Halloween party ideas 2015

BELAJARLAH UNTUK MAKIN BANYAK MEMBERI

FOTO

Film Laskar Pelangi. Film yang menarik banyak penonton di dalam dan luar negeri. Malam ini saya menonton film ini untuk kedua kalinya. Gak ada maksud apa-apa selain ingin menonton saja. Kebetulan ada kasetnya.

Ternyata ada inspirasi yag menarik di dalam film ini. Salah satu kalimat yang menjadi inspirasi di situ adalah belajarlah untuk makin banyak memberi dan bukan makin banyak menerima.

Memberi di sini maksudnya bukan memberi uang. Boleh jadi memberi non-materi seperti bantuan dan perhatian. Kalimat ini ditujukan untuk anak-anak sekolah yang mempunyai masa depan.

Pesan ini kiranya perlu didengungkan kembali untuk semua rakyat negeri ini. sudahkah kita mempunyai semangat memberi? Apa saja yang sudah kita berikan untuk negeri tercinta ini? apa yang sudah kita lakukan untuk negeri tercinta Indonesia ini?

Jangan-jangan kita hanya menagih janji dari pemerintah. Jangan-jangan kita hanya mengeruk dan mengambil hasil tambang negeri ini.jangan-jangan kita hanya menunggu raskin dari pemerintah. Jangan-jangan kita hanya menunggu cairan dana bantuan dari pemerintah.

Kalau demikian, kapan kita memberi? Bagaimana mau memberi kalau kita hanya menunggu? Kapan memberi kalau kita hanya berusaha?

Mulai skearang cobalah berusaha. Ingat pesan dalam film ini…belajarlah atau berlatihlah untuk makin banyak memberi dan bukan makin banyak menerima. Dengan usaha yang kecil, kita akan berkembang. Bisnis bertambah dan kalau bisa berilah sebagiannya untuk mereka yang memerlukan. Kita memberi dari hasil usaha. Usaha menjadi jati diri kita.

Penangkapan tersangka koruptor di negeri kita menjadi rambu bahwa negeri kita sedang dilanda demam menerima. Menerima apa saja termasuk sogokan dari teman. Menerima berarti hanya pasif saja. Beda dengan memberi yang di dalamnya ada keaktifan.

Memberi berarti ada usaha. Dari usaha kita memberi. Keaktifan lebih dulu muncul. Beda dengan menerima yang pasif saja menunggu. Memberi perhatian juga merupakan kegiatan yang aktif.

Pesan dari film ini mesti didengarkan oleh tersangka koruptor dan juga semua rakyat negeri ini. jika semua rakyat aktif berusaha yakinlah negeri ini jaya karena rakyatnya. Pemerintah boleh saja kurang greget tetapi rakyatnya mesti pekerja keras. Ke depan, negara kita akan kaya.

Tidak sia-sia saya menonton film ini tadi. Dikira tak ada manfaatnya lagi padahal masih ada. Dikira saya bosan menonton kedua kalinya padahal tidak. Dikira hanya iseng-iseng belakapadahal tidak.

Terima kasih laskar pelangi. Semoga kami bisa menjadi laskar negara ini.

----------------------


PA, 7/10/2012

Gordi Afri

FOTO 

Mana yang kamu pilih mau jujur tetapi siap dimarahi ATAU mau menipu biar tidak dimarahi?

Keduanya punya risiko. Kalau saya pilih yang pertama. Saya mau jujur dan siap menerima marah. Kalau saya tidak jujur saya tidak jantan. Berani berbuat berani bertanggung jawab. Berani berbuat berani menanggung kesalahan. Kamu tidak akan jadi kamu yang sesungguhnya jika kamu terselimut dalam suasana aman-aman tetapi dengan daya tipu muslihat. Kamu tidak akan menjadi dirimu sendiri jika kamu berubah-ubah sesuai kebutuhan sesaat, sesuai keinginan untuk tinggal dalam zona nyaman.

Kalau saya menipu semuanya akan tampak beres-beres saja. Tampak tidak ada kesalahan. Tidak ada yang marah. Tetapi dalam hati ada pemberontakan. Apalagi kalau suatu saat baunya tercium. Hancur hatiku. Saya akan dicap sebagai penipu. Saya juga menguras energi untuk menyimpan rahasia. Saya selalu memikirkan kapan rahasia ini terkuak. Saya juga menanggung beban berat jika ketahuan.

Jadi lebih baik hidup jujur daripada menipu.

———————–

Obrolan malam, hasil bincang-bincang dengan seorang teman


PA, 4/10/2012

Gordi Afri


PEMUJA GADIS CANTIK ITU

FOTO: pixabayfree

Gadis cantik itu
Entah dari mana kamu memandangnya

Aku dari sudut matanya
Aku dari bibirnya
Aku dari dadanya
Aku dari bentuk tubuhnya
Aku dari hatinya
Aku dari gaya bicaranya
Aku dari keramahannya

Aku, kamu, dia, mereka, melihat dari sudut yang berbeda

Gadis itu menurut penilaian kita adalah pribadi yang cantik
Cantik hati, cantik bibir, cantik tubuhnya, cantik dadanya, cantik gaya bicaranya, dan cantik yang lainnya

Kita kagum atas semuanya ini
Tetapi pernahkah kita bertanya dari mana semuanya ini?

Dari orang tuanya
Dari keturunannya
Dari bapaknya
Dari mamanya
Dari kakeknya
Dari neneknya

Ah jadi panjang kalau dirunut terus
Akhirnya dari manusia pertama

Manusia yang memperanakkan anak-cucu dan keturunannya
Tetapi siapakah yang lebih dari manusia pertama?

Dialah Pencipta

Maka kecantikan itu adalah anugerah dari sang Pencipta
Jangan berhenti pada rasa kagum akan tubuhnya, dadanya, bibirnya, hatinya, matanya, gaya bicaranya

Kagumilah Penciptanya
Dari sana kamu akan bisa memuliakan sang Pencipta

———————————-

obrolan sore

* dari postingan saya di kompasiana 

PA, 4/10/2012

Gordi Afri

FOTO

Salah paham itu biasa. Salah sangka juga itu biasa. Yang luar biasa adalah salah menempatkan salah sangka itu.

Kemarin saya menulis di blog dengan judul, HARI INI AKU NYATAKAN CINTA. Judul itu meruapakan lirik sebuah lagu.

Banyak yang mengira hari kemarin saya benar-benar nyatakan CINTA. Nah, kalau demikian, siapakah gerangan yang aku nyatakan? Kepada siapakah aku nyatakan CINTA itu?

Pertanyaan ini dijawab dengan teka-teki bersambung. Ada teman facebook yang terang-terangan mengatakan, aku senang karena kamu sudah nyatakan cintamu kepadaku. Wah...rupanya dia ingin demikian kali yah...

Padahal yang saya maksudkan di situ bukan CINTA antara lawan jenis. Nyatakan CINTA maksudnya saya mulai mewujudnyatakan cinta itu. Jadi CINTA bukan sekadar kata-kata tetapi perbuatan.

Nah kalau perbuatan berarti bukan kepada orang tertentu melainkan kepada semua orang yang saya jumpai. CINTA UNIVERSAL.

Salah sangka menjadi awal dari salah tafsir. Andai dia membaca dulu tulisan saya itu dia baru tahu. Dan, inilah yang dibuat oleh beberapa teman. Mereka sampai mengatakan saya puas membacanya. Dia jadi tahu apa artinya CINTA dan mau mewujudnyatakannya. Tulisan pendek tetapi bermakna bagi saya. Demikian komentar salah seorang teman yang lainnya.

Memang demikianlah yang saya maksudkan. Bukan mau mengada-ada. Bukan mau menyatakan CINTA kepada seseorang.

Baca dulu baru menafsir. Jangan lagi berprasangka, bersalah-paham, bersalah tafsir.

------------------
Obrolan Malam
PA, 18/10/2012
Gordi Afri


Tak sengaja saya mendengar lagu dari band Vierra pagi ini. Kebetulan lagu itu ada di komputer saya. Eh maksudnya di memori flashdish saya. Saya buka dan untuk sekadar dengar-dengar, saya membuka lagu ini.

Saya tertarik dengan sebait kata-katanya, HARI INI AKU NYATAKAN CINTA. Kalimat ini juga yang menjadi judul tulisan ini. Sungguh tak ada rencana untuk membahas ini. Tetapi secara kebetulan saja.

CINTA memang mesti dinyatakan bukan saja dengan kata-kata tetapi harus dengan PERBUATAN. Kalimat panjang ini juga saya tulis di status facebook saya. Ada yang sudah melirik dan saat ini sedang menunggu respons teman-teman facebook. Ada banyak respons nantinya kalau teman-teman membacanya dengan teliti.

Saya setuju dengan Vierra, cinta harus dinyatakan. Tetapi bukan saja dengan kata-kata. Yang penting adalah cinta yang berwujud dalam perbuatan. Perbuatan yang dilandasi cinta akan berbuah cinta juga.

Jika tidak cinta itu hanya bualan kata-kata saja. Kata-kata cinta memang selalu menarik tetapi lebih menarik lagi dengan perbuatan cinta.

Sudahkah perbuatan Anda dilandasi cinta pagi ini? Mengucap terima kasih pada Tuhan atas anugerah hari baru adalah perwujudan CINTA. Menyapa sahabat dan semua orang yang Anda jumpai adalah wujud CINTA. Hal kecil tetapi bermanfaat.

*Semua gambar dari google
CINTA tidak dimulai dengan hal yang muluk-muluk. Cinta bukan kata-kata tetapi PERBUATAN. Dua contoh di atas hanya sebagian wujud CINTA yang bisa kita pratikkan. Masih banyak hal lain yang bisa Anda praktikkan sepanjang hari ini, sepanjang hidup Anda, di mana saja Anda berada. Cinta tidak dibatasi ruang dan waktu. Cinta melampaui semua itu. Maka, selamat berkarya dan selamat menyebar Cinta kepada semua orang yang Anda jumpai...

Saya yakin dunia ini akan damai jika ada CINTA. CINTA bukan melulu soal perasaan antara dua orang yang saling CINTA. Itu juga CINTA. Tetapi CINTA itu belum berbicara banyak jika perasaan itu hanya sebatas perasaan.

Boleh jadi perasaan itu hanya sebatas saling suka dan bukan CINTA dalam pengertian yang sebenarnya yakni pemberian diri. Pemberian diri bisa berwujud dalam memberi perhatian kepada sesama yang kita jumpai. Memberi perhatian terhadap sahabat yang sedang berbicara kepada kita, memberi perhatian kepada dosen yang sedang berbicara kepada kita.

Hati kita memang mesti diberikan supaya kita memperoleh hati yang bijaksana. Tanpa itu kita akan terkunkung dalam zona nyaman kita dan tidak ada CINTA yang keluar dari diri kita. Tetapi jangan takut....HARI INI AKU NYATAKAN CINTA. Pegang kalimat ini dan buktikan dalam perbuatan Anda.

--------------------------
Obrolan Pagi....
PA, 17/10/2012
Gordi Afri




Para pembaca sekalian, saya mohon maaf bila saya tidak menulis setiap hari di blog ini. Sejak awal memang saya punya tekad, menulis 4 tulisan setiap bulan di blog ini. Itu berarti satu tulisan setiap minggu. Tekad itu dibuat sejak blog ini dibuat pada 2 tahun silam.

Kini setelah 2 tahun ternyata saya bisa menulis setiap hari. Itu saya lakukan di blog saya yang lain yakni di kompasiana. Maklum sekarang saya tidak kuliah lagi. Beda dengan 2 tahun silam, saya masih sibuk dengan kuliah sehingga hanya bisa menulis satu tulisan setiap minggu.

Kini blog kompasiana itu macet. Saya hampir pusing membukanya. Oleh karena itu saya berhentikan saja untuk sementara menulis di blog itu. Semoga dengan itu, saya bisa menulis setiap hari di blogspot ini. tentu agar saya semangat menulis, pembaca juga mesti memberi komentar dan atau mengunjungi blog saya ini sesering mungkin.

Di kompasiana saya menulis setiap hari karena ada pembacanya. Semoga di sini ada juga pembaca yang berkunjung setiap hari. Mari kita tularkan dunia menulis kepada banyak orang. Mari kita ramaikan dunia maya dengan kegiatan menulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

PA, 15/10/2012
Gordi Afri

gambar dari google

Bulan Oktober sangat istimewa dalam kalender Liturgi orang Katolik. Mengapa demikian? Bulan Oktober dikenal sebagai bulan rosario. Bulan di mana orang Katolik mengadakan doa rosario setiap malam. Coba bandingkan dengan bulan Mei yang dikenal sebagai bulan Maria. Pada saat itu juga orang Katolik berdoa rosario. Hanya saja konteksnya berbeda.

Doa rosario menjadi tradisi dalam Gereja Katoilik. Doa ini mulai dikenal pada abad 12 dan berkembang pada abad 15. Adalah Santo dominikus yang berjasa mengembangkan doa ini melalui khotbahnya. Dominikus hidup pada abad 13 (1221).

Ada pula kisah yang menceritakan bahwa doa ini bermula dari pengucapan 50 kali Salam Maria. Pada waktu itu di sebuah biara, ada anggota biara yang tidak mahir membaca Kitab Mazmur dalam bahasa Latin. Pada saat doa mereka mendaraskan doa Salam Maria.

Demikian cerita yang beredar. Entah itu sungguhan atau ada yang dipoles oleh sejarawan, tidak menjadi soal bagi kita. Kita hanya menjalankan tradisi yang menjadi sebuah kekayaan. Lebih dari menjalankan—yang bisa juga jatuh dalam rutinitas—doa ini sangat berguna bagi umat Katolik. Doa ini praktis dibuat. Bisa dilakukan di mana saja. Di jalan, di bis, pesawat, kapal laut, ruangan kelas, dan sebagainya.

Umat Katolik boleh bersyukur atas tradisi ini. di bulan Oktober ini kita diajak untuk kembali menyediakan waktu setiap hari untuk berkumpul dan mendaraskan doa Salam Maria. Di beberapa daerah umat Katolik berkumpul pada malam hari. Mereka mengadakan doa rosario bersama.

Ini juga yang saya alami waktu kecil dulu. Kini, saya dan teman-teman di komunitas mengadakan doa rosario sebanyak 3 kali dalam seminggu. Bukan berarti kami malas. Kami mempunyai doa lain pada malam-malam yang lain. Tetapi kami memberi porsi yang besar untuk berdoa rosario pada bulan ini dibandingkan pada bulan lainnya. Biasanya kami berdoa rosario bersama minimal 2 kali seminggu.

Doa rosario bisa dibuat secara pribadi. Maka, tak ada salahnya kita menjadikan doa ini sebagai salah satu doa yang melekat dalam diri kita. Dengan doa ini kita merenungkan peristiwa, lahir, hidup, karya, wafat, dan bangkitnya Tuhan kita Yesus Kristus. Saya secara pribadi mendaraskan doa ini kapan saja.

PA, 14/10/2012
Gordi Afri




foto oleh hanifahonlineshop
Kain batik menjadi tren di Indonesia akhir-akhir ini. Sejak pemerintah Malaysia berencana mengklaim hak cipta batik beberapa tahun lalu, Indonesia gencar mempromosikan batik. Baik untuk masyarakat lokal maupun internasional. Bahkan di Jakarta hari Jumat dijadikan sebagai hari batik. Hari di mana semua masyarakat diwajibkan untuk memakai batik. Mulai dari pekerja kantoran hingga sopir dan kenek bus trans-jakarta.

Batik di Indonesia berasal dari beberapa daerah seperti Solo, Yogyakarta, dan Pekalongan. Tiga daerah ini menjadi kota terkenal sebagai kota perajin batik di Indonesia. Nah, bagaimana membedakan batik Solo, Yogya, dan Pekalongan?

Saya sama sekali tidak tahu tentang hal ini. Bagi saya batik ya batik. Entah dari Yogya, Solo, atau pun Pekalongan. Tak bisa membedakan asal-usul batik dari segi motifnya. Wong saya jarang memakai batik juga. Waktu kecil saya hanya melihat batik yang dijadikan kain untuk menggendong adik-adik saya. Selain itu ada juga kain atau baju batik yang dipakai bapak saya. Bapak saya hobi mengoleksi dan memburu batik bagus. Saya ingat persis, dia hobi membeli baju batik Solo. Dia memang pecinta batik. Cinta produk lokal gitu lhooo.

Tadi siang saya bertemu dengan seorang sahabat yang adalah pengrajin batik. Saya bertanya kepadanya perihal membedakan batik dari ketiga daerah penghasil batik ini. Dia memang pengrajin batik sehingga tahu membedakan motif dari berbagai jenis batik.

Pembedaan pertama yang dia jelaskan adalah soal model batik. Batik Solo dan Pekalongan biasanya dibuat dengan cara cap. Setelah menggambar motif, motif itu dibuat dalam bentuk semacam stempel. Stempel itu lah yang ditancapkan pada kain batik. Dengan ini proses pembuatannya cepat.

Dia juga menunjukkan cara untuk membedakan batik hasil cap dan hasil bukan cap. Bagian pinggirnya terlihat jelas. Ada pembatas yang memisahkan bagian satu dengan lainnya. Beda dengan batik tulis yang bagian pinggirnya rapi.

Batik Yogya dikenal sebagai batik tulis. Batik Yogya dihasilkan dengan menggambar langsung di kain batik. Motifnya asli. Bukan hasil cap. Bagian pinggirnya rapi.

Jangan heran kalau proses pembuatan batik Yogya cukup lama. Harganya juga agak mahal dibanding batik Solo dan Pekalongan. Batik Yogya dijual di tempat-tempat tertentu saja karena harganya mahal. Beda dengan batik Solo dan Pekalongan yang bisa ditemukan di mana-mana.

Pembedaan berikutnya adalah soal motif. Batik Yogya memiliki motif khas seperti gambar manusia atau hewan, burung, dan sebagainya. Batik Pekalongan mempunyai motif pesisir. Ada gambar laut, nelayan, dan sebagainya. Batik Solo hampir berdekatan dengan motif batik Yogya. Ada gambar wayang.

Demikianlah hasil perbincangan yang saya tangkap dari sahabat saya ini. Terima kasih untuk ceritanya. Saya dapat pengetahuan baru. Kalau tidak, saya tidak bisa membedakan batik dari ketiga daerah ini.

PA, 26/9/2012
Gordi Afri


ilustrasi dari google
Banyak orang membedakan orang Katolik dan Kristen Protestan dari model Kitab Suci. Ini mendekati kebenaran. Orang protestan biasanya rajin membaca Kitab Suci. Tak heran jika Kitab Suci mereka agak kotor. Bukan karena berdebu. Tetapi karena sering digunakan. Sebaliknya Kitab Suci orang Katolik tampak dua model. Atau berdebu atau bersih sama sekali. Berdebu karena tidak atau jarang dibuka. Bersih karena jarang dibuka.

Tentu ini hanya perbedaan sepintas saja. Ada juga orang Katolik yang rajin membaca Kitab Suci. Meski mereka tidak memperlihatkan diri kepada yang lain. Demikian juga dengan saudari/a Kristen. Ada juga yang jarang membaca Kitab Suci.

Gereja Katolik Indonesia menjadikan bulan September sebagai bulan Kitab Suci. Maksudnya jelas, supaya orang Katolik memberi perhatian pada Kitab Suci dalam bulan ini. tak heran jikadi lingkungan, ada pertemuan untuk membahas Kitab Suci. Paling tidak dengan membaca lalu merenungkan bersama kemudian berbagi pengalaman (sharing).

Saya menjadikan bulan September setiap tahun sebagai bulan sejarah. Sejarah yang mengubah hidup saya. Saya bukan orang yang rajin membaca Kitab Suci. Tetapi saya sadar akan kemampuan saya. Tidak rajin tetapi tetap memberi pehatian.

Tahun 2011 yang lalu saya membeli Kitab Suci baru. Tepat pada bulan September. Maka, sekarang Kitab Suci yang saya gunakan berumur setahun. Sejak saat itu saya akrab dengan Kitab Suci. Tidak setiap saat tetapi saya membiasakan diri membaca setiap hari. Dengan ini saya mulai tertarik dengan kisah-kisah dalam Kitab Suci. Semoga ini menjadi awal untuk hidup sesuai ima Kristiani. Belajar dari kisah heroik para rasul dalam Kitab Suci.

Buku ini memang tidak untuk dipajang. Tidak dibiarkan berdebu. Buku ini untuk dibuka dan dibaca. Lebih bagus lagi kalau buku ini menjadi bagian dari hidup. Perilaku dan tutur kata mencerminkan perilaku orang-orang tersuci dalam Kitab Suci. Demikian sharing saya di bulan Kitab Suci ini. selamat membaca Kitab Suci.

PA, 25/9/2012
Gordi Afri


Gara-gara Tulisan Ini saya jadi bangga. Bangga lewat tulisan memang sudah biasa. Para penulis hebat sudah sering mengalami ini. Memang mereka menulis bukan untuk membanggakan. Tetapi kalau tulisan itu membuat mereka bangga, tidak ada salahnya.

Lebih bangga lagi karena saya yang menulis. Tulisan itu membuat saya bangga karena satu hal yakni berkenalan dengan banyak orang. Inilah yang terjadi dalam tulisan saya semalam, Perawat Lebih Mulia daripada Dokter (lihat postingan saya sebelumnya).

Sampai siang ini, ada 68 komentar. Saya dan pembaca lainnya ikut menyumbang komentar. Saya berkomentar untuk menanggapi komentar pembaca. Makanya, komentar jadi lebih banyak. Kalau saya tidak tanggap mungkin komentarnya tidak mencapai itu. Dengan saya berkomentar, pembaca pun membuat komentar balasan juga. Jadilah banyak komentar.

Saya tidak menyinggung terlalu banyak soal komentar ini. Yang menarik perhatian saya adalah tulisan saya itu, termasuk komentarnya, dikomentari oleh pakar-pakar handal dalam bidangnya. Saya menyebut dokter dan perawat dalam tulisan itu. Dalam komentar, muncullah perawat, Titin Rahmawati, dan juga dokter atau mungkin petugas medis lainnya seperti, Dokter Posma Siahaan, Mbak VennyVirdastryn, Indah Lestari.

Mereka ini saya anggap sebagai orang yang pakar dalam bidangnya. Komentar mereka pun membuat saya sebagai penulis artikel dan pembaca lainnya tercerahkan. Mereka berbicara dari fakta yang mereka alami. Ada juga beberapa komentator lain yang mencoba membeberkan fakta yang mereka alami di lapangan. Pengalaman bersinggungan, bertemu, berkonsultasi dengan tenaga perawat dan dokter pun terkuak. Inilah indahnya profesi yang membuat manusia merasa dekat, pasien dekat dengan dokter atau perawat yang membantu proses penyembuhan.

Saya bangga karena orang-orang pakar ini membaca tulisan saya. Saya ini orang biasa dan awam dalam bidang medis. Saya bangga orang pakar dalam bidang medis ikut memberi perhatian dan berbagi ilmu dengan saya dan pembaca lainnya lewat tulisan itu.

Terima kasih untuk teman-teman kompasioners yang sudah emmberi komentar pada tulisan saya semalam. Salam hangat untuk semuanya.

-------------------------------------
*dari postingan saya di kompasiana

PA, 9/9/2012

Gordi Afri

foto oleh Firdaus Usman
Tulisan ini terinspirasi oleh tulisan kompasioner (sebutan untuk anggota blog kompasiana), Titin Rahmawati, Persamaan Polisi dan Perawat. Di situ dia menyinggung juga soal profesi perawat yang ujung-ujungnya cuma jadi babu profesi tetangga. tetangga perawat adalah dokter. Jadi apakah perawat menjadi babu dokter?

Saya tidak mau ribut soal dokter dan perawat. Di mata masyarakat publik, dan kenyataannya, pendidikan dokter lebih lama daripada perawat. Lantas muncul prasangka, dokter lebih tinggi, lebih hebat dari perawat. Lalu, kenyataannya perawat memang hanya sebagai pembantu dokter saja.

Perawat biasanya menemani dokter ketika berkunjung ke pasien. Perawat juga biasanya menyediakan peralatan medis yang mungkin akan dipakai oleh dokter. Perawat juga menyediakan obat yang ditunjuk dokter. Bahkan sebelum operasi besar, peran perawat biasanya didahulukan. Mereka yang melakukan persiapan seperti menyiapkan kondisi pasien secara psikologis, mencukur rambut-rambut yang perlu dicukur, dan sebagainya.

Lantas, apakh dengan demikian, dokter lebih tinggi dari perawat?

Saya setuju, dari segi pendidikan, boleh jadi dokterlebih tinggi. Pandangan umum juga menempatkan posisi perawat lebih rendah daripada dokter.

Tetapi dari pengalaman saya, saya cenderung menilai bahwa perawat lebih mulia pelayananya ketimbang dokter. Mengapa demikian?

Sewaktu di rumah sakit dan menjadi pasien, saya sering berinteraksi dengan para perawat. Setiap saat apa yang saya perlukan selalu dibantu oleh perawat. Dengan perawat pula saya berdialog, menyampaikan keluhan sakit, mengantar ke kamar kecil jika penjaga tidak ada, meminta makanan dan obat, dan sebagainya. Karena sering berinteraksi, saya merasa dekat dengan perawat.

Dengan dokter, saya hanya berjumpa satu sampai dua kali saja. Beberapa pasien di ruang saya juga hampir sama. Hanya satu atau dua kali dikunjungi dokter.

Okelah saya tidak menyangkal kalau dokter itu sibuk. Bekerja di beberapa rumah sakit dan memiliki kesibukan lain. Saya tidak menyangkal ini. Orang hebat memang selalu dicari orang. Dokter memiliki pasien dalam jumlah besar dan tersebar di beberapa rumah sakit, misalnya.

Saya tetap menganggap para perawatlah yang paling berjasa dalam proses kesembuhan saya di rumah sakit. Dengan merekalah saya berinteraksi setiap hari. Memang dokterlah yang menentukan kapan saya sehat betul, kapan saya pulang, kapan saya minum obat A, dan sebagainya. Tetapi menurut saya, pelayanan seorang perawat lebih mulia ketimbang pelayanan seorang dokter.

Penilaian ini murni dari pengalaman sendiri ketika menjadi pasien di rumah sakit lebih dari sekali. Boleh jadi pengabdian dan pelayanan seorang dokter lebih mulia bagi masyarakat pedalaman nan terpencil ketimbang pelayanan seorang perawat. Tetapi saya tetap menganggap perawatlah yang lebih dulu emnangani pasien.

Semestinya penilaian tinggi-rendah profesi perawat dan dokter segera dihilangkan. Keduanya mesti sama dalam peran yang berbeda dan saling melengkapi. Terima kasih untuk para dokter dan perawat yang berjasa dalam hidup saya.

*dari postingan saya di kompasiana

PA, 8/9/2012
Gordi Afri

FOTO

Buatlah daftar orang-orang yang berjasa dalam hidup. Begitu bunyi sebuah suruhan dalam sebuah pelatihan menemukan potensi diri. Bingung? Begitu reaksi beberapa peserta. Siapa-siapa saja mereka yang berjasa itu?

Bingung itu wajar. reaksi spontan. Coba baca ulang suruhannya lalu diam sejenak. Layangkan pikiran ke masa-masa awal hidup hingga hari ini. Akan muncul jawabannya nanti.

Diam sejenak. Lima menit sudah cukup. Lalu muncullah jawaban. Ditulis, dibuat daftar, lalu ceritakan ke teman-teman.

Siapa yang mau, suka rela, maju, dan ceritakan. Hampir semua peserta menjawab, orang yang berjasa dalam hidup adalah seorang ibu. Di antara sekian yang berjasa, ibu adalah yang pertama disebut. Mengapa demikian?

Karena ibulah yang melahirkan. Begitu argumen mereka. Ya. Itu benar. Tidak ada yang menyangkal. Tidak ada laki-laki yang melahirkan. Tetapi bukan berarti bapak tidak berjasa? Bapak dan ibu adalah orang berjasa. Lalu, mengapa mesti ibu disebut duluan? Bukankah ibu melahirkan lalu yang membesarkannya adalah bapak dan ibu?

Ya tentu saja. Tetapi jawaban itulah yang muncul dalam pikiran ketika melayangkan pandangan ke masa kecil. Yang mudah diingat adalah peristiwa kelahiran. Di situlah ibu menjadi pemeran utama. Selain ibu, ada banyak orang berjasa seperti bapak, kakak, adik, guru, pendidik non formal, masyarakat, pemimpin agama, dan lain-lain.

Menemukan atau membuat daftar orang-orang berjasa akan mengubah cara pandang seseorang. Dengan orang berjasa ini, kehidupan berubah. Tentunya dari yang kurang baik ke yang lebih baik. Merekalah yang terlibat dalam proses itu. Jadi, sikap saya yang dulu beda dengan sikap saya sekarang. Saya berubah karena orang berjasa. Kita tidak tinggal di tempat tetapi bergerak, berubah.

Jangan khawatir dengan kehidupan Anda. Setiap hari pasti ada perubahan. Sadarilah semua itu dan cobalah untuk hidup lebih baik lagi.

----------------------------------------
*dari postingan saya di kompasiana

PA, 7/9/2012

Gordi Afri


“Apa pengalaman paling berkesan ketika Anda datang ke Yogya?”
Begitu bunyi pertanyaan sang dosen kepada mahasiswa baru.

Lantas ada beragam jawaban dari mahasiswa/i baru ini.

Sang dosen pun membuka-buka secara acak lembaran jawaban yang terkumpul. Dia terkesima dengan jawaban seorang mahasiswa.

“Yang paling berkesan adalah pengalaman nyasar di Malioboro.”
Sang dosen pun membaca jawaban itu tanpa menyebut penulisnya. Teman-teman mahasiswa tertawa termasuk pak dosen.

Menurut pak dosen, pengalaman seperti ini memang selalu terjadi. Terutama bagi teman-teman dari luar Jawa juga luar Yogya. Menurut pengalamannya, pernah ada seorang mahasiswa dari satu daerah yang nyasar dari Malioboro. Mahasiswa itu berjalan menuju kosnya. Tak diduga ternyata dia ‘nyasar’ sampai arah Kaliurang.

Woao…ini pengalaman luar biasa lagi. Beruntung dia tidak sampai Kaliurang. Kalau tidak betapa malngnya nasib mahasiswa itu.

Jalanan di Yogya memang menarik. Tak heran jika kota ini menjadi tempat wisata. Hanya saja perlu ketelitian sebelum berkunjung ke objek wisata di sini. Bukan karena menakutkan tetapi mengantisipasi terjadinya pengalaman ‘nyasar’.

dari postingan di kompasiana

PA, 5/9/2012
Gordi Afri


foto oleh EdYourdon
Menulis setiap hari. Bisakah? Bisa. Tentu saja. banyak kompasioner melakukan itu. Bahkan sehari bisa menulis lebih dari satu. Inspirasi menulis muncul di mana saja. ada yang alngsung menuliskannya ada pula yang menunggu saat istirahat.

Saya juga ingin emnulis setiap hari. Membayangkannya sulit. BAgaimana itu terjadi? Jika membayangkannya terus menerus impian itu tidak terwujud. Tetapi kalau mulai melakukannya pasti bisa. Bisa menulis setiap hari. Usahanya panjang dan pasti akan membawa hasil.

Sekarang sedang dicoba. Membuat satu tulisan setiap hari. Kalau bisa nanti bahkan lebih dari satu. Ini impian. Kata orang impian itu abstrak. memang tetapi impian itu bisa jadi nyata. Jangan tinggal dalam dunia impian tetapi bermimpi itu indah.

Asal ada impian. Impian menjadi awal dari usaha. Meskipun impian juga muncul saat berusaha. belum selesai satu usaha muncul impian macam-macam. Tak apa-apa bermimpi itu tidak salah. Kelak suatu saat saya bisa menulis setiap hari.

PA, 13/9/2012
Gordi Afri

indonetwork.co.id

Beberapa hari terakhir ini saya cukup kesal dengan kondisi komputer di ruang kerja saya. Bukan ruang kerja seperti orang kantoran. Ruang kerja yang berisi komputer dan perangkat modem internet. Sesekali saja saya pakai ruang ini. Meski demikian ruang ini sangat penting sebab semua koneksi internet di rumah kami dikendalikan dari ruang ini.

Di ruang ini sebenarnya sudah ada komputer yang terkoneksi internet. Saya beberapa kali menggunakannya. Teman saya, Fonsi, yang sebelumnya bertugas di ruang ini juga memakai komputer ini. Selama dia pakai, tidak terjadi apa-apa, semuanya berjalan lancar. Namun, beberapa hari belakangan, komputer ini mulai macet.

Saya membersihkan bagian dalamnya. Debu menempel di sejumlah titik. Mungkin debu ini yang membuat kinerja komputer lambat. Ibarat mobil tua yang tidak terawat. Begitu gambaran kondisi komputer bagian dalamnya. Setelah membersihkan semuanya, saya memasang semua komponennya dan menghubungkan dengan internet. komputer berjalan dengan baik. Koneksi internet juga lancer. Tetapi beberapa hari kemudian komputer itu kembali seperti semula. Macet, macet, dan macet.

Saya memutuskan untuk mengganti dengan komputer lain dengan harapan koneksinya lancar dan kinerja komputernya juga lancer. Untuk hari pertama sesuai yang diharapkan. Kinerja komputer dan koneksi internetnya lancar. Saya pun bangga sekaligus berharap inilah komputer yang akan menunjang kinerja saya di ruang ini. Bagai disambar petir, tiba-tiba, komputer itu macet lagi. Wah kali ini saya benar-benar kesal. Saya tidak mau membongkar dan melihat isi bagian dalamnya lagi.

Saya memutuskan untuk mengganti dengan komputer ketiga. Kebetulan computer ini jarang dipakai. Debu-debu di bagian luarnya sudah banyak pertanda jarang disentuh. Tampilan luarnnya memang tidak meyakinkan kalau komputer itu bagus. Tetapi saya yakin saja bagian dalamnya bagus. Bagian dalamnya tidak seperti bagian luarnya yang kotor. Saya menghubungkan komputer itu dengan modem internet dan tersambung. Jadilah tulisan ini.

Ini tulisan pertama dengan komputer itu. Lumayan lancar. Komputernya tidak canggih tetapi cukup bagus untuk mengetik tulisan. Programnya pun masih windows 2003. Semoga komputer ketiga ini berjalan lancar sesuai yang saya harapkan. Kalau tidak mungkin untuk sementara saya tidak bisa membuat dan menampilkan tulisan baru diblog ini.

PA, 23/8/2012
Gordi Afri

*Dimuat juga di blog kompasiana pada 23 Agustus 2012



foto oleh no-body-cares
Minggu, 19 Agustus 2012. Saya bersama Bapak dan Ibu serta Pastor Memo, SX berkunjung ke rumah sahabat kami, Bapak Mul, di daerah Imogiri, Bantul, DIY. Perjalanan dengan menggunakan mobil Toyota Kijang LGX ini cukup ramai.

Bapak yang menjadi sopir mengarahkan mobil melalui ‘jalur dalam’. Maksudnya tidak melalui jalur ramai. Kami melewati beberapa lorong mulai dari Jalan Affandi-Gejayan, masuk satu gang lagi hingga tiba di Jalan Solo. Kemudian dilanjutkan dengan jalan-jalan kecil hingga tiba di daerah Giwangan-Umbulhardjo. Selanjutnya melalui jalan Imogiri.

Kami sengaja melewati jalan-jalan kecil alias ‘jalur dalam’ agar terhindar dari macet. Hari-hari besar atau musim liburan seperti lebaran ini biasanya ramai. Jalanan di kota Yogyakarta biasanya macet karena banyak pengunjung dari luar kota. Dugaan kami ternyata salah. Bapak yang asli Yogya ini menyadari hal ini. Dia pun berujar, “Wah, kita sudah berusaha mencari jalan-jalan kecil, tetapi nyatanya kita masih terlambat dari biasanya.”

Perjalanan ke rumah Pak Mul biasanya bisa ditempuh selama 3o-45 menit. Kali ini agak lama, 50 menit. Maklum hari libur. Meski agak telat, saya justru bersyukur karena bisa mengenal jalur-jalur baru di kota pendidikan ini. tiap perempatan jalan, saya bertanya kepada ibu yang duduk di samping saya, “Ini daerah apa namanya, bu?” Ibu yang sudah lama tinggal di kota budaya ini pun menjawab dengan lancar.

Diterima dengan senang hati
Setibanya di rumah Bapak Mul, kami disambut dengan senang hati. Ketika mobil kami hampir tiba di rumah, Bapak Mul sudah menunggu di depan rumah, mengenakan baju resmi dan agak rapi. Baju resmi bernuansa Islami. Kami melihat dia tersenyum ketika mobil kami tiba. Lalu, dia menunjukkan tempat parkir yang tidak jauh dari pintu rumahnya. Sekitar 5 meter.

Kami masuk rumah dan bersalaman dengan keluarga Bapak Mul sambil mengucapkan Selamat Hari Raya Lebaran. Pak Mul merasa senang dengan kehadiran kami. Dia mengungkapkan kesenangannya itu di hadapan kami. “Saya senang karena pastor dan kalian semua bisa mengunjungi kami di sini,” katanya.

Pak Mul adalah seorang Muslim. Dia bekerja di rumah kami sudah hampir 20-an tahun. Kami yang berkunjung yang adalah semuanya Katolik bangga dengan kata-katanya. Perbedaan keyakinan dan agama tidak membuat kami canggung. Kami tahu dia Muslim dan dia tahu kami Katolik. Sudah lama kami bekerja sama, saling menghargai, saling menghormati.

Pak Mul bekerja di rumah kami dengan menempuh jarak 25 kilometer setiap harinya. Pergi dan pulang 5o km. Setiap hari dia datang ke rumah kami, kecuali hari Jumat. Dulu, sekitar 7 tahun lalu, dia datang dengan sepeda. Bayangkan orang setua dia masih kuat menggenjot sepeda sepanjang lebih kurang 50 km setiap hari. Setelah gempa yang melanda Yogya, Mei 2006, dia beralih ke sepeda motor. Dia pun berangkat dari rumah sekitar jam 05.30 pagi dan pulang sekitar jam 04.oo sore. Dulu, waktu menggunakan sepeda, katanya, dia berangkat sekitar jam 04.00 pagi.

Jalanannya mendaki waktu datang. Dari sudut Selatan kota Yogyakarta sampai Utara kota Yogyakarta. Dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi. Sungguh luar biasa perjuangannya. Menurut cerita bapak dan ibu, yang bekerja di dapur, setelah lebaran, Pak Mul berencana datang dengan sepeda lagi. Dengan sepeda memang badan jadi lebih segar dan sehat, olahraga pagi, juga menikmati udara pagi. Tetapi agak aneh, di usianya yang makin tua, dia malah menggenjot sepeda. Bukannya semakin tua tenaga berkurang sehingga lebih bagus kalau pakai motor. Tetapi alhamdulilah jika rencana itu menjadi nyata nanti, mungkin Pak Mul merasa lebih nyaman dengan sepeda.

Ajang dialog antar-agama
Kunjungan silaturahmi kali ini menjadi ajang dialog antar-agama bagi saya. Selain dengan Bapak Mul sekeluarga, kami juga berbincang dengan keluarga adiknya Bapak Mul yang rumahnya bersebelahan. Adiknya datang dan bersalaman dengan kami ketika kami mau pulang. Dia juga membantu mengarahkan mobil untuk berbalik arah. Dia sempat bercerita tentang nyamannya rumah dia dan kakaknya, Pak Mul, yang terletak di atas bukit dan didasari bebatuan yang kuat.

“Waktu gempa, rumah-rumah ini tetap kuat, berdiri kokoh, padahal rumah-rumah lain sudah runtuh,” katanya dengan nada bersemangat. Rumah Pak Mul terletak di atas bukit dan dasarnya terdiri atas bebatuan. Kalau fondasinya kuat, rumah pun akan tahan ketika terjadi gempa.

Setelah perbincangan itu, kami masuk ke mobil lalu pulang. Tak lupa kami melambaikan tangan ketika mobil bergerak melambat dan akhirnya kami meninggalkan mereka. Terima kasih untuk perjumpaan hari ini. terima kasih untuk Bapak Mul sekeluarga yang sudah menerima kami.

PA, 21/8/2012
Gordi Afri
Powered by Blogger.