Halloween party ideas 2015



Saya melanjutkan serial tulisan tentang terima kasih. Sebelumnya ada 2 puisi tentang terima kasih. Serial ketiga dalam bentuk tulisan bukan puisi. Pertama dan kedua berisi kalimat terima kasih saat bangun lalu menyalakan lampu. Bagian ini mengulas soal air yang saya minum.

Seperti biasa tiap kali bangun pagi saya meminum air sebelum membasuh muka. Saya bisa minum minimal 2 gelas. Tapi jarang saya minum pakai gelas. Saya selalu minum dari botol yang saya bawa ke kamar. Segar rasanya meminum air dingin di pagi hari. Ada yang terbiasa meminum air hangat. Mungkin ini lebih bagus. Tapi saya selalu minum yang dingin.

Lain saya lain sahabat-sahabat saya. Kalau saya selalu minum air, sahabat saya sama sekali tidak minum air. Mereka tidak bisa mendapatkan air minum yang bersih dan sehat. Uang tak ada untuk membeli air.tidak ada uang untuk membeli air. Memang, kala air dikalengkan, dikemaskan, semuanya menjadi bernilai dalam bentuk uang. Karena ini, mereka tidak minum air.

Saya ingin berterima kasih pada Pencipta yang menyediakan air. Dan, saya berterima kasih pada mereka yang memberiku air.

Prm, 9/3/14
Gordi

Sebelumnya
1. Dia Beriku Napas Pagi Ini
2. Cahaya di Kamarku


84 tahun lalu
Para pemuda bangsa ini mengikrarkan sumpah
Sumpah untuk kesatuan bangsa
Satu tanah air, bangsa, dan bahasa

Dengan sumpah ini pemuda bersatu
Bagaimana dengan pemuda sekarang?
Untuk bersatu saja belum
Lihat pemuda berpendidikan

Anak sekolah dan mahasiswa
Selalu membuat tawuran
Maunya mereka mengambil sumpah
Tetapi itu sulit

Sebab mereka tidak berinisiatif untuk itu
Beda dengan dulu
Pemudanya berinisiatif untuk bersumpah
Pemuda sekarang hendaknya bersumpah

Untuk memajukan bangsa ini
Dari keterbelakangan
Dari kasus korupsi
Dari kemiskinan
Dari tawuran

Dari penjajahan oelh sesama anak bangsa
Dengan itu
Lahir sumpah pemuda modern
Demi kemajuan bangsa
Selamat bersumpah pemudi/a,,,
————–
Obrolan malam

PA, 28/10/2012
Gordi Afri

Aku buka kamu juga buka
Sama-sama
Emang ia
Kita sama-sama

Jamnya sama
Kegiatannya sama
Prosesnya sama
Kok bisa yah???

Bisa saja
Buktinya ini
Kita bertemu lagi
Kita sama-sama

saling memperlihatkan
tak ada rencana sebelumnya
namun sudah telanjur
kita bertemua

ayo kita ngobrol saja
mumpung kita sama-sama di facebook
dari tadi juga kita ngobrol
sewaktu bertemu di sini

sekarang pun bisa ngobrol lanjut
kan sudah sama-sama buka
——————-
Obrolan malam sewaktu membuka fb

PA, 30/10/12
GA

Berbagi dan peduli. Dua kata yang mudah diucapkan tetapi sulit dilakukan. Berbagi sebenarnya mudah asal sudah menjadi kebiasaan. Demikian juga dengan peduli. Namun, kalau tidak dibiaskan hal itu menjadi sulit.

Berbagi dan peduli menjadi ajakan untuk anak-anak dan semua umat yang hadir dalam perayaan ekaristi Minggu ini di Gerejaa Katolik, Kota Baru, Yogyakarta. Anak-anak diajak untuk berbagi dan peduli.

Banyak hal yang menjadi tempat latihan untuk berbagi. Datanglah ke perempatan jalan yang ada lampu lalu lintasnya. Di situ akan ditemukan banyak pengemis, pengamen, dan orang cacat. Pedulikah kita dengan mereka? Maukah kita berbagi sedikit dari yang kita punya?

Kadang-kadang sulit mengeluarkan seribu rupiah untuk mereka. Kadang-kadang muncul nada benci ketika melihat mereka dengan seenaknya saja meminta-minta dan berusaha. Ini tanda bahwa berbagi dan peduli tidak mudah. Butuh kepekaan dari dalam hati. Mesti juga dilatih sejak kecil.

Anak-anak tadi membawakan sebuah visualisasi-drama tentang peduli dan berbagi. Si A hanya mempunyai 3 ribuan uang di sakunya. Dia pun merasa kurang puas karena tidak cukup untuk uang jajan. Temannya meyakinkan dia bahwa uang itu cukup sebab Si A juga membawa bekal dari rumah. Akhirnya Si A pun menyadarinya. Lalu, mereka bertemu dengan seorang pengemis. Si A pun mau memberi lembar 3 ribuan itu kepada pengemis.

Dengan drama ini anak-anak yang hadir diajak dan dilatih untuk mau berbagi dan peduli. Hal kecil yang mudah dilakukan jiak dibiasakan. Di negara ini tindakan berbagi dan peduli masih menjadi barang langka. Di pedesaan boleh jadi kedua hal ini mudah ditemukan.

Tetapi di kota, amat jarang. Setiap orang pada umumnya mau nyaman dengan kepunyaannya dan enggan berbagi. Kalau virus berbagi dan peduli-boleh jadi-ada relasi yang dekat antara yang berpunya dan tidak berpunya.
Selamat hari Minggu.

PA, 4/11/12
GA

*Tulisan ini pernah dimuat di blog kompasiana kolomSOSBUD pada 04 November 

ilustrasi dari caksandi.com
Satu langkah menuju keberhasilan adalah berani berbicara benar. Berbicara benar maksudnya berbicara dengan benar dan berdasarkan kebenaran. Kalau bicaranya benar (cara penyampaian) tetapi isinya tidak benar, itu bukan berbicara benar yang dimaksud. Jadi, baik cara penyampaian maupun isinya benar.

Siapakah tokoh yang berbicara benar yang diidealkan di atas? Apakah politikus kita berbicara benar? Boleh jadi ada politikus yang berbicara tidak benar. Dan, sebaliknya. Janji-janji saat kampanye pemilihan pejabat bukan termasuk berbicara benar. Karena, yang disampaikan di situ adalah janji. Janji meskipun berdasarkan pada bukti lapangan tetaplah janji. Janji adalah masa depan. Bukan masa sekarang.

Dahlan Iskan beberapa waktu lalu menyampaikan berita bahwa beberapa BUMN menjadi sapi perah sejumlah anggota DPR. Apakah dia berbicara benar? Belum tentu. Tetapi sebagai langkah awal, keberanian berbicara benar patut diapresiasi. Tidak banyak pejabat yang berani mengatakan apa yang sebenarnya. Dalam artian, kalau memang ada yang tidak beres mesti diungkapkan bukan didiamkan saja karena tidak mau repot.

Meskipun kebenaran isu yang dilontarkan Dahlan belum sepenuhnya benar (karena masih diselidiki lebih lanjut), keberaniannya berbicara menjadi rambu bahwa masih ada pejabat publik tidak tinggal diam dengan kasus yang merugikan negara. Maka, marilah kita berlatih berbicara benar dan dengan berani. Jangan takut karena apa yang akan disampaikan itu adalah benar menurut keyakinan kita. Semoga keyakinan kita juga tidak merugikan kepentingan rakyat banyak.
Obrolan malam

—————–
PA, 6/11/12
GA

ilustrasi dari yogyakarta.panduanwisata.id
Hari ini saya sempat ke toko buku Toga Mas. Kebetulan letaknya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal saya jika dibandingkan dengan toko buku Gramedia. Saya tidak punya tujuan lain selain melihat-lihat saja. Mau beli buku belum pas waktunya. Masih banyak buku di lemari buku yang harus dibaca. Maka, saya ke toko buku bukan untuk membeli buku.

Dengan melihat-lihat mata saya serasa dibersihkan. Daripada diam di rumah menyelesaikan pekerjaan lebih baik sesekali keluar dan cuci mata. Mata tidak akan bosa melihat pemandangan yang berbeda. Maka, kunjungan saya hari ini tetap berguna.

Dengan melihat-lihat juga saya berjumpa banyak orang. Ada anak muda ada juga orang tua. Anak-anak tidak ada. Memang anak-anak sedang di sekolah. Wah ternyata banyak juga yah pengunjung toko buku ini. Ada yang datang dan mengambil banyak buku. Lalu, memasukan ke keranjang belanja. Ada pula yang seperti saya sekadar melihat-lihat saja.

Dengan melihat tanpa membeli saya mendapat banyak informasi. Paling tidak beragam jenis buku beserta informasi di dalamnya. Bisa dipandang sekilas. Untuk buku yang menarik, saya sempatkan mengambil salah satu yang sudah dibuka. Saya membaca sambil duduk-duduk di bangku. Suasananya nyaman dan sejuk untuk membaca. Banyak juga teman lain yang datang dan duduk bersama.

Ternyata tak perlu membawa uang banyak ke toko buku. Kecuali kalau memang mau membeli buku. Ini kunjungan kedua saya ke toko ini. Pada awalnya tempo hari saya datang untuk membeli beberapa buku. Tetapi kali ini saya datang hanya untuk melihat-lihat saja. Lumayan dapat informasi baru dan mata saya juga melihat pemandangan baru. Tidak bosan. Jadi berkunjunglah ke toko buku dan dapatkan informasi baru. Tanpa harus membawa uang banyak untuk membeli buku.
——————–
PA, 7/12/2012
GA

*Tulisan ini pernah dimuat di blog kompasiana kolom EDUKASI pada 07November 2012 

foto dari theguardian.com
Barack Obama kini terpilih menjadi presiden Amerika Serikat. Ini kali kedua kemenangannya. Di tengah berbagai protes terhada kebijakannya, Obama tetap menjadi pilihan bagi warga Amerika Serikat. 

Saya tertarik melihat kiprah Obama dalam kemenangan keduanya ini. Dalam pidato kemenangannya, dia mengusung semangat kesatuan. Dia mengajak warga untuk bersatu. Obama mengatakan salah satu keistimewaan bangsa Amerika adalah keberagamannya. Maka, dia mengajak warganya untuk bersatu.

Pesan ini mestinya muncul juga di Indonesia yang juga beragam. Kalau kita melihat para pendiri bangsa (termasuk Soekarno-Hatta) ini sudah mendengungkan soal persatuan pada awal berdirinya bangsa ini. Sekarang tampaknya tidak bergema. Semboyan bhineka tunggal ika hanya tinggal nama. Tidak ada relevansi konkret.

Di berbagai belahan daerah di Indonesia, masyarakatnya semakin angkuh, mementingkan kelompoknya sendiri, daerahnya sendiri. Di sana-sini ada warga dari suku lain tetapi hanya ditempelkan atas nama keberagaman. Mereka diterima karena terpaksa kemudian mereka juga akann diusir. Mereka yangd atang ke tempat baru tidak dihargai. Muncul usulan agar kembali ke daerah asal.

Tidak adakah pemimpin Indonesia yang menyerukan persatuan? Ataukah harus kita panggil Obama untuk menyerukan pesan serupa di negeri kita tercinta ini? Toh, Obama juga pernah tinggal di Indonesia. Kita panggil saja dan berpidato sebentar agar rakyat negeri ini mendengar pesan itu.

Banyak pemimpin di sini menyerukan persatuan. Mereka adalah kelompok yang sadar akan keberagaman negeri ini. Negeri ini memang indah dan unik dengan hadirnya keberagaman itu. Di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta ada miniatur Indonesia. Konon, seorang teman dari luar negeri sungguh menikmati miniatur ini. Ia pun memuji keberagaman bangsa kita ini. Dari Sabang sampai Merauke.

Tetapi itu hanya miniatur. Ibarat gugusan pulau yang indah. Kalau penghuni pulau itu datang dari keragaman dan bisa hidup dalam keragaman, itu baru namanya indah dan unik. Kalau tidak, keindahan dan keunikan itu hanya dambaan semu.

Pertikaian di berbagai wilayah negeri ini merobek selimut kebersatuan bangsa ini. Jika Obama sebagai pemimpin baru (karena baru saja menang) mampu membangun semangat warga untuk bersatu, kapankah pemimpin bangsa kita bangkit dari tidur kenyamanannya disertai selimut tak peduli keragaman? Kalaupun dia bangkit ada yang hanya sebatas wacana. Setelah itu diam. Tidak ada tindakan konkret. Warga di daerah perbatasan menderita karena bantuan dari pusat tidak menyejahterakan mereka, tetapi tak banyak kaum bangsawan yang peduli.

Muncul segelintir orang yang mau merajut kembali kesatuan ragam itu tetapi tidak didukung sepenuhnya oleh banyak orang. Indonesia namamu indah seperti juga Amerika Serikat tetapi wargamu tidak semerdeka warga Amerika. Kapankah muncul “Obama” di Indonesia? Atau haruskah Obama yang sebenarnya datang lagi dan menyampaikan pidato kesatuan dalam keragaman di negeri ini?

PA, 8/11/12
GA


foto oleh labollatorium
Bangun pagi-pagi sekali
Kunyalakan lampu di kamarku
Mudah saja, tinggal menekan tombol

Lalu terang-benderang muncul

Rasa kantuk hilang seketika
Saya puas tidur
Dan pagi ini bangun dengan semangat baru
Terima kasih untuk sang PEMBERI hidup

Kutatap tembok kamarku
Semuanya terlihat jelas
Dengan cahaya yang terpancar
Dari bola lampu

Cahaya seperti ini adalah keuntungan bagiku
Banyak teman saya yang tak menikmati terang dari cahaya seperti ini
Mereka tetap berada dalam gelap

Tak heran jika mereka bangun
Kala mentari bersinar dan memncarkan cahanya
Cahaya pagi ini sungguh membuka pikiranku
Di kampung-kampung para ibu tak menikmati cahaya seperti ini

Mereka bangun pagi
Berjalan menuju dapur
Menyiapkan sarapan pagi
Dengan pelita berminyak di tangan

Dan di sini juga demikian
Katanya di kota
Tapi tak semua bisa menikmati cahaya seperti ini
Butuh biaya besar untuk mendatangkan cahaya seperti ini di kamar

Banyak yang tak sanggup membayar uang listrik
Banyak yang terpaksa tidur saja di taman
Banyak yang tak menikmati betapa pentingnya listrik
Dan aku, aku menikmati semua ini

Aku ingin berterima kasih pada sang PEMBERI
Yang membuatku bisa menikmati semua ini
Sekali lagi terima kasih

Jauh-jauh sebelumnya
Dahulu kala tepatnya
Para ahli menemukan bola lampu
Beserta jaringan listriknya

Dan sekarang generasi kami tinggal menikmati saja
Sekali lagi
Tak bosan-bosan kulantunkan
Hatur terima kasih yang berlimpah

Prm, 2/3/14
Gordi


Serial Puisi Terima Kasih, 1. Dia Beriku Napas Pagi Ini

Puisi ini dimuat juga di blog kompasiana kolom FIKSI

Sumber gambar di sini
Pagi ini kubangun dengan terharu
Sebab aku masih hidup
Dia masih memberiku napas
Tak ku sangka

Aku pun berterima kasih padanya
Inilah kata yang kuucapkan pertama kali
Kala menyadari hal ini
Sekali lagi terima kasih

Banyak orang yang tak sadar
Mati kaget kala bangun pagi hari
Atau tidur malam lalu tak sadar lagi
Orang lain yang tahu dia tidur selamanya

Tapi aku, aku sadar kala bangun pagi ini
Bahwa aku masih diberi napas
Banyak temanku tak sadar
Bahwa mereka masih diberi napas

Mereka bernapas saat bangun pagi
Tapi sedikit saja yang sadar bahwa dia masih diberi napas
Banyak yang merasa ini hal biasa
Bernapas kok meski disadari

Tetapi bagiku, bernapas mesti disadari
Di balik kesadaran ini
Aku ingin tahu siapa di balik pemberi napas ini
Dan inilah sebabnya AKU BERTERIMA KASIH padanya

Tak ku bayar se sen pun
Tak kukorbankan sedikit tenaga
Tak kukorbankan sedikit waktu
Sedikit pun dari milikku tidak

Dia juga tidak meminta bayaran
Sedikit pun tidak, apalagi banyak
Aku memang hidup dari zat di luar diriku
Dari sang PEmberi

Dia memberiku napas
Aku pun bernapas dan dengan napas ini pula
Aku ingin berterima kasih padanya
Aku juga mengajak yang lainnya untuk berterima kasih

Prm, 1/3/2014
Gordi

* Puisi ini dimuat juga di blog kompasiana kolom FIKSI

Saya baru saja mengoreksi tulisan sekelompok mahasiswa. Saya bukan dosen. Saya hanya koordinator dalam penerbitan majalah dinding. Kami menganggap majalah dinding itu sebagai ajang latihan menulis. Saya sebagai koordinator mencoba mengarahkan mereka agar menulis dengan baik. Bukan hanya pemilihan kata-kata tetapi juga isinya. Dari situ nantinya muncul refleksi kritis atas kehidupan sebagai lahan untuk membuat tulisan.
                                            
Ada yang bilang mengreksi tulisan orang itu gampang-gampang susah. Gampang karena tinggal saja menemukan kesalahannya. Susah karena setelah menemukan kesalahan kita mencoba memperbaikinya. Ini tidak mudah. Ada banyak kesalahan maka banyak juga koreksian. Jadi dari menemukan sampai memperbaiki.

Dalam kegiatan ini saya menemukan banyak kesalahan. Ada keslahan menulis, membuat struktur SPO, menuliskan kata, menulis nama orang dan tempat, menentukan tanda baca, dan sebagainya. Variasi kesalahan. Dari sini harus keluar keringat lagi memikirkan perbaikannya. Kesalahan mengetik menjadi perbaikan yang membosankan. Kesalahan tanda baca juga. Dan penempatan tanda baca yang kurang tepat. Ada juga kata-kata yang harus dihilangkan demi ekonomi kata-kata. Maksudnya kata-kata dipakai seefisien mungkin. Jangan sampai ada kata yang tidak perlu. Maka, saya menghilangkan saja kata itu. Intinya kalau bisa ditulis pendek mengapa harus panjang?

Sungguh pekerjaan ini gampang-gampang susah. Pekerjaan ini menyenangkan juga. Ada pengalaman menarik membaca tulisan orang. Kadang-kadang ada canda dan tawa dalam hati membaca kalimat yang agak lucu. Kadan-kadang ada kekonyolan membaca isi tulisan yang tidak terarah. Semoga mereka menulis lebih baik lagi. Dan semoga saya lebih sabar dan teliti lagi mengoreksi tulisan mereka.

PA, 8/11/112
GA

Saya membuka facebook pagi ini. Berharap ada inspirasi untuk membuat tulisan. Ternyata benar saja. Ada inspirasi.

Teman saya menulis status tentang diwisudanya dua pendidik (Opa Nadus P dan Oma Ros) kami dulu waktu SD.
Saya membaca status lalu langsung terbayang wajah kedua pendidikku itu. Saya mengingat mereka. Mereka dulu berjuang mendidik saya. Sekarang saya jadi seperti ini. Campur tangan mereka turut memengaruhi kehidupan saya sekarang.

Sekarang saya juga menjadi pendidik. Seperti mereka. Hanya saja beda muridnya. Dulu saya jadi murid mereka. Murid sekolah di kampung. Sekarang saya mendidik di kota. Tetapi murid saya juga berasal dari kampung dan kota.

Berita itu menggembirakan saya. Katanya, kedua pendidik kami itu diwisuda. Memang mereka dulu bukanlah tamatan sarjana. Mereka ‘sarjana’ dalam hal mendidik. Bukan dalam pangkat atau jabatan pendidikan. Kalau sekarang mereka diwisuda itu karena memenuhi persyratan sebagai pendidik saja.
Mereka memang tamatan sekolah dulu. Sistem pendidikannya beda dengan para pendidik sekarang.
Betapa pun demikain saya gembira mendapat kabar itu. Buka facebook hari ini bukans aja dapat isnpirasi tetapi juga dapat kabar gembira. Facebook ternyata kalau digunakan dengan baik bisa menggembirakan para sahabat yang menggunakannya. Terima kasih untuk kedua pendidikku. Terima kasih untuk sahabatku sebagai pewarta.

Saya menunggu kabar dari sahabat lainnya. Juga menunggu diwisudanya para pendidikku yang lain. Jasa kalian besar bagi pembangunan negeri ini.

PA, 9/11/12
GA

foto iccireland.ie
Cuti panjang. Atau juga liburan panjang. Atau juga cuti bersama yang panjang. Lebih kurang 2-3 hari. Bulan November ini ada cuti panjang. Dari Kamis sampai Minggu. Empat hari yang terdiri atas 3 hari kerja efektif dan 1 hari istirahat akhir pekan. 

Hari Kamis, 15 November merupakan hari raya Tahun Baru Hijriyah. Masyarakat Indonesia merayakan hari tersebut sehingga semua aktivitas diliburkan. Sekolah, kantor, dan perusahaan. Yang menariknya liburan itu bukan hanya pada hari raya saja. Tetapi, 2 hari setelahnya juga dibabat jadi hari libur. Inilah wajah Indonesia.

Tentu ini tidak ada dalam perencanaan rutin atau perencanaan tahunan. Yang tertera dalam kalender hanya hari Kamis saja. Lalu, 2 hari berikutnya dibuat mendadak.
Mendadak karena bisa diputuskan tanpa pikir panjang. Seolah-olah sudah direncanakan. Kalau memang mau seperti itu mengapa dalam kalender nasional tidak dicantumkan saja cuti panjang itu? Atau biar kelihatan bangsa ini rajin bekerja sehingga hari Kamis saja yang libur dan hari Jumat tetap masuk kerja?

Bangsa ini suka mempersingkat segala hal. Tetapi anehnya untuk urusan tertentu suka bertele-tele. Bangsa ini mempersingkat massa produktif. Tentu sebagian besar masyarakat suka libur. Dan karena kebanyakan libur pekerjaan pun tertunda. Tertunda bukan karena tidak sesuai target. Tetapi karena targetnya terganggu. Salah satu pengganggunya adalah kebijakan cuti bersama seperti ini.

Sehari memang boleh jadi tidak berarti tetapi jika digunakan untuk bekerja waktu sehari amat berguna. Tetapi boleh jadi bangsa ini tidak suka bekerja keras. Senangnya bepergian.

Cuti panjang menjadi salah satu kesempatan bepergian. Beberapa sahabat kesulitan mendapat tiket ke kota Yogyakarta dan Denpasar karena semuanya sudah terisi. Di kereta juga pesawat. Belum tahu tiket bis. Boleh jadi sama. Ini gara-gara cuti panjang.

Bangsa ini mau dibawa ke mana? Ke massa cuti panjang atau ke pekerja keras? Jawaban ada pada masyarakat. Yang jelas masyarakat juga setuju atau dipaksa untuk setuju. Dipaksa untuk tunduk pada kebijakan pemangku jabatan yang menentukan cuti dan tidaknya.masyarakat boleh jadi mau cuti panjang tetapi malu-malu untuk mengakui itu secara umum. Kalau mau mengakui itu mengapa tidak dicantumkan saja di kalender nasional?

PA,17/11/12
GA

Kompasiana identik dengan penulis. Masuk kompasiana sering diidentikkan dengan masuk dalam dunia tulis menulis. Masuk kompasiana sering dilihat sebagai terjun menjadi penulis. Memang demikian adanya. Kadang-kadang pendapat seperti ini benar adanya. Tetapi tetap saja tidak mutlak. 

Masuk kompasiana tidak mesti harus menjadi penulis. Masuk kompasiana bisa juga menjadi pembaca setia. Ada kompasioner yang hanya membaca saja tanpa menulis. Ada juga yang sesekali menulis dan banyak kali membaca. ada juga yang jarang menulis tetapi sering berkomentar.

Semua kategori ini masuk dalam dunia kompasiana. Ada pula yang mengeluh kalau tidak bisa menulis setiap hari. Padahal sudah banyak tips bagaimana menulis setiap hari. Saya pernah mencoba dan berhasil menulis setiap hari selama sebulan. Setelah itu, saya merasa masih ada yang belum pas. Saya kurang puas.

Ini terjadi karena saya menulis seperti mengejar target. Menulis bukan lagi menjadi pembawa berita atau pesan. Menulis menjadi sebuah aktivitas yang dipaksa. Padahal menulis karena senang menulis lebih bagus daripada menulis karena mengejar target.
Maka, saya sekarang tidak takut lagi membuka kompasiana setiap hari walau tak menulis. Saya datang untuk membaca tulisan teman-teman. Inilah salah satu aktivitas menyenangkan. Sungguh, saya menikmati suasana ini. Membaca tulisan teman.
Akhirnya, tetap ngompasiana walau tak menulis.

PA, 19/11/12
GA



Boleh jadi Indonesia gagal dalam pertandingan di Malaysia beberapa hari lagi. Tetapi kita, rakyat Indonesia semestinya tetap optimistis bahwa kita menang.

Lantaran saudari/a kita di negeri Jiran juga mendukung. Kita mungkin tak sempat ke sana-bagi yang kantong kering-tetapi mereka yang di sana menjadi wakil kita. Kita sama-sama mendukung. Dari jauh dan dari dekat saat menyaksikan pertandingan.

Ingin sekali ke sana tetapi tak ada uang. Tak ada kesempatan. Tak ada niat. Tak ada yang menarik. Andai semua ini bisa diperoleh rasa ingin tahu ini akan terobati. Ingin menyaksikan para pemain sepak bola Indonesia berlaga di sana.

Dorongan saja untuk mereka. Semoga dorongan rakyat membangkitkan semangat mereka. Yakinlah bahwa mereka semangat membela merah putih. Yakinlah bahwa mereka merasa didorong oleh seluruh rakyat Indonesia.

Negeri ini suka sepak bola. Tak heran jika penonton selalu membeludak setiap kali ada pertandingan di Stadion kesayangan rakyat, Gelora Bung Karno, Jakarta. Apalagi jika yang bermain itu adalah timnas. Tim yang dipilih dari segenap rakyat Indonesia di seluruh tanah air tercinta ini.

Siap-siaplah menyaksikan pertandingan tim kita nanti. Entah di Malaysia atau di Indonesia melalui layar kaca. Bola Indonesia selalu menjadi favorit untuk diperbicangkan. Lantaran negeri ini selalau sengkarut kalau membahas sepak bola. Ada dualisme, ada kemandekkan sana-sini, ada korupsi, ada politik, dan sebagainya. Lupakan sejenak dan saksikan pertandingan tim kita.

PA, 20/11/12
GA


Tim sepak bola kita hari ini bertolak ke Malaysia. Beberapa hari ke depan menjadi kesempatan untuk bersiap-siap. Sebelum tiba waktunya untuk bertanding, mereka mesti siap. Bahkan sebelum berangkat hari ini, mereka sudah siap sejak beberapa waktu belakangan. Seorang pemain-ketika diwawancara beberapa waktu lalu-mengaku tak tahan lagi untuk bertanding. Semoga keinginannya untuk bertanding sebanding dengan keinginannya untuk berjuang memenangkan pertandingan.

Nasionalisme mereka diuji dalam perhelatan ini. Sejauh mana nasionalisme mereka dibuktikan dalam pertandingan ini nanti. Ada keraguan akan nasionalisme mereka. Apakah mereka kurang atau tidak memiliki jiwa nasionalisme jika kalah? Apakah jiwa nasionalisme mereka diukur dengan pertandingan seperti ini? Bahkan, jauh sebelumnya ada pula yang mempertanyakan nasionalisme pemain. Ada pemain yang dengan lantang mengatakan jangan tanya lagi soal nasionalisme. Maksudnya, dia tentu saja mempunyai nasionalisme sehingga tak perlu diragukan. Ada pemain yang meski mempunyai nasionalisme tetap saja tidak diikutsertakan. Ini bukan salahnya tetapi salah struktur dalam kepengurusan olahraga sepakbola di negeri ini.

Lupakan sejenak polemik soal nasionalisme itu. Dan, jangan menjadikan hasil pertandingan di piala AFF 2012 ini sebagai ajang mengukur tingkat nasionalisme pemain. Nasionalisme dalam sepak bola bukanlah nasionalisme perorangan tetapi nasionalisme tim. Jadi, jangan terlalu memutlakkan penilaian nasionalisme hanya dengan melihat hasil pertandingan.

PA, 21/11/12
GA


Banyak orang melirik ibu kota, Jakarta, sebagai lahan mencari keuntungan. Memang semua orang tahu Jakarta punya banyak uang. Jakarta sumber uang. Tak dipungkiri sebagian besar orang Indonesia berorientasi ke Jakarta. Dari politikus, artis, pengusaha, pengajar, pekerja kasar, sampai pengemis.

Apakah ini salah? Tidak! Ini realitas. Di Jakarta segala-galanya ada. Asal ada uang kamu bisa hidup di Jakarta. Tidak ada uang jangan harap kamu dapat makanan. Kecuali kalau Anda mau merampas, mencuri, mengancam orang, menjadi preman, dan sebagainya. Singkatnya, Anda berusaha mendapatkan uang tanpa bekerja sebagaimana mestinya. Dengan itu Anda mendapat uang. Dan, Anda dapat jatah makan.

Namanya “mencari” uang dengan cara halal. Gampang! Meski itu melanggar hak orang lain. Bahkan hak untuk hidup dari manusia. Semua ini justru ada di Jakarta. Jakarta punya banyak uang. Tetapi Jakarta juga punya banyak pencopet uang. Jakarta punya banyak pengusaha. Tetapi Jakarta juga punya banyak preman yang setiap saat bisa menjadi raja keicl-kecilan.

Jakarta juga identik dengan BANJIR. Dan, ini yang paling repot. Banjir datang saat Jakarta Hujan. Musim hujan berarti musim banjir. Tetapi Jakarta tak hujan pun, BANJIR itu tetap ada. Ya… Bogor hujan, Jakarta bisa-bisa banjir. Ini yang repot juga. Tak ada hujan kok tiba-tiba banjir. Mau bagaimana lagi. Jakarta kan menerima air dari Bogor. Jakarta juga tidak mempunyai daerah resapan yang luas. Tanah-tanah di Jakarta sebagian besar ditutup semen, besi beton, dan tembok. Air susah masuk dan meresap kalau berhadapan dengan tiga jenis benda ini.

Inisiatif berdatangan dari berbagai kalangan. Pemerintah daerah, pemerhati tata kota, arsitek, kelompok peduli lingkungan, dan tentu saja warga Jakarta untuk memperbaiki wajah Jakarta khususnya masalah banjir. Namun, sampai saat ini belum berjalan maksimal sehingga warga (sebagian) masih mengalami banjir. Mengubah Jakarta dari wajah BANJIR memang bukan pekerjaan mudah. Mesti ada usaha keras semua pihak. Boleh dikatakan yang paling berperan dalam usaha ini semestinya adalah warga Jakarta sendiri. Kalau mau mengubah sitausi semrawut di sekitar sungai Ciliwung dan Pasanggrahan misalnya, warga sendiri yang mestinya terlibat.

Rakyat memang yang paling berperan. Selain jumlahnya besar juga karena rakyat sendiri yang mengalami secara langsung. Kalau banjir rakyat yang terkena dampaknya. Banjir kemarin justru membuat rakyat kecil menderita. Kios warga kebanjiran. Sementara mol besar tidak terkena banjir. Semoga pemerhati Jakarta terus menerus berusaha memoles wajah Jakarta yang banjir. Kelak Jakarta terbebas dari banjir. Ciliwung dan Pasanggrahan kelak jadi sungai yang asri dan bersih.

PA, 24/11/2012
GA

Perayaan Ulang Tahun bersama teman-teman di komunitas Parma


Tahun lalu saya merayakan ulang tahun di Yogyakarta, Indonesia. Tahun ini tepatnya 2 hari yang lalu (15 Februari 2014), saya merayakannya di Parma, Italia. Tempat berubah dan usia juga berubah.

Perubahan ini juga terasa dalam perayaannya. Kali ini amat meriah. Maklum tempatnya berbeda. Saya tidak mau membandingkan. Saya hanya mau berbagi cerita. Kebetulan juga pada hari yang sama ada teman lain yang berulang tahun. Kami berdua menjadi pusat perhatian, katakanlah demikian.

Perayaan hari ini memang cukup ramai. Ada beberapa teman dari teman saya yang datang dari luar kota, Modenna, Italia. Saya ikut senang dengan kehadiran mereka. Ini untungnya perayaan bersama. Komunitas pun menjadi ramai. Lebih ramai lagi karena teman-teman di komunitas memberikan hadiah menarik untuk kami. Saya mendapat alat musik mp4 dan teman saya, Simon dari Siera Leone, mendapat buku bacaan. Kedua hadiah ini tentu menarik.

Penyerahan hadiah saat makan siang (IL Pranzo, dalam bahasa Italia). Sebelumnya kami berdua diarak masuk kamar makan. Lalu, disuruh menyampaikan kesan dalam satu atau dua frase, tidak lebih. Kemudian ini yang unik, kami yang berasal dari berbagai negara menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun dalam bahasa Indonesia. Hidup Indonesia, gumamku dalam hati. Tentu ada teksnya yang dibagikan pada semua.

Setelah itu, saya dan Simon meniup lilin di atas kue tar (Torta) yang ada di atas meja. Tidak sulit mematikan lilin ini. Setelahnya, kami memotong kue itu, dan membagikannya ke semua anggota komunitas. Kue tar tanpa anggur rasanya ada yang kurang. Itulah sebabnya, teman saya Pandri menyediakan anggur putih. Ini budaya Italia, Torta plus Vino Biancho (Anggur Putih). Lalu?

Lalu ada lagi hal lainnya yang menarik di hari ulang tahun kali ini. Malam harinya, saat makan malam (La Cena) ada satu keluarga yang datang menyediakan hidangan makan malam. Keluarga ini adalah kenalannya Simon. Makanan yang dihidangkan enak sekali. Ada daging dan pasta yang digoreng. Juga ada torta lagi. Dan kami berdua yang memotongnya dan membagikannya pada semua. Lagi-lagi Vino Biancho sebagai temannya.

Saya senang sekali mengalami semua ini. Dalam hati juga saya senang karena di facebook ada lebih kurang 130-an lebih ucapan dan pesan Selamat Ulang Tahun dalam 3 bahasa, Indonesia, Inggris, dan juga Italia. Tahun lalu tidak sebanyak ini. Saya ingat hanya 90-an. Berarti ada peningkatan. Selain facebook, ada juga yang melalui email. Dan, saya terharu sekali mendapat ucapan selamat dari pemimpin kami di Italia baik pemmpin komunitas maupun pemimpin untuk negara Italia. Terima kasih padre tuk ucapannya.

Saya menulis satu paragraf di facebook sebagai ungkapan cinta saya pada mereka yang sudah memberikan per-HATI-an pada saya di hari jadi ke-28 ini. Tentunya tak lupa perhatian dari anggota keluarga saya di Indonesia, Adik, Bapa-Mama, juga ponakan tersayang. Dan, 3 hari sebelum hari indah ini saya mendapat hadiah kartu telepon internasional dari seorang sahabat. Kartu yang namanya World Master ini bisa digunakan untuk menelepon ke Indonesia. Tunggu waktu yang tepat untuk menggunakannya. Setelah semua tugas beres, saya akan telepon.

Oh ya tak lupa saya ucapkan terima kasih pada teman-teman kelas saya (Basil, Severin, dan Matias) di Italia juga untuk guru kami (Patricia dan Sara) yang sudah memberikan hadiah gula-gula dan ucapan selamat ulang tahun di kelas.

Saya kutipkan di sini goresan saya di facebook. I am happy receive the greetings from our superior regions in Italy, Father Rosario on my birthday. I remember the same situation when I am in Indonesia received the greetings from our superior Father Baravalle. And, not also from him, but also from my confreres in Italy and USA with Father Joe Ma. I think I am not alone. Really. Thanks God, thanks for you all, my friends and my confreres. Senang sekali mendapat ucapan, doa, dan harapan dari teman-teman dan saudara/i saya di hari ulang tahun kemarin. Ini hadiah (rahmat) yang mengagumkan. "Grazie a tutti, sono contento celebriamo il mio compleanno", una frase che gli ho detto ieri quando abbiamo celebrato festa compleanno in comunità. Grazie mile ai miei fratelli e grazie a Dio.

Parma, 17/2/2014
Powered by Blogger.