Halloween party ideas 2015

Punya harta banyak itu dambaan. Memang itulah dambaanku. Usaha keras dibuat. Segala tenaga dikerahkan. Harta itu bisa didapat. Modalnya hanya kerja keras. Dengan itu, harta banyak jadi milikku. Aku kaya harta.

Aku dulu berpikir, dengan harta banyak, aku akan bahagia. Betapa aku dulu ingin kaya karena ingin bahagia. Aku hanya ingat satu dari sekian nasihat tetua adat, raihlah kekayaan. Dengan kekayaan itu, kamu akan bahagia. Betapa nasihat yang entah benar atau tidak dari mereka ini, aku serap dan masuk dalam seluk-beluk otakku. Hampir pasti aku tak pernah bermimpi yang lain selain punya harta banyak.

Aku sebenarnya punya mimpi yang lain. Aku ingin membangun desaku menjadi desa yang masyarakatnya bahagia. Hidup harmonis dan ekonominya makmur. Tetapi aku ingat impian asliku. Aku buang impian lain ini. Aku melupakan semua mimpi yang bukan mimpi tentang kaya harta. Gara-gara mimpi kaya harta ini, otakku tidak berpeluang mengimpikan impian lain. Tak ada tempat dalam otakku untuk memikirkan yang lain.

Aku ingin impianku terwujud. Usaha keras baik fisik maupun pikiran kukerahkan. Perpaduan antara keduanya membuhkan hasil yang maksimal. Kerja fisik dan kerja otak yang luar biasa besarnya dibayar dengan kekayaan harta yang luar biasa berlimpahnya. Hartaku kini banyak. Sebanyak yang aku impikan. Aku pun akan mencapai kebahagiaan itu.

Aku tak susah lagi dengan kehidupanku. Ekonomi pun tidak perlu dicemaskan lagi. Segalanya bisa kubuat. Aku bepergian dengan keluarga dan sahabatku ke kota terkenal. Dari Sabang sampai Merauke. Aku jelajah semuanya. Demikian juga dengan kota terkenal di luar negeri, Paris, Roma, Kairo, Madrid, dan sebagainya. Aku sudah berkunjung ke sana.

Mataku melihat banyak hal di sana. Ternyata di sana hampir sama dengan di negeri ini. Ada orang yang super kaya tetapi ada juga yang super miskin. Kaya miskin hidup bersama. Yang kaya makin miskin pedulinya. Yang miskin makin ganas perjuangannya. Yang miskin, kaya harapan. Yang kaya, miskin harapan. Orang miskin berharap mendapatkan seuatu dari pengunjung. Tak jarang dia berdiri berjam-jam atau duduk berjam-jam di daerah yang padat pengunjungnya. Yang kaya tidak mau memedulikan yang miskin. Mereka tidak mengharapkan kehadiran orang miskin di tempat yang mereka kunjungi.

Aku sempat kaget melihat semua ini. Kalau aku mengimpikan kaya harta mengapa banyak yang miskin harta? Aku sudah berusaha dan meraih kekayaan. Pengorbananku bukan main dan aku memperoleh semua yang aku inginkan. Pengorbanan dan usahaku tidak sia-sia. Aku tahu sekarang, usaha keras itu dapat membuahkan hasil yang masksimal. Rahasia kesuksesan adalah usaha keras.

Aku mengimpikan suatu saat mereka yang miskin mampu dan mau berusaha keras. kelak, mereka akn berbahagia karena mendapat banyak harta. Tetapi aku berpikir, rasa-rasanya itu tidak mungkin. Semua kekayaan diambil oleh kaum kaya. Termasuk aku. Aku sebenarnya mengambil jatah mereka yang miskin. Tidak ada lagi untuk mereka. Jadi, sebenarnya usaha keras mereka akan sia-sia. Mereka tetap tidak akan memperoleh yang mereka usaha dan impikan. Jadi bagaimana?

Gara-gara memikirkan ini aku tidak tenang. Aku kaya harta, tak kurang makanan, tetapi aku tidak tenang. Batinku menjerit kecemasan. Mengapa mereka tetap miskin? Demikian hatiku meronta dan menjerit. Suara ini selalu terngiang. Dulu suara batinku adalah kejarlah kekayaan dan raihlah itu jadi milikkmu. Kini berubah, berilah mereka makanan, bagilah hartamu, tunjukkan kepedulianmu pada mereka yang miskin.

Aku tampak kaya tetapi sesungguhnya aku miskin. Aku miskin perhatian. Miskin kepedulian. Suara yang menggema di atas sungguh membuatku tidak bisa hidup tenang. Suara itu menggantikan suara dulu yang terngiang dalam mimpiku. Zaman berubah dan mimpi pun berubah. Sungguh, aku tidak bahagia dengan kekayaanku ini. Aku kaya harta tetapi harta tak lagi berguna bagiku. Harta ini lebih berguna bagi mereka yang miskin di sekitarku. Aku sudah mengunjungi tempat impianku dan aku sudah mewujudkan impianku. Mereka yang miskin itu pasti punya mimpi. Dan, aku tangkap mimpi itu adalah dapat hidup bahagia, punya bekal untuk makan malam, tidak cemas lagi.

Aku ingin mewujudkan impian mereka. Aku ingin mimpi mereka itu menjadi impianku juga. Kelak, aku dan mereka tidak berbeda. Aku akan membagikan hartaku pelan-pelan untuk membantu mereka. Sungguhm hati ini akan tenang, dan betapa aku akan bahagia sekali, melihat mereka bisa hidup tenang dan bahagia. Aku bahagia dapat harta tetapi lebih bahagia jika aku emmbagikan hartaku ini pada mereka yang membutuhkannya. Ah ini saja mimpiku. Lupakan harta dan ingat orang miskin.

Salam

PA, 7/6/13
Gordi


Aku ini perempuan terjerat. Memang aku terjerat dalam kamar berukuran 3x4 meter. Aku tak tahu bagian luarnya kamar ini. Aku hanya tahu bagian dalam. Selain perabot untuk tidur, juga ada kamar mandi. Setiap hari aku ada di sini. Pekerjaanku hanya memerhatikan yang ada di kamar ini. Karena seringnya dan lamanya aku berada di kamar ini, aku ingat semua yang ada di sini. Dari langit-langit kamar, dinding, lantai, hingga kaca jendela.

Tentang kaca jendela ini, aku punya cerita menarik. Melalui kaca ini aku melihat dunia luar. Ya hanya beberapa saja yang terlihat. Langit-langit dan bercak gerimis air hujan. Aku tak melihat hijaunya daun. Aku hanya melihat dua warna langit, biru dan putih. Jika cerah akan keluar biru, dan jika mendung, akan ada putih atau abu-abu atau hitam. Hanya itu yang ada di jendela ini. Satu-satunya penghibur bagiku adalah melihat jendela ini. Jendela yang kadang-kadang ditutup kain gorden.

Kain gorden ini hanya sebentar saja berfungsi. Jika ada teman yang masuk, aku biasanya berpasrah total. Temanku biasanya menutup gorden ini. Kaca tak terlihat apalagi langit biru dambaanku. Aku diam dan menerima perlakuan temanku dalam ruang mungil ini. Aku tak bisa memberontak terutaam jika merasa sakit. Aku hanya bisa melayani dia. Aku tak ingat siapa-siapa temanku ayng datang ‘menjengukku’ di sini. Setiap hari bergantian. Aku hanya ingat sahabat yang selalu menjenguk dan membawakan makanan untukku.

Dia ini sangat sopan. Dia memberiku makanan tiga kali sehari. Dia juga kadang-kadang menungguiku saat makan. Saat itulah dia bercerita tentang kehidupannya. Dia juga membagikan informasi seputar kehidupan sosial, ekonomi, dan politik negeri ini. Darinya, aku peroleh informasi. Aku tak punya alat komunikasi. Hp tidak punya. TV, radio, pemutar musik tidak ada. Betapa aku terhibur jika ia menungguiku menyelesaikan makan. Aku melahap makanan yang ia bawa sambil memerhatikan dengan saksama mimik mukanya saat bercerita. Selain dia, praktis, tak ada teman yang aku ingat.

Aku ingin sekali bebas dari jerat ini. Betapa hidupku merana, sakit fisik, sakit hati, sakit jiwa, tinggal di kamar ini. Aku terdampar di kamar ini secara tiba-tiba. Aku diantar dua pemuda dan memberi kunci. Mereka memasukkan aku di kamar ini kemudian berpesan, tinggal di sini selamanya. Aku mulai gugup dengan kata-kata selamanya ini. Betapa sedih aku membayangkan, selamanya aku hidup hanya di kamar menyeramkan ini. Hidup tak akan bahagia jika dijalani dalam kamar seperti ini. Bukankah paru-paruku juga ingin menghirup udara lain selain yang ada dalam kamar ini?

Aku ingin menghirup udara di kampungku. Aku ingat aku bernagkat dari kampungku atas bujukan sahabatku. Dia mengimpikan kehidupan yang mewah. Ia ingin agar aku menikmati kemewahan itu. Ia memberi sejumlah uang pada orangtuaku. Orangtuaku mengizinkan aku pergi. Aku pergi bersamanya. Aku ditempatkan di kamar besar bersama puluhan wanita seusiaku. Aku tak nyaman tinggal bersama di ruang ini. Aku mendambakan kebebasan. Dan, satu per satu, jika tiba gilirannya, satu di antara kami akan menikmati kebeasan di luar ruang besar ini.

Aku pun senang ketika tiba giliranku. Aku mendambakan aku akan hidup tenang tanpa tekanan. Aku merasakan yang lain sekarang. Rupanya aku hidup lebih susah ketimbang hidup di ruang besar itu. Aku ditempatkan di ruang kecil nan menyeramkan ini. Aku pun menjadi wanita tak berdaya. Menerima perlakuan tamu lelaki yang merenggut kebebasanku. Aku menderita. Aku berontak tetatpi tidak ada jalan lain untuk keluar.

Aku ingin keluar dari kamar jerat ini. Aku ingin kesempatan itu akan datang segera. Sungguh aku ingin menghirup kebebasan. Aku bertanya-tanya, mengapa aku ditempatkan di kamar derita ini? Betapa aku ini sengsara, dijerat, bak anak ayam di depan mulut singa, siap diterkam. Setiap hari aku siap diperlakukan semaunya saja oleh temanku yang datang mengunjungi aku. Aku ingat bosku memaksaku meanggil dan menganggap semua yang datang sebagai teman. Aku tahu, sesungguhnya sebutan itu tak pantas.

Mereka itu sesungguhnya bukan teman tetapi lelaki hidung belang. Lelaki yang mencari kepuasan seksual. Entah berapa biaya yang mereka berikan pada bosku. Aku tak pernah tahu jumlahnya. Aku pun tak pernah menerima sejumlah kecil pun. Uang tak berarti lagi bagiku. Yang berarti bagiku adalah pembebasan. Aku ingin bebas segera. Tuhan, cukup sudah penderitaan ini. Aku lelah menghadapi semua ini.

*jeritan perempuan dalam kurungan kamar derita

PA, 8/6/13
Gordi



Maafkan aku bila aku cerewet
Karena kadang-kadang aku cerewet

Maafkan aku bila aku rewel
Karena kadang-kadang aku keterlelauan rewelnya

Maafkan aku bila aku membenci kalian
Karena kadang-kadang aku dikuasai rasa benci

Maafkan aku bila aku berkomentar aneh
Karena aku kadang suka aneh tak jelas alasannya

Maafkan aku bila aku mengritik kalian
Karena aku kadang-kadang suka kritik

Maafkan aku bila aku tak tepat janji
Karena aku suka cari alasan tuk lupa janji

Maafkan aku bila kurang nasionalis
Karena aku kadang-kadang hanya ingat daerahku saja

Maafkan aku bila aku curi uang negara
Karena aku tergoda dengan besarnya uang negara

Maafkan aku bila pulang larut malam
Karena aku sering janjian dengan TTM-ku

Maafkan aku bila aku lupa rakyat
Karena aku sering melupakan mereka

Maafkan aku bila aku sering keluar negeri
Karena aku ingin jalan-jalan

Maafkan aku
Seribu maaf
Aku ini main curang
Gunakan kekuasaan semau gue
Maafkan aku

Aku mencintai kalian semua
Tapi kadang-kadang aku lebih cinta pada egoismeku
Sekali lagi maafkan aku

PA, 9/6/13
Gordi




ilustrasi, di sini
Semua kompasianer ingin menulis. Menulis, bagi kompasianer adalah eksistensi. Keberadaannya sebagai anggota blog keroyokan menjadi nyata ketika dia menulis. Maka, menulis mesti menjadi kesehariannya. Selain menulis tentu dia juga membaca. Membaca dan menulis juga menjadi keseharian kompasianer. Kalau boleh mengubah kata-kata Descartes, kompasianer menulis maka kompasianer ada.

Meski demikian, ada juga kompasianer yang ada di sini untuk membaca saja. Tidak menulis. Entahkah dia suatu saat akan menulis. Untuk sementara dia hanya membaca dan memberi komentar saja. Tentu ini tidak bisa disimpulkan bahwa dia menjadi kompasianer hanya untuk membaca. Dia menjadi kompasianer pembaca saja. Padahal kompasianer yang lain adalah penulis. Kiranya, semua setuju, suatu saat, kompasianer pembaca ini akan menjadi kompasianer penulis.

Membaca dan menulis memang ibarat dua sejoli. Menulis ada karena membaca, membaca ada karena menulis. Tidak mungkin bisa menulis kalau sebelumnya tidak membaca. Membaca apa saja. Demikian juga tidak bisa membaca tanpa didahului menulis. Membaca mesti mutlak ada bacaan. Dan bacaan itu adalah tulisan. Maka, membaca dan menulis selalu berjalan beriringan.

Karena eksistensi kompasianer adalah menulis, setiap hari selalu ada tulisan yang ditayang. Bahkan, setiap 2 menit selalu ada tulisan. Tulisan ini muncul dari anggota kompasianer. Jumlahnya bertambah setiap hari maka tulisan yang masuk juga akan bertambah. Kompasianer memang ada untuk menulis. Meski demikian, tidak semua kompasianer bisa menulis setiap hari. Ada yang sekali seminggu, sebulan, atau tak tentu. Menulis karena ada ide, begitu beberapa di antara mereka menyebut hal ini. Ada juga penulis produktif yang setiap hari bisa menghasilkan lebih dari satu tulisan.

Antara kompasianer ada simbisosi mutualisme. Dalam arti, sesama kompasianer saling belajar. Belajar dari tulisan A, B, dan C. Dari situ akan ada tulisan lagi. Maka, menjadi kompasianer juga berarti menjalin relasi simbiosis mutualisme.

Kiranya, tidak perlu cemas  atau resah, jika kompasianer A tidak bisa menulis seperti kompasianer B. Toh keduanya unik. Tak perlu sama. Dan memang tidak harus sama. Keresahan dalam menulis muncul karena antar-kompasianer ada kecenderungan untuk membanding. Kalau dia bisa mengapa saya tidak bisa. Padahal saya tidak sama dengan dia. Dia kok bisa saya tidak bisa-bisa. Padahal sesama kompasianer.

Kecemasan yang membuat beberapa kompasianer tidak bisa menulis kiranya bisa diubah menjadi kegembiraan. Gembira karena suatu saat dia bisa menulis. Kecemasan tidak akan tinggal selamanya. Kecemasan itu akan menjadi kegembiraan pada suatu saat. Maka, bergembiralah yang cemas dalam menargetkan tulisan di kompaiana ini.

Keyakinan akan perubahan—dari cemas ke gembira—kiranya diakui kompasianer. Sebab, dengan sering membaca, kompasianer akan bisa memahami tulisan. Memahami sesuatu menjadi awal untuk menulis. Menulis sesuai dengan pemahaman. Jika paham soal masalah budaya tulislah itu. Paham soal internet tulislah itu. Maka, tidak ada kata cemas untuk menulis. Dunia tulisan itu luas. Dan, peluang untuk ke sana ada di kompasiana ini. Di sini, ada simbioasi mutualisme. Kamu menulis saya membaca, saya menulis kamu membaca. Kamu menulis, saya menulis. Kamu membaca saya juga membaca.

PA, 10/6/13
Gordi




foto dari internet

Setiap orang punya mimpi. Mimpi menjadi lebih baik adalah salah satu mimpi dambaan. Betapa keadaan yang jelek, menederita, miskin, membuat banyak orang bemrimpi untuk kehidupan yang baik. Mimpi itu membuat mereka berusaha untuk mengubah hidup. Bagi mereka, mimpi menjadi awal yang baik untuk mengubah keadaaan. Tak peduli apakah nanti tercapai atau tidak kehidupan yang baik itu. Mimpi bagi sebagian orang adalah kunci dari sebuah perubahan.

Aku juga punya impian. Aku hanya tukang bakso. Setiap hari mendorong gerobak bakso dari satu tempat ke tempat lainnya. Betapa kegiatan ini membuatku banyak tahu dan kenal lingkungan. Dari yang kaya sampai yang miskin. Orang kaya suka bakso saya. Mereka memesan banyak porsi. Aku juga berusaha agar orang miskin bisa menikmati bakso racikanku. Aku mau supaya yang bisa dinikmati orang kaya bisa juga dinikmati orang miskin.

Dengan gerobak bakso ini, aku berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Bagiku, gerobak ini idak sekadar berpindah. Pikiranku juga berpindah dari satu kenyataan ke kenyataan lainnya. Di sini aku melihat yang ini, Di sana aku melihat yang itu. Perubahan itu menjadi ritme hidup saya. Di sini saya laku banyak. Di sana saya tak dapat pemasukan pun. Antara ritme penjualan dan ritme perpindahan gerobak bakso ada hubungan. Hubungan yang juga menjadi kesimpulan saya. Betapa hidup ini harus berubah.

Aku ingin berubah dari tukang bakso ke pegawai kantor. Meski ini hanya keinginan belaka, ibarat mimpi, aku berusaha meraihnya. Aku tak mau keingingan tinggal keingan saja. Aku mau supaya keinginan itu tercapai. Aku bukannya tak mau jadi tukang bakso. Aku mau supaya profesiku juga berubah. Ya, sebagai lanjutan dari impian saya.

Aku sudah bepindah dari satu tempat ramaia ke tempat ramai lainnya. Aku sudah hafal pembeliku di setiap tempat. Aku sudah menjalin relasi dnegan pelanggan di banyak tempat yang saya singgah. Aku sudah melayani berbagai kelompok masyarakat. Bagiku, gerobak bakso ini memang menyatukanku dengan banyak kalangan. Aku mau supaya aku juga bisa berubah. Dari tukang bakso ke pegawai kantor. Hanya ini saja mimpi saja. Berat tetapi aku sudah memulainya dari mimpi. Dan, aku mulai meweujudkannya dnegan berusaha. Menjadi tukang bakso mungkin terlalu rendah. Tetapi, betapa tinggi harkatku ketika bisa bergaul dengan banyak kalangan masyarakat, sosial dan ekonomi yang berbeda, budaya, dan sebagainya.

Impian itu membuatku berubah. Dari keinginan ke kenyataan. Di tengahnya ada usaha. Maka, aku berusaha agar usahaku bisa mewujudkan impianku. Mimpi yang kadang diejek oleh orang tertentu. Tukang mimpi, kata mereka. Kataku, aku bemrimpi agar aku berubah. Mereka bilang itu hanya impian belaka tetapi aku yakin aku bisa berubah. Mimpi yang semula jadi bahan ejekan akan menjadi awal untuk berubah.

Jakarta, 12/6/13

Gordi

Mencari calo kini sedang tren. Calo bisa ditemukan di mana-mana. Calo berperan penting saat semua urusan serasa rumit, lama, dan mengecewakan. Calo menjadi jalan akhir yang bisa ditempuh. Calo pun menjadi dukun segala urusan administrasi. Dengan calo, segala urusan menjadi mudah. Menjadi calo berarti siap memudahkan segala urusan. Urusan rmit sekali pun, di hadapan sang calo, segalanya akan jadi mudah. Baik kalau pekerja administrasi mempelajari cara kerja calo yang cepat dan mudah. Tetapi calo tidak selalu identik dengan kerja cepat dan mudah. Calo juga dikenal sebagai pribadi licik, tukang suap, dan penipu kelas kakap.

Calo-calo di sekitar kita memang berkeliaran bahkan berjamur. Jamur biasanya bertahan beberapa waktu saja. Jika lemah, dia akan mati. Dia tidak tahan menghadapi suhu dan cuaca alam. Maka, menikmati jamur mesti tepat pada waktunya. Calo, tak beda dengan jamur. Calo yang bertahan dengan situasi kerja ilegaal saja yang bertahan. Jika tidak, dia akan bangkrut hingga akhirnya kecaloannya ditanggalkan. Calo menghadapi lawan calonya yang banyak. Satu lembaga bisa beratus calo. Yang kuat akan jadi calo dalam waktu lama. Yang lemah akan berpindah profesi.

Calo, betapa pun cepat dan mudah cara kerjanya, menyisakan kesan yang menghebohkan. Yang heboh adalah cara kerja licik dan tipu daya muslihatnya. Tidak ada calo yang tidak lici. Kelicikan mesti menjadi sifat yang melekat dalam percaloan. Siapa jadi calo dia mesti lihai dalam bertindak licik. Dengan kelicikannya dia tak segan menyuap pemimpin lembaga. Dia membelikan makanan enak, perhiasan mahal, dan lainnya. Kesukaan sang bos, pemimpin lembaga, menjadi incarannya. Dengan itu, sang calo mendapat jatah. Di hadapan bos dia memohon. DI hadapan calon korbannya dia mematok harga tinggi dengan penawaran cara kerja yang cepat dan mudah.

Untuk mengurus paspor misalnya, sang calo bekerja licik. Dia mengurus semua administrasi korbannya. Korban maksudnya korban penipuannya. Mereka yang memakai jasanya. Dia mengisi formulir sampai pada pembayaran. Korbannya datang di kantor untuk foto dan cap jari saja. Siapa yang tidak mau dengan cara kerja licik seperti ini? Sebab, kalau ikut cara kerja normal, sesuai tata kerja kantor, setiap warga yang mengurus paspor melewati beberapa langkah. Setiap langkah ada jedanya. Menunggunya lama di tiap loket. Dengan calo, semua loket atau langkah itu disalip. Dia melenggang dnegan cepat.

Cara kerja calo seperti ini memang banyak diminati. Bayarannya mahal. Untungnya banyak. Modalnya hanya licik saja. Siapa bisa berlicik bisa jadi calo. Meski licik, calo menjadi incaran banyak orang. Kelicikannya menarik banyak orang untuk datang padanya. Kelicikan ini bak gula yang diselimuti semut. Calo di saat-saat rumitnya administrasi dibutuhkan. Calo dikenal sebagai penembus birokrasi yang berbelit-belit. Calo, bak dukun, bisa menembus sekat tebal rumitnya urusan administrasi. Di mana ada kerumitan di situ ada calo.

Calo, seolah-olah diciptakan setelah kerumitan dan keterbelitan muncul. Sementara kerumitan atau keterbelitan juga mungkin sengaja diciptakan untuk menciptakan calo. Kerumitan memang menjadi ciri birokrasi negeri ini. Tak banyak pemimpin lembaga yang mau berbenah mengurai kerumitan birokrasinya. Banyak yang masih memelihara kerumitan urusan administrasi. Sejalan dengan itu, calo juga dipelihara . Calo juga butuh makan. DAn, mereka dapat jatah dari kelicikan-caloannya. Tanpa itu mereka tidak bisa hidup.

Calo tentu harus dihidupi. Maksudnya calo sebagai manusia pasti butuh makan. Jika tidak tamatlah riwayat mereka. Tetapi, calo sebagai profesi sebaiknya tak boleh dihidupi. Calo memang bekerja cepat dan mudah tetapi calo ini juga yang bikin kinerja administrasi lebih rumit. Dengan melangkahi beberapa loket saja, calo sebenarnya mengambil jatah antrian bagi orang yang mengurus administrasi. Melangkahi berarti menyalip jalur resmi. Dan penumpang jalur resmi diabaikan. Yang calo didahulukan ddemi mengeja cita-cita kinerja cepat meski penuh tipu daya. Yang jalur resmi direm sehingga kesannya urusan ini butuh waktu lama. Padahal urusan administrasi bisa selesai dalam beberapa jam. Jumlah pelanggan urusan tidak jadi alasan untuk memperlambat atau memperrumit urusan.

Calo yang dikenal sebagai pekerja cepat dan licik ini ternyata memperlambat kinerja birokrasi. Calo menyembunyikan perlambatan jalur resmi dalam setiap urusan birokrasi. Calo, meski cara kerjamu cepat, sebaiknya kamu jangan dipelihara. Kamu punya sifat licik yang dengan sengaja mengerem kecepatan birokrasi pengguna jalur resmi.

Salam anti-calo
Jakarta, 13/6/13
Gordi

Suara bising. Itulah yang dialami di Jakarta. Jakarta memang ramai. Keramaian ini menjadi penyebab suara bising. Keramaian mengundang banyak orang. Keramaian tercipta karena banyak orang berkumpul. Ya, di Jakarta memang banyak orang datang dari berbagai daerah. Suara bising itu sudah akrab di telinga penghuni JAkarta. Keakraban serupa tidak berlaku untuk pendatang di Jakarta. Termasuk tamu asing, orang daerah, dan sebagainya. Suara bising justru mengganggu kenyamaan mereka. Mereka memang mestinya siap dengan suara bising ini jika bertandang ke Jakarta.

Suara bising, betapa pun itu membuat idak nyaman, justru menjadi tanda bahwa masyarakat sibuk. Kesibukan yang membuat jalanan padat, penghuni pasar padat, penghuni kantor padat. Di mana-mana padat. Padat dalam jumlah manusia. Karena padat, kejahatan pun padat. Di mana-mana rawan kejahatan. Satu kejahatan membuat suara bising. Banyak orang ingin tahu jenis kejahatan, ingin terlibat dalam kejahatan jika ada untungnya, mau mencoba melakuka kejahatan jika itu membuatnya terkenal. Berbagai motif kejahatan muncul. Semua itu menimbulkan kebisingan. Bising bukan lagi milik jalanan tetapi menembus kehidupan masyarakat. Bising yang semula hanya keluar dari knalpot bajaj dan metromini kini muncul juga di dalam kamar hotel, di tempat perjudian, di tempat kencan, dan sebagainya.

Dan, suara bising itu ambivalen. Ada untungnya ada ruginya. Suara bising itu membunyikan lonceng bisnis besaran. Suara bising itu juga menguak kesibukan ekonomi pasar. Suara bising itu juga menampilkan wajah kota yang kriminal dan keras. Suara bising itu menjadi rambu untuk berhati-hati. Hidup dengan suara bising memang pnuh misteri. Suara itu membuat telinga pekak sekaligus membuat mata dan kaki berhati-hati. Mata kadang-kadang tak mampu melihat darimana sumber suara bising itu. Telinga juga kadang-kadang tak mampu mendengar di mana suara bising itu muncul.

Ah suara bising ini tetap ada. Jangan bermimpi akan hilang. Yang perlu adalah bagaimana mengatasi kebisingan ini. Bertahanlah dalam kebisingan dan berusahalah mencari peluang di dalamnya. Bising akan tetap ada tetapi mungkin bisa dihindari dengan melakukan aktivitas lain. Bermain futsal misalnya membuat suara bising itu tak terdengar. LAri-lari di sekeliling kompleks olahraga meredam suara bising. Suara bising tetap ada dan tetap menjadi teman setia hidup di ibu kota.

Salam bising,
Jakarta, 14/6/13
Gordi


Setiap orang pasti butuh makanan. MAkanan adalah menu wajib bagi manusia untuk melanjutkan kehidupannya. Tidak ada yang menolak untuk makan. Apa pun jenis makanannya, setiap orang pasti membutuhkannya. Makanannya satu, jenisnya beda, tergantung budaya tempat makanan itu dibuat.

Aku hanya tukang masak yang membuatkan makanan untuk majikanku. Setiap pagi, aku bergaul dengan bumbu makanan. Menu yang diminta majikan juga bervariasi. Kadang-kadang aku dilatihnya untuk meracik bumbu itu. Kadang juga aku dibawanya ke warung makan untuk belajar meracik makanan. Aku senang dapat ilmu baru. Jadi, sambil meracik makanan aku belajar ilmu meracik makanan dengan jenis lainnya.

Aku juga menjadi ‘dokter’ kesehatan sang majikan. Betapa aku harus memerhatikan menu yang ada. Juga kadar zat kimia untuk setiap jenis makanan. Zat yang manis tidak bleh melebihi kuota tertentu. Demikian juga zat asam dan sebagainya. Semua ada batas maksimal dan minimal. Aku hafal semua batas-batas ini. Dan, majikanku sudah mengajarkan semua ini. Jika terjadi kesalahanpasti terjadi sesuatu pada majikanku. Beginilah susah-senangnya jadi tukang masak untuk majikanku. Aku mengingat semua perintahnya sampai-sampai aku lupa mengurus kesehatanku.

Aku lelah kadang-kadang karena kurang istirahat. Kesehatanku menurun. Dan, anehnya, aku tidak peduli dengan kesehatanku. Aku lupa bahwa jika aku sakit, majikanku akan kewalahan. Betapa aku menjadi satu-satunya tulang punggung kehidupannya. Dia tak bisa masak atau meracik menu makanannya. Kalau pun dia bisa, dia tidak punya waktu untuk itu. Dia punya daftar kesibukan dalam dunia bisnisnya. Aku memang disarankan untuk memerhatikan kesehatanku. Aku memang hanya tukang masak tetapi juga sebagai dokter kesehatan sang majikan serta tulang punggung majikanku.

kesehatan majikanku ada di tanganku. Jika menunya salah, makanan pun terasa tidak enak. Jika zat manisnya berlebihan, kesehatan majikanku pun berpengaruh. Semua yang berkaitan dengan ketentuan zat kimianya mesti diperhatikan. Jika tidak, kesehatannya terganggu. Dan, jika dia sakit, aku juga disalahkan. Ya, sekadar disalahkan tidak apa-apa, aku akan perbaiki. Tetapi, kalau sampai dipukul atau dihukum, misalnya, itu berlebihan.

Aku belum pernah melihat majikanku marah berlebihan. AKu pernah dimarahi dan marahnya wajar. Aku salah lalu dimarahi. Aku sama sekali tidak menolak untuk dimarahi. Aku senang dimarahi karena diikuti nasihat untuk berubah. Aku mau seperti itu. Aku belum pernah dimarahi lalu dipukul atau diseterika seperti saudariku setanah air di tanah rantau luar negeri. Aku beruntung dapat majikan seperti ini.

Aku memang hanya tukang masak tetapi aku juga belajar etika kehidupan dari majikanku. Belajar menu makanan, meracik makanan, jenis-jenis zat makanan, berelasi yang akrab antara atasan-bawahan juga dengan sesama, belajar menasihati sesama. Gajiku mungkin tidak besar tetapi perhatian majikanku besar. Hartaku mungkin tidak bertambah banyak tetapi relasiku dengan majikanku makin baik.

Tukang masak mungkin dipandang sepele. Ah hanya tukang masak saja, yang kerjanya hanya di dapur saja. Ternyata tidak dengan diriku. Aku bekerja di dapur tetapi aku juga belajar di luar dapur. AKu dibawa ke tempat ramai, belajar memasak, mengunjungi beberapa kota sambil melihat proses racikan makanan. relasi baik dengan majikanku membuat semua ini mudah dan bisa aku alami. Bekerja memang bukan sekadar mengisi waktu, belajar sesuatu, tetapi menikmati sesuatu darinya. Dengan bekerja, saya menikmati sisi indahnya kehidupan ini.

Dalam kesalahan pun aku belajar hal baru. Aku belajar untuk berubah dari kesalahan yang ada. Kata, orang kesalahan adalah gerbang menuju perubahan. Dan, aku ingin selalu berubah dari kesalahan yang ada. Dengan itu, aku maju ke bagian berikutnya di mana aku tida jatuh dalam kesalahan yang sama.

Jakarta, 15/6/13
Gordi

Semua orang kenal cermin. Ya, cermin yang bisa mengukur cantik-tidaknya seorang wanita. Padahal cantik itu relatif. Tetapi, ada orang yang memutlakkan bayangan di cermin itu sebagai alat ukur kecantikan. Dengan cermin, bayangan kita bisa diketahui. Dari ujung kaki hingga rambut, semuanya terlihat jelas di cermin. Cermin membantu kita melihat diri kita secara fisik.

Cermin, tanpa mengabaikan sisi positifnya, menyimpan sisi negatif. Pernahkah Anda melihat ayam yang sedang bercermin? Kalau belum, cobalah bawa ayam di depan cermin. Atau ambillah cermin dan taruh di depan ayam. Reaksi ayam membuat kita heran. Dia seolah-olah melihat musuh. Dia pun siap menendang ayam yang ada dalam cermin. Memang itu adalah bayangannya sendiri. Bagi ayam, bayangan juga bisa berarti musuh. Musuh dalam cermin. Cermin memang menyimpan sesuatu yang bisa dianggap negatif.

Dalam cermin, bayangan manusia tidak utuh lagi. Bayangan itu akan dibalikkan. Yang kanan dalam kenyataannya akan menjadi kiri dalam bayangan. Itulah sebabnya menjadi ganjil jika kita memakai jam tangan di tangan kiri dan akan menjadi tangan kanan di dalam cermin. Bayangan itu memanipulasi fakta. Dan, manipulasi ini terjadi dalam cermin yang dianggap sebagai alat ukur kecantikan atau kegantengan.

Hati-hatilah dengan cermin. Bukan saja karena cermin itu mudah pecah, retak, jatuh, dan sebagainya. Tetapi cermin itu memanipulasi kenyataan. Jika cantik atau cakep yang merupakan hasil cerminan maka boleh jadi cantik/cakep itu juga merupakan hasil manipulasi. Memang secantik-cantiknya seorang wanita, kadang-kadang kecantikannya adalah hasil manipulasi. Mata para pria kadang-kadang tertipu. Melihat si A cantik tetapi rupanya tidak. Dia memang cantik setelah didandan dengan polesan bedak yang memikat, gincu bibir yang menawan, wangi parfum yang menyengat hidung, dan model pakaian yang membentuk lekukan pada tubuh.

Cantik alami tidak tercipta dari bayangan cermin. Cantik alami nyata dalam kehidupan seorang wanita. Kepribadiannya adalah tanda-tanda cantik alami. Jika kepribadiannya tidak menunjukkan tanda baik maka dia tidak cantik alami. Kalau mau cantik buatan tinggal saja didandan lalu tunjukkan ke cermin dan akan dapat bayangan cermin yang menunjukkan dia sudah cantik. Bayangan cermin memang menawan tetapi kadang-kadang menipu.

Hidup kita kadang-kadang seperti cermin. Tampilan luarnya menawan dan baik hati. Tampaknya si B bersolider dengan tetangga. Padahal dalam hatinya dia bermaksud buruk. Sambil bersolider dia merencanakan malapetaka untuk tetangga. Memberi bantuan sambil mempelajari model rumah. Suatu saat dia datang mencuri perabot rumah. Inilah cerminan solidernya. Solidernya itu adalah solider cermin. Memukau, mengundang decak kagum, sekaligus memuakkan, menjijikkan karena akhirnya menciptakan keretakan kehidupan sosial.

Jakarta, 16/6/13
Gordi 

Hari Minggu dikenal sebagai kesempatan untuk foya-foya. Karena hari ini banyak orang menikmati akhir pekan, liburan akhir pekan. Manusia memang suka foya-foya. Manusia ingin menikmati kesenangannya. Meski foya-foya manusia juga ingin menggunakan hari Minggu untuk bersujud pada Yang Mahakuasa. Itu karena hari Minggu dikhususkan untuk Tuhan bagi orang Katolik dan Kristen Protestan.

Hari Senin biasanya dikenal sebagai hari huru hara. Itu karena Senin menjadi awal pekan. Biasanya awal selalu menjadi sulit. Memulai apa pun pasti mengalami kesulitan pada awalnya. Manusia hampir mengalami ini setiap kali mengawali pekerjaannya. Itulah sebabnya awal pekan juga menjadi berat.

Kesulitan juga biasanya menjadi awal untuk berjuang. Manusia memang melewati masa sulit tetapi kemudian ia menikmati buahnya. Dia sukses. Banyak orang sukses yang diawali dengan perjuangan yang sulit. Kiranya semua setuju, kesulitan pada awal akan menjadi kebahagiaan pada akhir. Asal saja dengan tekun mengikuti proses yang ada.

Antara hari Minggu dan hari Senin ada malam Senin. Malam ini menjadi penengah antara dua hari yang kontras. Malam ini malam untuk mengakhiri foya-foya dan mengawali huru-hara dengan persiapan. Yang sudah siap akan menghadapi hari Senin dengan santai-santai. Dengan itu, Senin bukan lagi huru-hara. Manusia memang suka huru-hara bila berebut hadiah. Hadiahnya tidak seberapa tetapi gara-gara huru-haranya yang lain bisa terinjak.

Betapa pun buruknya huru-hara, sikap ini juga bisa menjadi positif. Huru-hara menjadi tanda perjuangan. Tetapi ini bukan huru-hara biasa. Huru-hara ini merupakan sikap terlatih. Dibiasakan atau dilatih untuk bersikap huru-hara ketika ada situasi darurat. Huru-hara ini kiranya tidak membahayakan yang lain. Sebaliknya ini justru untuk menyelamatkan yang lain. Salam huru-hara.


Jakarta, 16/6/13
Gordi 

Pagi ini Jakarta diguyur hujan
Banyak yang keheranan
Sebab kemarin dan dua hari lalu tidak ada hujan
Cuaca mungkin berubah

Ketika Jakarta hujan
Semua warga bersiap-siap
Sebab banjir bisa saja datang
Semua mesti berjaga

Ketika Jakarta hujan
Semua waspada
Sebab bisa saja telat tiba di kantor
Tidak ada ampun untuk yang telat

Ketika Jakarta hujan
Semua jalanan amburadul
Semua orang mau maju
Tidak ada yang mau mendahulukan yang lain

Ketika Jakarta hujan
Semua pengguna sepeda motor kewalahan
Betapa mereka harus siap menerobos hujan
Mantel hujan harus dalam kondisi siap pakai
Ketika Jakarta hujan
Pemilik bajaj bergembira
Mereka siap menerima penumpang
Karena mereka lebih laku dari ojek

Ketika Jakarta hujan
Semua orang punya dalih
Dalih untuk terlambat
Ada yang benaran karena hujan ada juga yang pura-pura

Ketika Jakarta hujan
Semua berharap angkutan kota lancar
Sebab kadang-kadang angkutan ikut macet juga
Padahal banyak yang membutuhkan pelayanannya

Ketika Jakarta hujan
Pelayanan administrasi lamban
Ada-ada saja yang berdalih karena hujan
Padahal antrian panjang menunggu

Ketika Jakarta hujan
Semua berharap agar tidak ada kecelakaan
Sebab sering kali paku bertebaran di jalanan
Pengguna motor menjadi korban

Ketika Jakarta hujan
Pasar menjadi becek
Sebab pasar belum tertata dengan kondisi hujan
Semua berharap suatu saat pasar akan terjamin bersih meski saat hujan

Ketika Jakarta hujan
Seluruh kota disirami air
Semua berharap bunga kota mekar
Sebab Jakarta agak panas jika tidak ada hujan

Ketika Jakarta hujan
Pemandangannya menjadi lain
Sebab biasanya wajah Jakarta ganas
Dengan hujan wajah ini makin sejuk

Jakarta, 17/6/13
Gordi

Pemerintah kadang-kadang perlu memaksa rakyatnya mengikuti keinginannya. Pemerintah memang mesti melihat segalanya. Jika kebijakannya menguntungkan sebagian besar masyarakat, kebijakan itu mesti diteruskan, meski sebagian kecil rakyatnya rugi. Lebih baik rugi yang sebagian daripada seluruh masyarakat. Tetapi, cara seperti ini berlaku jika kebijakan itu tidak menyinggung soal HAM warga. Sebab, HAM tidak boleh diganggu gugat. Kiranya semua setuju HAM adalah derajat manusia yang tidak boleh diganggu gugat begitu saja. Meski hanya sebagian masyarakat yang dirugikan, jika itu melanggar HAM, maka kebijakannya tidak boleh diteruskan.

Jika BBM naik, rakyat mau apa? Pertanyaan ini mau menggagahi rakyat. Rakyat bisa apa jika pemerintah menaikkan harga BBM. Pernyataan seperti ini mau menyatakan bahwa pemerintahlah yang berkuasa. Pemerintah punya hak untuk menjalankan kebijakannya tanpa peduli suara rakyat. Meski rakyat menolak, jika pemerintah sudah pukul palu, maka kebijakannya jalan terus.

Pertanyaan kritis boleh diajukan, apakah jika BBM naik, kebijakan itu menguntungkan sebagian besar warga? Bagaimana jika warga kecil di desa yang rugi sedangkan warga kota yang kaya merasa beruntung? Rakyat juga boleh bertanya bahkan boleh menuntut pemerintah. Bukankah pemerintah dari rakyat dan untuk rakyat?

Tetapi, ya, rakyat kadang-kadang merasa tidak ada apa-apanya. Rakyat demo pun sama saja. Pemerintah tidak merespons dengan baik. Tetapi, ada juga rakyat yang tetap mau demo meski tuntutannya belum tentu didengarkan pemerintah. Lihatlah mahasiswa yang berdemo. Mereka ini berdemo menolak kenaikan harga BBM. Mereka juga bagian dari rakyat. Dan, mereka tahu akibatnya jika harga BBM naik. Mereka juga akan kena getahnya. Mereka juga kiranya tahu, tuntutan mereka mungkin tidak dikabulkan. Tetapi, mereka sudah berjuang menolak. Bagi mereka, kiranya, demo menjadi satu-satunya jalan untuk menolak kenaikan ini. Menghadiri sidang perundingan kenaikan BBM di gedung DPR tentu tidak mungkin. Mengacungkan jari dan memberi interupsi pada pemerintah pun tidak mungkin. Maka, demo adalah sarana untuk menolak kenaikan harga.

Kembali pada pertanyaan, jika harga BBM naik, rakyat mau apa? Rakyat hanya bisa demo. Dan memang hanya itu yang bisa dibuat oleh rakyat. Demo ini pun belum tentu bisa sepenuhnya menyampaikan keinginan rakyat. tetapi, rakyat kan miskin sarana, demolah sarana mereka. Dari kemiskinan rakyat berdemo, menolak kenaikan harga BBM. Pemerintah hanya melihat dan mendengar saja tuntutan rakyat. Mereka tampaknya tetap melanjutkan kebijakan menaikkan harga BBM. Bagi pemerintah, keputusan ini sudah diperhitungkan untung-ruginya. Kebijakan menaikkan harga adalah kebijakan yang paling baik di antara pilihan yang ada. Semoga ini benar. Dan, jika kebijakan ini dilumuri kepentingan politik dalam rangka pemilu 2014, betapa rakyat dibohongi. Rakyat tentu tidak ingin dibohong. Rakyat juga ingin tahu kebijakan yang sebenarnya. Ah jika BBM naik rakyat juga mau apa. Rakyat hanya berjuang agar bisa membeli BBM dengan harga baru yang sudah naik.

Jakarta, 17/6/13
Gordi 

Kucing dan Anjing Bisa Bersahabat

Anjing juga butuh sahabat. Bukan saja antara sesama anjing tetapi juga dengan manusia. Ya, manusia sebagai pemiliknya. Entah mengapa anjing-anjing kami pagi ini menggonggong aneh. Rupanya mencari pemiliknya. Pemiliknya memang sedang berada di luar rumah. Beberapa di antara kami ada di rumah. Meski ada orang di rumah, anjing itu tetap merasa kesepian. Ketika kudatangi mereka, mereka mengibaskan ekornya pertanda akrab. Dan, seketika, lenyaplah gonggongan mereka.

Rupanya bersahabat dengan anjing itu menyimpan kesan mendalam. Tetapi, kesan itu kadang juga bisa jadi negatif. Anjing kadang-kadang berontak. Anjing akrab sekaligus memberontak. Dia memberontak kala pemiliknya tidak memberinya perhatian. Apalagi kalau makanannya kurang. Anjing berontak, merusak yang bisa dia rusakkan. Kaca jendela misalnya, dengan mudah dia pecahkan.

Anjing itu punya sisi sifat baik dan buruknya. Dan, kedua sifat ini berjalan bersama. Dengan dua ini juga dia bersahabat dengan pemiliknya. Dia akan senang jika diberi makanan enak, menurut selera rasanya. Dan, dia akan berontak jika sesuatu menimpanya. Termasuk jika ia kesepian.

Anjing juga punya sifat nakal. Dia nakal tetapi bisa dikendalikan. DIa bisa saja lari dari rumah dan emngerjar kucing pemiliknya. Dia dan kucing memang bermusuhan. Anjing akan mengejarnya tetapi anjing bisa dilatih untuk akrab dengan kucing peliharaan itu. Mereka punya tuan yang sama, jadi tidak boleh saling bermusuhan. Demikianlah dalam diri anjing perubahan itu ada. Dari musuh jadi sahabat.

Anjing memang punya naluri. Dan dengan nalurinya dia akan bertindak. Naluri ini mengarahkannya untuk mencri makanan jika tidak cukup yang diberikan pemiliknya. Naluri ini, betapa pun liar, bisa dijinakkan. Anjing liar tetapi bisa dijinakkan. Itulah sebabnya orang Eropa biasanya tidak mau makan anjing. Anjing bagi mereka adalah sahabat. Memang banyak yang ditemani anjing dalam rumahnya. Anjing bagi mereka adalah hewan peliharaan. Juga hewan kesayangan yang tidak boleh dimakan.

Karena bisa dijinakkan maka anjing juga bisa menjadi penjaga rumah. Kala pemiliknya pergi, anjing yang menjaga. Dengan telinganya dia mendengar semua bunyi yang terkait dengan isi rumah pemiliknya. Dengan penciuman tajamnya dia akan mencium bau keringat semua tamu yang akan masuk. Dia tahu ada tamu. Dia akan lari ke egrbang dan menggonggong pada tamu. Ini tanda bahwa tamu tidak boleh masuk. Kalau pun mau masuk, izin dulu sama pemiliknya.

Demikianlah anjing bisa jadi liar dan bisa jadi jinak. Asal pemiliknya jeli. Anjing bisa menjadi sahabat yang disayang. Itulahs ebabnya anjing dimandikan, bak manusia butuh mandi. Ini agar anjing itu tampil menawan. Tidak saja menawan tetapi juga bersih. Tak elok jika anjing dekat dengan pemiliknya dalam keadaan kotor dan bau.

Ah mungkin tulisan ini tidak berguna. Hanya mau mengatakan bahwa persahabatan itu luas. Bisa antara sesama manusia bisa juga antara manusia dan makhluk lainnya. Baik itu dengan hewan maupun dengan tetumbuhan. Manusia dan alam bisa bersahabat.

Jakarta, 18/6/13
Gordi


Aku diam. Diam dalam keseharianku. Aku diam bukan karena aku tidak melakukan apa-apa. Aku diam karena aku sedang bekerja. Dalam diam, aku memikirkan diriku. Aneh tetapi nyata. Aku memikirkan diri dan tidak ada yang tahu apa yang aku pikirkan. Aku berpkikir tentang diri. Dan, kalian akan tahu karena aku memberitahu kalian bahwa aku memikirkan diriku.

Tidak kelihatan bahwa aku sedang berpikir tentang diriku. Memang benar. Yang kelihatan hanya aku yang diam. Dan, memang dalam diam aku berpikir. Diam ini mau mengatakan bahwa aku sedang berpikir. Aku tidak sedang dalam keadaan diam total. Fisikku tampak diam tetapi pikiranku sedang bekerja. Pikiran memang bekerja melampaui fisik. Pikiran bekerja termasuk ketika fisik diam. Dalam fisik yang diam pikiran bekerja. Dan dalam fisik yang bekerja juga pikiran tetap akan bekerja. Pikiran berhenti bekerja saat tidur. Tidur menjadi saat yang baik untuk mendiamkan fisik dan mendiamkan pikiran.

Kali ini aku memang diam. Aku ingin memikirkan diriku. Aku bosan membicarakan diri kalian. Selama ini aku terlalu banyak membicarakan, menghakimi, memuji, mengangkat, mencela diri kalian. Diri kalian aku kupas dalam sudut negatif dan positif. Dan, mudah sekali emnghakimi dan emmuji diri kalian. Aku punya senjata untuk menghakimi kalian. Kali ini, aku ingin melihat diriku. Terlalu mudah melihat kalian tetapi terlalu sulit melihat diriku. Aku terlalu fokus melihat kalian dan lupa melihat diriku.

Kali ini, aku ingin mengarahkan senjata perhatianku pada diriku sendiri. Aku ingin tahu seberapa jauh perkembangan diriku saat ini. Sekaligus juga aku ingin mengalihkan perhatian untuk menghakimi dan memuji diriku sendiri. Aku tidak mau lagi menghakimi dan memuji kalian. Aku ingin menghakimi diriku. Dengan menghakimi, aku tahu kelemahanku. Aku ingin memperbaiki kelemahanku. Ada yang sulit kuhilangkan tetapi aku bertekad untuk mengatasi kelemahan ini.

Semua ini aku kerjakan dalam diam. Dalam diam, aku mengerjakan banyak hal. Salam diam sejenak.

Yogyakarta, 22/6/13
Gordi

Bahasa kadang dilecehkan di negeri ini. Maksudnya jelas, bahasa tidak digunakan sebagaimana mestinya. Lihatlah Bahasa Indonesia yang kini tidak diperhatikan oleh penggunanya. Ada yang mengabaikan ejaannya. Ada yang menyingkirkannya dari kehidupan harian masyarakat indonesia.

Bahasa Indonesia yang dulu menyatukan bangsa ini kini terancam di negeri sendiri. Namun, Bahasa Indonesia tetap berpeluang untuk diperhatikan. Inilah yang digiatkan oleh orang asing yang mempelajari bahasa Indonesia. Bahasa nasional lainnya digemari penggunanya. Bahkan, dirawat agar tetap hidup dalam keseharian masyarakat. Bahasa Indonesia malah sebaliknya. Diabaikan penggunanya. Penggunanya malah mempelajari bahasa asing. Bahasa yang bukan bahasa ibunya. Padahal Bahasa Indonesia akan tetap ada jika penggunanya merawat dengan baik. Pakailah Bahasa Indonesia dengan baik. Sayang jika nasib Bahasa Indonesia sama dengan bahasa daerah di beberapa wilayah negeri ini yang tidak terawat dan akhirnya jadi bahasa mati. Bahasa Indonesia layaknya tetap hidup dan dirawat dengan baik oleh penggunanya.

Bahasa yang dirawat dengan baik bisa digunakan sebagai alat pemersatu masyarakat. Sebagaimana Bahasa Indonesia menyatukan rakyat indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Itulah yang dipraktikkan Gubernur DKI Jakarta Jokowi dalam perayaan HUT kota Jakarta ke 486. Dia memberi sambutan dalam Bahasa Betawi. Bahasa keseharian rakyat Jakarta. Jakarta memang dihuni pendatang namun Jakarta masih punya bahasa lokal yakni Bahasa Betawi.

Jokowi kiranya mengajak pengguna bahasa Betawi untuk melestarikan bahasa ini. Ajakan Jokowi ini bisa diperluas konteksnya untuk rakyat negeri ini. Gunakan bahasa nasional bangsa ini dengan baik. Itulah cara merawat bahasa nasional. Tanpa itu, bahasa itu akan punah. Dan, jika punah, kebudayaan bangsa juga akan punah. Bahasa, betapa pun sering didefinisikan sebagai alat komunikasi, punya peran penting dalam mewarisi budaya. Dari bahasa, orang bisa mengenal budaya. Budaya dikenal dari cara seseorang berbahasa. Dalam bahasa, kebudayaan seseorang atau sekelompk orang terbentuk. Maka, bahasa menjadi alat melestarikan budaya.

Bahasa, jika dilestarikan dengan baik, akan berguna bagi anak cucu. Sejarah sebuah bangsa akan tertuang dengan baik dalam penurunan bahasa. Bahasa yang dirawat dengan baik akan memudahkan anak cucu mempelajari sejarah bangsanya. Maka, bahasa juga menjadi alat untuk mewariskan sejarah. Benar, yang dikatakan Soekarno, bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak lupa sejarahnya. Mengenal sejarah berarti juga mengenal bahasa. Bahasa memang memiliki peran penting.

Pemimpin kiranya perlu meniru Jokowi. Mendekatkan diri dengan masyarakat melalui bahasa. Jokowi bukan orang Betawi tetapi dia adalah pemimpin Betawi. Sebagai pemimpin dia mau mendekatkan diri dengan masyarakat. Dan, dia tahu betul, bagaimana mendekatkan orang Betawi dengan dirinya. Salah satunya adalah melalui bahasa Betawi. Bahasa ini, betapapun bukan bahasa Jokowi, bisa membuat Jokowi dekat dengan orang Betawi. Di sini tampak bagaimana Jokowi berusaha mempelajari sejarah, budaya, dan bahasa orang yang dipimpinya. Dia pemimpin yang duduk di atas tetapi dia ternyata mau turun, mengenal budaya, bahasa, dan sejarah masyarakat yang dipimpinnya.

PA, 23/6/13
Gordi


Intip-mengintip adalah salah satu permainan anak kecil. Permainan ini sederhana. Asal berhasil mengintip, dialah pememangnya. Saking sederhananya, permainan ini pun tak membutuhkan apa-apa. Hanya memanfaatkan lahan atau ruangan yang bisa digunakan sebagai tempat persembunyian.

Permainan yang sederhana ini mengandung nilai perjuangan. Setiap pemain berjuang untuk bersembunyi. Dia akan mencari tempat yang tidak terlihat oleh temannya. Temannya bertugas untuk mencari tempat rahasia itu. Pekerjaan mencari juga butuh perjuangan. Maka, baik pencari maupun penyembunyi, anak yang bersembunyi, sama-sama berjuang. Mereka berjuang agar menang.

Menang jika berhasil menemukan yang tersembunyi. dan, di sinilah sulitnya pekerjaan mencari hingga menemukan. Menang juga berarti berhasil bersembunyi sampai pencarinya menyerah. Dia akan berteriak menyerah jika tidak bisa menemukan temannya. Dan di sinilah penyembunyi menang.

Permainan ini kiranya menggambarkan sisi perjuangan anak kecil. Anak kecil gemar berjuang. Mungkin karena usia muda jiwa perjuangannya tinggi. Makin menantang makin berjuang. Anak kecil memang ingin tahu, ingin berjuang, ingin menang. Keingintahuan ini yang membuatnya berjuang melampaui halangan yang dihadapinya. Bahkan, perjuangannya melampaui kekuatan fisiknya.

Meski permainan intip-mengintip ini mengandung nilai perjuangan, permainan ini juga sebenarnya bisa memupuk kebiasaan buruk. Orang suka bersembunyi. Bahkan suka menyembunyikan sesuatu. Bersembunyi dan berusaha agar yang lain tidak tahu. Objek yang disembunyikannya disimpan sedemikian rupa hingga hanya dia yang tahu.

Bersembunyi sebenarnya mengandung kebiasaan buruk yakni memanipulasi, menipu. Bersembunyi, jika berhasil dalam waktu lama, akan melahirkan tipuan. Menipu adalah dalih agar yang tersembunyi tetap tersembunyi.

Koruptor kiranya sering menggunakan mode ini. Atau juga orang kaya yang membuat laporan palsu tentang jumlah kekayaannya. Dia sebenarnya sedang menyembunyikan sebagian dari kekayaannya. Kalau disingkapkan pajak kekayaannya membengkak. Maka, cara menghindairnya adalah menyembunyikan sebagian kekayaannya. Nah, untuk mengelabui petugas yang menghitung kekayaannya, dia membuat laporan palsu. Cara ini kiranya tidak asing di telinga orang yang hidup dengan orang kaya. Dia kaya tetapi ternyata dia menipu, membuat laporan palsu, agar kekayaannya tetap aman.

Sepandai-pandainya menyembunyikan sesuatu, suatu saat akan terungkap. Koruptor yang menyimpan kekayaan, atau pengusaha yang memanipulasi jumlah pajaknya, suatu saat akan terungkap. Sebab, yang tersembunyi akan terkuak pada suatu saat.

Permainan intip-mengintip kiranya menjadi bahan pelajaran bahwa tidak selamanya yang tersembunyi akan tersembunyi. sepandai-pandainya menyembunyikan seuatu, sesuatu itu akan terungkap. Menyembunyikan sesuatu itu seperti menyembunyikan kentut. Meski tidak tahu siapa yang kentut, kentutnya tetap bau dan dihirup banyak orang. Maka, ada asap pasti ada api. Tinggal emncari sumber bara apinya, pasti akan tahu sumbernya.

PA, 24/6/13
Gordi
Powered by Blogger.