnya karena lucu atau karena kesehatannya bagus.

Meski belum ada penelitian ilmiah-akurat, saya menganjurkan untuk lucu-lucuan. Mengapa? Daripada kita sibuk serius dengan isu politik, ekonomi, sosial, budaya, dan bidang lainnya. Lebih baik kita sesekali atau setiap hari, ada lucunya. Lumayan buat seimbangkan otak. Jangan memeras otak hanya untuk serius. Biarkan otak bekerja rileks dengan lucu-lucuan.

Setuju gak ya??? Saya menganjurkan. Karena, saya juga suka lucu-lucuan sama teman-teman. Moga panjang umur untuk mereka yang lucu.

PA, 25/2/13

Gordi
Powered by Blogger.