Halloween party ideas 2015

Batu nisan berjejer
Mengkilap dan semerbak
Warna-warni bak bunga
Yang ada di sampingnya

Barisan kuburan itu terawat
Bersih, sejuk, dan asri
Kubayang penghuninya tidur terlelap
Tak ada yang ganggu

Kuburan itu bak rumah mewah
Lengkap dengan penjaganya
Meski hanya siang hari saja
Malam dibiarkan kosong

Tiap pagi ada pembersihnya
Datang pagi
Pulang sore
Kadang siang

Dialah yang merawat kuburan
Dari kebersihan
Keindahan
Dan kerapian

Kala ada kuburan baru
Dia menentukan tempatnya
Biar kerapian tetap terjaga
Keindahan tetap terpelihara

Kuburan itu membuat kuberangan
Kelak aku ada di sana
Entah di sini
Atau di sana

Aku nanti seperti kuburan itu
Dijaga
Dirawat
Dibersihkan

Aku tak bebas bepergian
Seperti kala ada di dunia
Karena ada penjaga
Yang mengecek keluar-masuk

Kuburan itu
Menjadi rambu bagi manusia
Yang ada di dunia tetap jadi milik dunia
Tak ada yang dibawa ke dunia seberang

Bahkan tubuh pun
Ditinggalkan di dunia
Hanya jiwa yang melalangbuana ke dunia seberang
Peliharalah jiwamu

*kala duduk membaca sambil memandang ke arah kuburan

PA, 29/4/13
Gordi

Aku kadang bandel
Tetapi aku masih tahu diri
Aku kadang kacau
Tetapi aku masih bisa teratur

Aku kadang mendua hati
Tetapi aku tahu siapa istriku yang sebenarnya
Aku kadang ingin selingkuh
Tapi aku ingat anak-istriku

Aku kadang tak tepat janji
Tapi aku masih setia
Aku kadang ingin pergi
Tapi aku masih betah

Aku kadang ingin yang muda
Tapi aku masih sadar aku sudah mulai tua
Aku kadang ingin ada simpanan
Tapi aku ingat janji nikah tuk jadi satu

Aku kadang ingin cepat kaya
Tapi aku tahu aku hanya pegawai suruhan
Aku ingin punya mobil
Tapi aku tahu aku hanya bisa beli motor

Sayang, ingatlah aku masih setia...

PA, 28/4/13
Gordi

Pagi-pagi buta
Sekitar pukul lima
Jendela dibuka
Mata memandang ke atas

Ke arah Merapi
Yang menjulang tinggi
Yang indah jika tampak
Yang megah bak gunung raksasa

Pagi ini
Ia tidak cantik
Puncaknya diselimuti awan
Tak tampak semuanya

Meski demikian
Ada pemandangan baru
Yang tampak
Yaitu putih berkilau

Entah ini cantik juga
Meski tak secantik Merapi
Yang aslinya tanpa kabut
Ini adalah cantik yang lain

Awan putih itu
Seolah jadi penjaga Merapi
Dari letusan dahsyat
Yang membuat Merapi tambah marah

Andai awan putih itu jadi penjaga
Berbahagialah mereka yang tinggal di kaki Merapi
Mereka juga dilindungi
Dalam kedinginan yang menusuk sum-sum

Awan Putih
Lindungi semua yang ada di sekitar Merapi
Jika tiba saatnya
Hendaknya kau berlari

Biarkan kami menikmati cantiknya Merapi
Yang indah dan menakjubkan
Merapi bisa marah
Tapi dia juga jadi simbol keindahan


*kala bangun pagi menghadap ke Merapi

PA, 30/4/13

Gordi

Negara tidak boleh kalah. Demikian judul berita di KOMPAS hari ini. Semua rakyat juga setuju, negara tidak boleh kalah. Dalam arti, negara harus menang atas semua perkara yang merugikan masyarakat dan negara.

Masalahnya, negara kadang-kadang tidak kuat. Negara tampaknya bisa kalah. Negara Indonesia sudah terbukti bisa kalah dari berbagai persoalan. Dari sudut budaya, politik, ekonomi, keamanan, dan sebagainya.

Dari sudut budaya, kita kalah. Budaya yang berkembang di Indonesia saat ini adalah budaya asing. Bukan budaya asli bangsa ini. Sebut satu budaya asli, kerja sama. Masih adakah rakyat perkotaan yang mau diajak kerja sama? Kerja di lingkungan RT misalnya. Agak jarang. Yang ada hanya kirim pembantu.

Di kalangan muda, budaya tari pop dan musik asing masuk dengan gampang. Sedikit sekali kaum muda yang menyukai budaya asli Indonesia, misalnya wayang dan tari tradisional lainnya. Sebaliknya, tari pop dari luar negeri dengan mudah dipelajari.

Dari sudut politik, bangsa kita tampaknya kalah. Kebijakan politik kita kadang-kadang lemah, bahkan, merugikan masyarakat. Sebut saja kontrak kerja sama dengan perusahaan asing. Di Papua, perusahaan tambang meraja lela mengeruk kekayaan masyarakat. Warga jadi miskin. Tapi, negara tetap memperbarui kontrak kerjanya. Bukankah ini kekalahan kita?

Kita lihat bidang ekonomi. Negeri ini kaya lahan subur, bisa ditanamai berbagai jenis buah, sayur, dan tanaman lainnya. Petani bisa memainkan peran penting dan bisa menjadi orang sukses yang disegani. Tentu dengan dukungan pemerintah dan swasta lokal. Sayangnya, negara tidak hadir. Negara lebih cenderung mendatangkan hasil buah-sayur dari luar negeri ketimbang memperbaiki produksi dalam negeri.

Negara tidak mau bersusah-susah bersama petani, memeperbaiki kinerja pertanian sehingga menghasilkan keuntungan yang bermanfaat bagi negara. Di sinilah negara kalah.

Dari bidang keamanan lebih parah lagi. Negeri ini kaya lautan luas yang harus dijaga. Sayangnya negara kalah terhadap aksi nelayan asing, kapal asing, pencuri asing. Aarat keamanan selalu telat menjaga garis pantai kita. Rakyar kecil yang jadi ujung tombak jaga pantai otomatis kalah jika tidak ada dukungan keamanan dari negara. Jadi, bukankah negara kita kalah?

Ini belum termasuk bidang lainnya, seperti hukum, HAM, dan masih banyak lagi. Lalu, pantaskah slogan NEGARA TIDAK BOLEH KALAH? Sebagai seruan imperatif, slogan itu perlu ditegakkan. Slogan itu membakar semangat nasinalisme.
Hanya saja, perlu diakui terlebih dahulu, bahwa, NEGARA SUDAH KALAH. Pengakuan bahwa negara kalah mesti diikuti sebuah semangat baru, NEGARA HARUS MENANG. Dengan ini, negara melihat fakta dan belajar dari fakta. Negara mau maju untuk menang. NEGARA TIDAK BOLEH KALAH menjadi titik awal untuk berjuang. Itulah yang diingini rakyat.

Ini pandangan pribadi yang mungkin idealis. Tetapi, di balik ini, ada harapan besar bahwa, memang negara tidak boleh kalah. Harapan disertai usaha dari berbagai pihak. Harapan yang memastikan akan ada hasilnya. Berharap berarti bekerja untuk berubah. Bukan menunggu datangnya mukjizat. Salam menang untuk pembaca.

PA, 30/4/13
Gordi



Aku lelah hari ini
Tapi aku dikuatkan oleh-Nya
Aku lalai hari ini
Tapi aku diingatkan oleh-Nya

Aku banyak berkomentar hari ini
Tapi aku diingatkan oleh-Nya untuk diam
Aku benci banyak orang hari ini
Tapi aku diingatkan oleh-Nya untuk mencintai banyak orang

Aku marah hari ini
Tapi aku diingatkan oleh-Nya untuk sabar
Aku jengkel hari ini
Tapi aku diingatkan oleh-Nya untuk memaafkan

Aku tertawa hari ini
Tapi aku diingatkan untuk melihat penderitaan orang lain
Aku kenyang hari ini
Tapi aku diingatkan untuk memberi makan pada yang berkekurangan

Betapa rapuhnya aku ini
Tapi aku tetap dicintai-Nya
Betapa aku ini banyak kekurangan
Tapi aku diberi kelebihan oleh-Nya

PA, 30/4/13

Gordi 

Siang tadi, saya bincang-bincang dengan seorang sahabat. Dia sedang menanam rumput. Dia menamam di tanah yang sudah digembur. Tanah itu pun lembut dan mudah dicangkul.

Tanah itu sebelumnya penuh dengan rumput liar. Rumput yang mengganggu rumputnya. Rumput pengganggu inilah yang dibasmi sebelumnya. Kelak, rumput yang ditanam ini tampak hijau dan tidak diganggu oleh rumput lain.

Katanya, kalau ada rumput pengganggu, rumput yang ditanam itu akan mati. Selain karena rumput pengganggu, ada juga ulat tanah berwarna putih. Makhluk inilah yang memakan akar rumput.

Pekerjaan ini menuntut kesabaran. Kesabaran ternyata tidak mudah. Butuh usaha yang tekun. Tak henti, sahabat saya ini membasmi rumput liar dan ulat putih.

Demi kehidupan rumput, sahabat saya ini giat berjuang dengan sabar. Hidup memang butuh perjuangan. Tak jarang dalam perjuangan itu, timbul rasa putus asa dan kurang sabar. Tidak betah antri di jalan, di warung, di tempat belanja, dan sebagainya. Kesabaran ternyata butuh perjuangan. Dalam hidup mutlak ada kesabaran. Kalau tidak, hidup tidak bertahan lama, bak rumput yang akarnya dimakan ulat putih.

Salam sabar di sore ini.

PA, 1/5/13
Gordi


Hari ini buruh berdemo. Tentu ini hak mereka. Siapa pun boleh berdemo. Ini negara demokrasi. Asal saja demo yang aman, lancar, dan damai. Sebab, demo di negeri ini kerap kali disertai aksi anarkistis. Mudah-mudahan demo hari ini di sejumlah kota berjalan aman.

Buruh berdemo menuntut kesejahteraan. Inilah yang paling diperjuangkan. Menuntut gaji yang wajar, pemenuhan hak hidup yang nyaman, seperti tunjangan kesehatan dan kecelakaan.

Tuntutan kiranya disertai kerja keras. harus ada keseimbangan. Antara kerja keras dan upah yang didapat. Gaji buruh memang bukan hanya untuk dirinya. Dia menghidupi keluarganya di rumah. Keluarga menantikan gajinya setiap bulan. Nah, apakah ini sudah diperhatikan oleh majikan buruh?

Perjuangan buruh memang bukan perjuangan pribadi. Tak heran jika mereka membentuk kelompok besar dan berjuang. Buruh sebenarnya juga memperjuangkan nasib keluarganya. Anak-anak yang sedang belajar di sekolah, istri yang setia mendidik anak-anak dan menjaga kehidupan dalam rumah tangga.

Maka, bukan hanya buruh yang berdemo. Keluarga buruh juga ikut dalam perjuangan. Kiranya tuntutan buruh ini segera direalisasi. Sayang jika setiap tahun buruh hanya berdemo memperjuangkan kehidupan mereka. Kiranya pemerintah dan pengusaha perlu bijak memikirkan nasib buruh dan keluarga mereka.


PA, 1/5/13

Gordi


Ada satu jalan yang menjembatani masa kecil dan masa dewasa. Jalan itu mempengaruhi kehidupan seseorang di masa dewasa. Jalan itu adalah pendidikan.

Dengan pendidikan seorang anak pelan-pelan akan memahami perkembangan hidupnya. Dia mempelajari makhluk lain di sekitar kehidupannya. Juga kehidupannya sendiri dari kecil hingga dewasa bahkan jika kelak dia tua nanti. Oleh karena itu, pendidikan ini menjadi sesuatu yang mutlak sifatnya.

Kita pun berangan-angan agar kita melewati pendidikan itu. Dan memang angan-angan kita itu jadi nyata. Bukan angan belaka, kita mengenyam pendidikan. Hanya saja pendidikan yang kita terima tidak sepenuhnya kita nikmati. Ada saat di mana kita merasa dijauhkan dari dunia pendidikan.

Itulah yang dialami siswa yang harus berputus asa karena gagal ujian. Harapannya memang tidak perlu putus asa. Tetapi, kadang-kadang manusia merasa kecil di hadapan perasaannya. Dia kalah dengan rasa putus asa itu.

Jalan itu memang tidak mudah dilalui. Hanya mereka yang kuat dan mau belajar yang melewati jalan itu. Selain itu, jalan itu hanya bisa dilalui jika kita ingin bersaing. Persaingan yang ketat. Persaingan yang kadang-kadang diciptakan oleh pejabat pendidikan. Yang tidak kuat bersaing akan kalah. Memang kita bisa menuntut. Sayang tuntutan kita dirasa kecil di hadapan argumen sang pengambil kebijakan.

Para pendiri negeri ini berharap dan bercita-cita agar penduduknya bisa melalui jalan pendidikan. Sayang, para penerus mereka tidak memikirkan hal ini. Mereka berpikir jalan ini hanya bisa dilalui oleh orang-orang tertentu. Jadinya, tidak semua penduduk bisa mengenyam pendidikan. Cita-cita luhur pendiri bangsa lenyap tak berbekas.

Di hari pendidikan nasional ini, kita berharap agar pejabat pendidikan kembali kepada cita-cita awal dunia pendidikan. Pendidikan untuk semua. Bukan untuk kelompok khusus. Andai pun ada yang dikhususkan mesti ada wadah lain yang bisa menampung kelompok lainnya. Bukan peserta didiknya yang dikorbankan. Pendidikan itu mutlak untuk semua penduduk.

PA, 2/5/13
Gordi




Wahai kalian yang punya duit
Bantulah kami untuk sekolah
Agar kami bisa beli buku
Agar kami bisa bayar uang sekolah

Wahai kalian yang punya semangat
Semangatilah anak-anak kami untuk sekolah
Ajarlah anak-anak kami agar semangat belajar
Ajaklah anak-anak kami untuk kembali ke sekolah

Wahai kalian yang punya kebijakan
Buatlah kebijakan yang adil
Agar kami yang tak mampu bisa sekolah
Agar kami yang kurang cerdas bisa lulus

Jika kamu cinta sekolah
Datanglah ke tempat kami
Ajarlah kami berhitung dan membaca
Perbaikilah sekolah kami yang rusak

Jika kamu cinta sekolah
Datangkanlah guru di sekolah kami
Agar kami bisa belajar darinya
Agar kami tidak merasa terbelakang dari dunia luar

Jika kamu cinta sekolah
Cintailah kami yang mau sekolah
Cintailah kami dengan kasih sayang
Bantulah kami agar kami bisa hidup dengan baik dan bermoral

Salam cinta sekolah

*baca juga: Sekolah untuk Semua Penduduk


PA, 2/5/13
Gordi


Hidup ini tidak mudah. Karena itu, perlu perjuangan. Dalam berjuang, kita berusaha sekuat tenaga. Segala jenis pekerjaan dicoba jika ada kesempatan. Ada yang pas. Ada pula yang tidak pas. Lantas, kita berhenti dan berjuang lagi. Perjuangan tanpa henti.

Kita perlu belajar dari tokek. Hewan yang berjalan merayap ini berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan magsanya. Dia berlari dari satu tempat ke tempat lainnya untuk menangkap nyamuk dan laron. Kadang-kadang ia terjatuh dari dinding tembok saat menangkap nyamuk.

Kita tahu, nyamuk suka berdengung di tempat gelap. Saat lampu dimatikan, nyamuk mulai beraksi. Nyanyiannya mengganggu istirahat kita. Dalam gelap pula, tokek berusaha menangkap keberadaan nyamuk. Dia menggunakan indra pendengarannya untuk melacak posisi nyamuk. Bukan usaha sia-sia jika tokek menangkap nyamuk di tempat gelap.

Beruntung jika tokek menagkap laron di tempat yang terang. Laron agak unik. Dia mendatangi sumber cahaya. Dia pun menghampiri balon lampu neon. Di situ dia menikmati cahaya dan pada waktunya akan jatuh. Sayapnya putus dari badannya. Saat itulah tokek melahapnya.

Perjuangan tokek ini menjadi pelajaran bagi manusia. Agar dapat makanan, mesti berjuang terlebih dahulu. Menggunakan segala daya yang ada. Tangan, kaki, otak, pikiran, bahkan termasuk indra pendengar.

Panca indra ini digunakan untuk menangkap peluang tempat kerja. Seperti tokek menangkap nyamuk di tempat gelap, manusia juga bisa bekerja sekalipun pekerjaan itu gelap baginya. Kirranya tak perlu menunggu lowongan yang sesuai dengan keahlian dan pendidikan yang diterima.

Salam tokek.

PA, 2/5/13

Gordi

tak sengaja kubangun pagi-pagi
keluar kamar dan lari-lari
lalu mengikuti senam pagi
otot lentur, kantuk hilang, segarrr

kembali ke kamar
lalu mandi air dingin
segarrrr, basah sekujur tubuh
segera hangatkan badan dengan pakaian

duduk di tempat baca-baca
membaca buku sebentar sebelum sujud menyembah-Nya
saat itulah
sinar mentari masuk kamarku

sinar ini menyapaku
dialah cinta yang datang di pagi ini
cinta yang menghangatkan suasana kamarku
cinta yang mengusir bau kemalasanku

selamat pagi cinta
sapaku dengan hati gembira
kaulah lambang Pencipta
yang menyapaku pagi ini

ambillah semua keegoisanku hari ini
usirlah semua kecenderungan jahatku
buanglah tekad burukku
masukkan tenaga baru dalam kepribadianku

sinar mentari makin menanjak
pertanda aku harus bangkit
memulai hariku
dengan semangat baru

salam, selamat, dan semangat pagi

PA, 3/5/13
Gordi


Suara itu memanggil
Bagi yang mendengar itu pertanda
Bagi yang tidak mendengar itu bukan pertanda
Panggilan itu dari masjid

Sahabatku bergegas
Dia hendak memuliakan Dia di atas
Melepaskan pekerjaan
Bersujud pada-Nya

Aku pun mendengar suara panggilan itu
Aku tahu maksud suara itu
Aku memerhatikan sahabatku
Dia pun tahu sehingga tak perlu aku mengingatkannya

Suara panggilan itu menggema
Dalam gemanya tersirat suara Dia
Yang juga mengingatkanku
Untuk sujud pada-Nya dalam bentuk yang lain

Suara itu memanggil sahabatku
Memanggil aku juga
Memanggil siapa saja
Untuk berterima kasih pada Dia

Suara panggilan itu
Adalah bukti cinta
Cinta Dia pada kita
Yang bekerja dan berdoa kepada-Nya

PA, 3/5/13
Gordi



Kasus korupsi belakangan ini makin ramai dibicarakan. Keramaian ini menguak beberapa pos korupsi. Pendidikan, olahraga, partai politik, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Pos-pos ini memang rawan penyelewengan. Karena rawan makin ramai saja kasusnya.

Ada yang keramaiannya hanya sebatas isu. Ada pula yang terbukti. Sampai di pengadilan. Pelakunya disidangkan. Pelaku juga menguak beberapa jaringan kerjanya. Dari sini muncul rantai panjang korupsi.

Keramaian ini seolah-olah menjadi panggilan. Panggilan untuk beramai-ramai mengorusi. Terbukti orang semakin berani menyelewengkan dana. Ada kekhawatiran berita korupsi makin ramai diperbincangkan, makin ramai pula muncul pelakunya.

Korupsi adalah tindakan rakus. Rakus uang, rakus harta, rakus kekayaan, rakus jabatan. Dari rakus ini muncul tindakan korupsi. Rakus ini juga menyeret sesama manusia. Asal saya mau, kamu bisa saya beli. Rakus nafsu.

Kerakusan memang menjadi salah satu sifat asali manusia. Kerakusan ada pada tiap manusia. Tidak ada manusia yang tidak pernah rakus. Kerakusan ini makin ganas jika pemiliknya memelihara. Sebaliknya jika cepat diatasi manusia bisa mengendalikan kerakusannya.

Mengendalikan sifat rakus memang tidak mudah. Butuh kesabaran, kerja keras, dan kemauan yang kuat. Tetapi dipastikan bahwa kerakusan itu bisa dikendalikan. Boleh jadi, pelaku korupsi tidak mau dan merasa diri tidak mampu mengendalikan kerakusannya.

Kerakusan bisa diatasi dari diri sendiri. Setiap orang punya potensi untuk memendam kerakusannya. Tinggal saja apakah orangnya mau atau tidak. Jika tidak kerakusan ini makin menjadi dan meraja lela. Di sinilah akan muncul tindakan korupsi.

Kita berharap manusia zaman ini tidak ada yang memelihara sifat rakusnya. Sifat ini menggerogoti segala sendi kehidupan. Bahkan sendi hidup bersama juga ikut tergerogoti. Makin tua makin rakus. Padahal idealnya makin tua makin hkuat mengendalikan kerakusannya.

Salam rakus

PA, 3/5/13
Gordi



Aku dengar suara itu
Aku pun tahu asalnya
Aku terbangun karenanya
Aku tahu beragam tanggaan dari rumah sekitar

Entah mengapa suara itu tetap ada
Tak adakah yang protes?
Ataukah hanya protes dalam hati saja?
Tak beranikah kita protes ke pemilik gedung?
Takutkah menghadap pemilik cafe-karaoke itu?

Jangan malu sebelum bertanding
Aku tahu banyak yang mengidap penyakit ini
Takut dengan modal besar
Takut dengan reaksi lawan

Kalau berani katakan dengan jujur
Suara dentuman itu memang mengganggu
Amat mengganggu
Apalagi malam hari

Tak perlu takut
Jika itu terkait kepentingan bersama
Jangan menyimpan amarah
Bicaralah dengan jujur

Dentuman itu memang mengganggu
Tentu pengunjung senang
Bisa menikmati suasana di dalam
Dentuman musik menggelora semangat mereka

Hanya saja tetangga terganggu
Mereka bergembira kami berkorban
Mereka menenggak minuman kami menelan ludah sendiri karena tak bisa tidur
Marilah kita bicara

Biar tak ada yang salah paham
Biar suasananya berganti
Cukuplah sekali seminggu untuk berpesta
Tak perlu mengganggu setiap malam


PA, 3/5/13
Gordi





Aku mau terbang ke ibu kota
Betapa banyak orang yang ingin terbang
Tetapi hanya sedikit yang bisa terbang
Yang lainnya terkendala dana

Aku ingin terbang
Karena sudah dibelikan tiket
Bukan atas kemauanku
Tapi tentu aku setuju karena dibelikan

Aku ingin terbang
Meski aku manusia daratan
Melayang di awan
Lalu kembali mendarat

Aku ingin terbang
Betapa tinggi terbangnya
Betapa tinggi pula risikonya
Antara hidup dan mati

Aku ingin terbang
Banyak yang merasa cemas dan takut
Padahal dengan cemas manusia makin tahu kelemahannya
Makin cemas makin manusia berserah pada Dia di atas

Aku ingin terbang
Aku tak takut karena Dia yang terbang bersamaku
Aku tidak sendiri
Jadi tak perlu cemas dan ragu

*menjelang berangkat ke Jakarta


PA, 4/5/13
Gordi

ilustrasi di sini
Cinta itu dahsyat, kata orang. Seperti apakah dahsyatnya? Mereka yang sudah merasakannya tentu berkomentar demikian. Tak salah komentar mereka. Karena, berangkat dari kenyataan.

Meski dahsyat, cinta itu juga sebenarnya merugikan. Pengagum paham ini juga tak salah karena berlandaskan fakta. Bagi mereka, cinta itu membawa dusta. Cinta seperti ini kiranya tidak jauh berbeda dengan cinta-nafsu. Nafsu yang bermula dari saling cinta. dan, cinta yang bertujuan pada nafsu. Ini sungguh cinta yang merugikan.

Saya baru saja tiba di Jakarta. Dengan tiket yang dibelikan seorang sahabat, saya terbang dari kota pendidikan, Yogyakarta, menuju ibu kota. Perjalanan lancar, bebas hambatan, hingga tiba di bandara Soe-Hat. Dari sana saya naik bus DAMRI menuju Rawa Mangun. Dari situ naik bajaj menuju rumah kami.

Dahsyatnya cinta itu seperti perjalanan. Perjalanan tanpa hambatan. Ini karena perjalanan itu disertai cinta. Cinta pilot pada penumpangnya, cinta sopir bis/bajaj pada penumpangnya.

Dahsyatnya cinta itu juga dirasakan saat bertemu teman-teman kampus dan adik-adik yang masih kuliah. Beberapa teman dengan ramah menyapa saya, menanyakan keadaan, dan sebagainya. Demikian juga dengan adik kelas. Tak diduga, saya diikutsertakan mengikuti acara di kampus. Ada pentas budaya, pengumuman hasil lomba olahraga, esai, dan beberapa permainan lainnya.
Saya bangga menjadi alumni kampus ini. Kebanggaan saya bertambah ketika beberapa dosen masih mengenali saya. Memang belum setahun saya meninggalkan kampus tercinta ini.

Inilah dahsyatnya cinta. Cinta itu ternyata ditemukan lewat orang-orang di sekitar. Mereka yang dulu pernah berjuang bersama kita. Cinta itu tak melulu dikatkan dengan relasi cinta antara lawan jenis. Cinta itu lebih besar dari sekadar semboyan, I love you.

CPR, 5/5/23
Gordi


Di atas air
Selama 10 jam
Tak terasa
Karena terlelap

Berangkat malam
Tiba pagi
Orang darat
Jadi orang air

Kalau katak dan ikan
Tentu tidak masalah
Itu dunia mereka
Air dan laut

Manusia memang unik
Di darat tumpuannya
Tetapi bisa di air
Bisa pula di udara

Dunia laut
Memang indah
Terutama siang hari
Pemandangan nan menarik

Meski sesekali
Tampak ganas
Terutama badai topan
Yang menerjang kapal

Dunia laut di malam hari
Juga amat menarik
Kerlap-kerlip
Lampu bagan sang nelayan

Laut memang indah
Kalau dilihat dari daratan
Sayang keindahannya bisa berkurang
Gara-gara manusia yang menilai laut itu indah

Padang, 15/5/13
Gordi



Powered by Blogger.