Halloween party ideas 2015



Seperti apa rasanya membasuh kaki teman? Adakah rasa jijik? Mengapa saya harus membasuh kaki teman saya?

Itulah deretan pertanyaan yang muncul dengan adanya tradisi pembasuhan kaki pada hari Kamis Putih. Saya bertanya karena heran. Di kampung saya tidak ada tradisi seperti ini. Kalau pun ada, dan saya kenal sejak SD, itu bukan tradisi adat. Itu adalah tradisi yang diwariskan oleh Gereja Katolik.

Gereja Katolik mewarisi tradisi itu karena Yesus-lah yang pertama kali melakukannya. Ia membasuh kaki murid-murid-Nya. Dalam tradisi Yahudi (tradisi masyarakat zaman Yesus), upacara pembasuhan kaki ini merupakan bentuk pembersihan diri. Jangan heran jika tamu dipersilakan untuk membersihkan kakinya sebelum masuk rumah orang.

Ini bukan tradisi saya, jadi wajar kalau saya jijik pada awalnya. Memegang telapak kaki teman, mencucinya dengan air, mengeringkannya dengan lap, lalu menciumnya. Tak peduli, apakah kaki itu bau atau tidak, bersih atau tidak. Sebetulnya pasti bersih karena saya baru saja membersihkannya. Jadi, tak ada alasan untuk jijik menciumnya.

Menurut ahli tafsir Kitab Suci, pembasuhan kaki, pertama-tama bukan merupakan bentuk pelayanan. Upacara ini mau menegaskan tentang kehidupan para murid Yesus. Mereka akan dibawa ke tujuan hidup mereka yakni mengikuti Yesus. Di sana mereka akan hidup dalam pelayanan yang total. Jadi, dengan pembasuhan ini, Yesus mau mengingatkan para murid akan jati diri mereka. Mereka akan melayani seperti Yesus. Dengan itu, mereka akan tahu ke mana tujuan mereka yakni menuju rumah Bapa sebagaimana Yesus ke sana.

Saya sempat terharu dengan pembasuhan kaki ini. Rasanya ada penyesalan yang mendalam. Mengapa? Bukan karena saya telah melakukan dosa besar dan sekarang diampuni. Tetapi, dalam pembasuhan itu saya diingatkan untuk melihat konfrater saya sebagai saudara.

Pelukan erat dari teman, yang dibuat setelah mencium kaki, menjadi tanda bahwa, saya tidak hidup sendiri. Saya bersalah tetapi orang lain mengampuni. Dia rela mencium kaki saya, demikian juga saya mencium kaki teman yang lain.

Rasa jijik hilang seketika. Yang ada hanya persaudaraan yang erat. Beginilah cara hidup orang Kristiani yang diwariskan Yesus. Kalau mau mengikuti Yesus, kita mesti rela membasuh dan mencium kaki yang paling kotor sekali pun. Pembasuhan kaki merupakan simbol tindakan yang begitu berarti.

Mana ada seorang bos mencium kaki karyawannya? Ini sebuah pengkhianatan, kalau itu terjadi. Tetapi Yesus memutarbalikkan logika berpikir itu. Dan, memang saya percaya bahwa dengan pembasuhan kaki, ada suasana baru. Maka, mari kita saling mencintai dan mengasihi.***

CPR, 6/4/2012
Gordi Afri

Tulisan sebelumnya: 


Gambar dari google

Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada hari Kamis Putih (pagi hari) diadakan misa bersama di Gereja Katedral Jakarta. Misa hari ini (5/4/2012) dipimpin oleh Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo, Pr.

Misa ini dihadiri oleh semua imam (pastor) Katolik di Keuskupan Agung Jakarta dan juga umat Katolik. Dalam kesempatan ini, para pastor membarui Janji Imamat mereka. Selain pembaruan janji, ada juga pemberkatan minyak untuk pelayanan sakramen seperti minyak Krisma (sacrum chrisma) yang digunakan untuk memberkati para baptisan, tahbisan  diakonat, tahbisan imamat, tahbisan uskup, dan sakramen krisma, minyak Katekumen (oleum catecumenorum) untuk memberkati mereka yang ingin menjadi katolik (para katekumen), dan minyak untuk Pengurapan orang sakit (oleum infirmorum) yang digunakan untuk memberkati mereka yang dalam kondisi sakit serius atau menjelang ajal. Pemberkatan ini dilakukan oleh Bapak Uskup.

Dalam homilinya, Bapak Uskup mengajak umat untuk mendoakan para pastor agar setia dalam pelayanan. Imam dan umat saling mendoakan. Selain itu, dia juga meminta doa untuk dirinya yang adalah hamba/pelayan.

Dia mengutip kata-kata seorang pemimpin sejati, Haji Agus Salim, yang mengatakan “Menjadi Pemimpin Berarti Menderita”. Pemimpin sejati adalah pemimpin yang siap menderita demi orang yang dilayaninya. Ini hanya salah satu gambaran seorang pemimpin sejati. Ada banyak gambaran lainnya. Oleh karena itu, Bapa Uskup mengajak umat Katolik untuk menjadi pelayan bagi sesama. Dalam pelayanan itu dibagikan Kasih Kristus.

Menurut ketua panitia misa Krisma tahun ini, yang dipercayakan kepada dekenat Jakarta Pusat, jumlah umat Katolik yang hadir meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Ini terlihat dari buku panduan misa yang habis terpakai, bahkan ada sebagian umat yang tidak kebagian. Buku panduan misa dicetak sesuai jumlah umat tahun lalu.

CPR, 5/4/2012
Gordi Afri



Menulis skripsi ibarat berjalan di jalanan umum. Ada rambu lalu lintas yang mesti dipatuhi, ada petunjuk jalan yang mesti diikuti. Maka, pada bagian keempat ini, kita akan membahas “rambu-rambu menulis skripsi” yakni Membaca Buku Petunjuk Menulis Skripsi.

Buku petunjuk menulis skripsi biasanya disiapkan dari kampus. Di kampus kami, buku ini dibagikan saat ketua program studi membahas persiapan bersama sebelum menulis skripsi. Buku itu dibagikan keada setiap mahasiswa. Di dalamnya terdapat petunjuk misalnya, bagaimana memilih buku, membaca buku, membuat rangkuman dan kesimpulan, teknik mencari ide utama paragraf, dan sebagainya. Ada juga petunjuk praktis lainnya seperti ukuran kertas, model catatan kaki (footnote) atau catatan akhir (endnote), ukuran huruf, panjang kiri-kanan-atas-bawah, tata letak judul, kulit depan skripsi, penulisan abstraksi, dan sebagainya. Singkatnya, segala yang berkaitan dengan teknik penulisan dan teknik praktis, ada di situ.

Buku petunjuk menulis skripsi juga sebenarnya sudah banyak dijual di toko buku umum. Ada banyak dosen dan penulis lain yang membuat satu buku petunjuk menulis skripsi dan karya ilmiah lainnya. Buku petunjuk semacam ini amat membantu kita dalam menulis. Beberapa teman mengalami kesulitan pada awal menyusun skripsi. Ada juga beberapa teman yang tidak mengalami kesulitan karena sudah membaca buku petunjuk itu sebelumnya. Ini berarti bahwa buku petunjuk itu sangat membantu kita dalam menyusun skripsi.

Buku petunjuk yang dijual di toko buku umum digunakan sebagai referensi menulis. Dengan petunjuk yang tertulis di situ, kita bisa menulis dengan baik. Kekreatifan dalam menulis akan muncul setelah membaca buku itu dan mulai mempraktikkannya.

Namun, untuk keperluan yang lebih penting sebaiknya membaca buku petunjuk dari kampus. Sekali lagi, buku petunjuk dari toko buku umum hanya digunakan sebagai bahan untuk memperkaya bacaan dan pegangan. Buku petunjuk dari kampus tetap digunakan sebagai referensi utama dalam menulis. Mengapa?

Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap kampus memiliki kriteria tersendiri dalam menulis skripsi. Ini kebijakan intern kampus. Standar atau model skripsi di UGM misalnya bisa jadi berbeda dengan standar dan model skripsi di Universitas Nusa Cendana Kupang. Bahkan boleh jadi, standar dan model skripsi di setiap fakultas dan program studi di satu kapus akan berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, sebaiknya kita berpegang pada buku petunjuk yang diberikan dari kampus, entah melaui ketua program studi atau dekan fakultas.

Di kampus kami standar dan modelnya sama untuk dua program studi Filsafat dan Teologi. Standar di sini mencakup peraturan tentang ukuran kertas, panjang kiri-kanan atas-bawah, ukuran huruf, dan sebagainya.

Hal ini kelihatan sepele namun turut berpengaruh dalam keberhasilan dalam menulis skripsi. Ada kisah menarik dari kakak kelas saya dulu. Seorang dosen penguji menanyakan alasan mengapa tidak dicantumkan tujuan penulisan skripsi sebagai persyaratan mencapai gelar sarjana. Syarat itu tertera dalam buku petunjuk dari kampus. Gara-gara itu nilai ujian skripsi berkurang.

Jadi, dalam menulis skripsi perlu diperhatikan hal kecil semacam ini. Petunjuk itu berguna bagi kita demi kelancaran penulisan skripsi sekaligus menjadi momok yang mematikan jika kita melanggarnya. Bayangkan jika kita tidak berhasil gara-gara melanggar peraturan dalam buku petunjuk itu? Bagian berikutnya, kita akan melihat bagaimana membaca buku skripsi. Salam, 26/3/2012 Gordi Afri.***

Menulis Skripsi (3)





Kita sudah siap menulis skripsi. Buku sumber dan bahan lainnya sudah ada. Ibarat anak kecil, kita masih membutuhkan bimbingan. Maka, kali ini akan dibahas bagian ketiga yakni mencari dosen pembimbing.

Dosen pembimbing adalah orang yang bisa ditanyakan kalau ada kesulitan dalam penyusunan skripsi. Kita membuka konsultasi dengannya. Entah menyangkut bahan, metode, buku sumber, dan sebagainya. Singkatnya, dia-lah penjaga gawang dalam permainan kita menyelesaikan skripsi itu.

Di kampus kami ada kebijakan satu dosen hanya boleh membimbing maksimal 5 mahasiswa. Ini menjadi ketetapan kampus. Tentu pelaksanaannya disesuaikan dengan situasi lapangan. Maksudnya? Maksudnya bahwa ketentuan itu dalam kondisi tertentu bisa diubah dalam pelaksanannya. Dalam peraturan baku tentu saja tidak tetapi dalam pelaksannya bisa.

Contohnya kalau banyak mahasiswa yang mengambil tema yang hampir sama dan kebetulan dosen yang mengampu mata kuliah bertema demikian hanya satu. Maka, dalam hal ini ada kebijakan kampus dan dosen pembimbing bersangkutan. Tetapi ini sangat jarang terjadi. Oleh karena itu, alangkah baiknya kalau kita mencari dosen pembimbing jauh-jauh hari. Ingat bahwa ini bagian dari persiapan.

Untuk mencari dosen pembimbing ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Carilah dosen pembimbing yang tidak terlalu sibuk dengan kegiatan di luar kampus. Misalnya ada dosen yang sekaligus aktivis atau pembawa seminar di mana-mana. Bukan berarti kita anti dengan dosen berkaliber semacam itu. Bukankah dosen itu sudah teruji kehebatannya?

Tentu saja dosen seperti itu hebat dan berkaliber. Tetapi kehebatannya belum tentu nyata juga dalam membimbing mahasiswanya yang menyelesaikan skripsi. Boleh jadi bahwa dosen itu rajin membawa seminar sehingga banyak waktunya tersita untuk persiapan seminar dan pembawaan seminar. Nah, kalau begini boleh jadi waktu untuk membimbing mahasiswa berkurang. Bayangkan saja hasilnya kalau kurang dibimbing. Ibarat anak kecil yang kurang diasuh, mahasiswa itu nanti mengalami banyak kendala.

Selain dari dosen, kita juga mesti tahu jadwal dosen. Kapan dia ada di kampus, kapan dia tidak ada. Perhatikan jadwal mata kuliah di kampus. Bila perlu bertanya ke pihak sekretariat jika kesulitan mencari dosen. Sebaiknya kita sendiri tahu alamat email, alamat rumah dosen, juga nomor hp dan nomor telepon yang bisa dihubungi. Dengan demikian kita tidak menghabiskan waktu lama dalam keadaan bingung karena tidak bisa mencari jalan keluar.

Tetapi cara unik yang paling ampuh adalah sering-seringlah bertemu dosen pada saat yang tepat. Keseringan bertemu mengubah cara pandang dosen terhadap mahasiswa yang dibimbingnya. Boleh jadi dia akan menilai kita sebagai orang yang semangat mencari ilmu. Lihat saja orang yang banyak bertanya akan mendapat banyak pengetahuan baru. Banyak bertanya berarti banyak keinginan untuk tahu.

Namun, perlu diperhatikan jadwal dosen. Jangan sampai kunjungan kita ke kantornya mengganggu kesibukannya. Ini yang kadang-kadang membuat dosen pembimbing agak kesal. Dengan kata lain, kita mesti memperhatikan dan bila perlu harus menghafal ‘bahasa tubuh’ dosen itu. Bagaimana kebiasaannya waktu senang, susah, sibuk, dan sebagainya. Jadi, antara dosen dan mahasiswa ada saling pengertian. Keberhasilan skripsi sebagiannya ada di tangan dosen pembimbing meskipun sebagian besar ada di tangan penulis skripsi. Salam, 18/3/2012 Gordi Afri.***



Contoh buku sumber 
Pada bagian pertama kita sudah melihat uraian tentang skripsi dan modelnya. Lebih kurang dua model yang diuraikan plus satu model lain yang disinggung secara singkat. Pada bagian kedua ini akan diperlihatkan langkah berikutnya setelah menemukan tema skripsi yakni mencari buku sumber.

Mencari buku sebagai sumber penulisan skripsi bukanlah perkara mudah. Kalau mencari buku bacaan berbobot tentu gampang. Namun, mencari buku untuk bahan skripsi tidak gampang. Beberapa teman mengatakan ada banyak buku yang menarik untuk dijadikan bahan skripsi.

Namun, sangat sulit menentukan buku mana yang paling cocok dengan tema yang ditulis. Di perpustakaan tersedia banyak buku. Kitalah yang memilihnya. Ada cara menarik yang dilakukan seorang teman yakni meminjam 3 buku setiap 2 hari. Buku-buku itu dibawa ke rumah lalu dilihat satu per satu. Dari tiga buku yang dipinjam ada satu yang cocok untuk tema skripsinya. Dua hari lagi dia pinjam buku lain, lalu melihat secara pintas isi buku. Dengan cara ini dia mendapat gambaran tentang buku yang akan ia pilih.

Selain di perpustakaan, kita bisa mencari buku itu di internet. Ada banyak buku berupa file pdf yang tersedia di internet. Kita pun bisa dengan mudah mengecek isi buku. Misalnya menulis tentang masalah ateisme. Klik kata ateisme atau ateism di google-book, amazon.com, atau gigapedia. Akan keluar banyak buku dengan tema ateisme. Pilihlah salah satu yang paling cocok untuk tema yang kita pilih.

Buku yang dipilih menjadi penentu seberapa jauh batasan masalah yang akan dibahas dalam skripsi itu. Mencari buku sumber wajib hukumnya bagi mereka yang menulis skripsi dengan model laporan buku (book report). Buku itu menjadi sumber utama selain dari buku atau referensi lain untuk melengkapi bahan skripsi. Bagi mereka yang menggunakan model tematis juga tentu membutuhkan lebih banyak bahan referensi. Jadi, kedua model yang dipilih sama-sama membutuhkan buku sumber.
Kadang-kadang muncul persoalan di tengah jalan. Misalnya, ada usulan untuk mengganti buku. Alasan yang muncul seperti bahannya terlalu sulit atau kurang cocok atau tidak relevan, dan sebagainya. Bagi saya, hal ini muncul karena kurang jeli memilih buku sumber. Memilih buku berarti mengetahui gambaran lengkap isi buku.

Ada banyak cara mengetahui gambaran lengkap seluruh isi buku. Beberapa orang mengusulkan membaca pendahuluan, daftar isi, dan kata penutup. Yang lain lagi dengan melihat komentar orang tentang buku itu. Yang lain lagi dengan mencari buku-buku dengan etma yang sama lalu mencari di daftar pustaka buku itu. Kalau buku yang kita pilih terdaftar di situ berarti buku itu berbobot.

Saya terserah saja, mana yang lebih gampang. Tetapi yang paling penting menurut saya adalah penulis skripsi mesi tahu batasan masalah yang ada dalam buku yang dipilih. Setiap buku mempunyai kelemahan dan kelebihan. Inilah yang mesti diketahui oleh penulis skripsi. Setelah menemukan buku sumber, kita akan melihat langkah berikutnya nanti. Sebelum mengakhiri uraian singkat ini saya mengucapkan selamat mencari buku sebagai referensi menulis skripsi. Salam, 11/3/2012 Gordi Afri.***

Menulis Skripsi (1)


Sumber gambar di sini
Skripsi merupakan karya tulis ilmiah terakhir mahasiswa di perguruan tinggi. Mereka yang pernah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi—entah selesai atau tidak—pasti mengenal kata skripsi ini.

Ketika masuk perguruan tinggi bayangan membuat skripsi pasti sudah muncul. Saya pun ketika tahun pertama sudah membayangkan akan membuat skripsi. Apalagi beberapa teman di tingkat akhir sudah mewati-wanti untuk membaca banyak buku sejak awal kuliah sehingga tidak sulit membuat skripsi.

Meski demikian, saya baru menemukan tema skripsi pada tahun kedua kuliah. Ada banyak pilihan tentunya, sebanyak mata kuliah yang dipelajari. Pada akhirnya, hanya boleh pilih satu sebagai tema skripsi.

Setelah mendapatkan tema skripsi, saya bergegas mencari buku di perpustakaan. Ada banyak buku yang menyediakan tema yang saya pilih. Lagi-lagi saya mesti memilih satu dari yang ditawarkan. Karena saya membuat model skripsi laporan buku, maka saya harus mengecek semua skripsi di perpustakaan. Jangan-jangan buku yang saya gunakan sudah dijadikan bahan skripsi.

Model lain dalam mebuat skripsi adalah tematis. Maksudnya, kita memilih satu tema lalu sumbernya diambil dari berbagai macam referensi. Beda dengan model laporan buku di mana kita hanya menguraikan ulang pemikiran penulis buku. Keduanya tentu mempunyai kekurangan dan kelebihan.

Yang lebih penting adalah menemukan tema. Setelah tema ditemukan barulah kita memikirkan modelnya, laporan buku atau tematis. Tema yang dpilih mesti sesuai dengan minat kita. Kalau tidak, akan banyak kesulitan yang tak terpecahkan dalam penyelesaiannya nanti. Sebaliknya, jika tema itu sesuai minat, kesulitan apa pun yang dihadapi pasti akan kita selesaikan dengan usaha keras.

Model skripsi yang saya tulis di sini adalah model yang digunakan di kampus kami. Tentu ada model lain—tetapi di luar kampus kami—seperti laporan penelitian lapangan misalnya. Model ini juga menarik untuk dikaji. Seorang teman saya pernah bercerita tentang suka-dukanya bertemu narasumber yang akan diwawancarai. Ada penolakan, pengabaian, penundaan, dan pe pe lainnya yang mebuatnya hampir putus asa. Di sinilah kesabaran ditempa.

Selain menemukan tema, hal penting lainnya dalam membuat skripsi menurut saya adalah kemauan yang kuat untuk menyelesaikannya. Tantangan adalah refren yang selalu muncul di setiap model skripsi. Jadi, jangan menganggap model laporan lapangan atau laporan buku lebih sulit dari tematis. Seperti sudah dikatakan, setiap model mempunyai kekurangan dan kelebihan. Akhirnya, selamat membuat skripsi bagi teman-tema mahasiswi/a. Saya sedang menyelesaikan skripsi saat menulis seri pertama dari Serial Kiat Sukses Menulis Skripsi ini. Ini sekadar bagi-bagi pengalaman. Hal lain seputar tema-tema tentang penyelesaian skripsi akan saya bahas pada bagian berikutnya. Salam, 10/3/2012 Gordi Afri.***


Pajak, kata yang sering terdengar di telinga kita akhir-akhir ini. Sebenarnya mulai tahun lalu, sejak kasus Gayus Tambunan, kata pajak ini sering terdengar.

Kata itu kiranya bukan mampir begitu saja di telinga kita. Kata itu membawa pesan penting bagi kita. Kata pajak mengingatkan kita akan orang-orang terkait. Ya, itu tadi, mulai dari Gayus yang diduga mengorupsi uang pajak. Dia, yang adalah pegawai di kantor pajak, ternyata mengambil uang rakyat. Uang hasil pajak yang disetorkan rakyat kepada negara.

Malang sekali nasib rakyat, sudah bersusah-susah mencari uang, membayar ke negara, ternyata uang itu hilang tanpa jejak. Begitulah Gayus berkiprah.

Tahun ini, ‘gayus-gayus’ lain mulai muncul. Ada Dhana Widyatmika, pegawai pajak juga, yang akhir-akhir ini namanya muncul di media massa. Kiprah Dhana hampir sama dengan Gayus, mengorupsi uang rakyat. Jika kasus ini berantai, maka, masih ada giliran berikutnya lagi. Ibarat rantai-bulat, jika salah satu pengaitnya putus, pengait yang lain akan terlepas.

Begitulah kiprah dua pegawai pajak akhir-akhir ini. Ada penyidik yang menangkap aksi mereka. Gayus kini ditahan dengan hukuman penjara (dengan 4 tuduhan) lebih kurang 28 tahun. Bukan hanya itu, hartanya yang diduga terkait dengan uang pajak akan ditarik ke kas negara. Tak heran jika ada komentar, ini model pemiskinan koruptor.

*Semua gambar dari google
Kita tunggu giliran ‘gayus-gayus’ berikutnya (termasuk Dhana yang kini sedang diselidiki) diteliti dan diadili dengan hukuman setimpal. Ide pemiskinan koruptor kiranya tidak salah untuk memberi efek jera bagi para koruptor. Bukan berarti menguras semua hartanya, tentu saja, toh koruptor juga punya penghasilan yang wajar. Hanya saja tampaknya juga tidak boleh dihalang jika negara menyita semua aset yang terbukti berasal dari uang korupsi.

Dari rakyat untuk rakyat
Slogan pajak “dari rakyat untuk rakyat” kiranya kurang bergema untuk saat ini. Rakyat tentu saja kecewa melihat kiprah pegawai pajak kita. Bisa jadi, slogan ini diubah jadi, “dari rakyat untuk pegawai pajak”. Tidak salah memang! Rakyat lelah dengan perjuangan mencari nafkah masih juga dibebani dengan praktik kotor aparatur pajak.

Dampak tidak langsung dari kasus ini adalah pemiskinan rakyat. Mana yang dipilih sekarang, pemiskinan koruptor atau pemiskinan rakyat? Rasanya kurang cocok untuk pilihan kedua. Namun, bagaimana pun, kiprah pegawai pajak ‘model gayus’ ini justru memiskinkan rakyat. Seolah-olah negara tidak memerhatikan rakyatnya. Alih-alih kekurangan dana padahal dananya dicuri sang koruptor. Wahai koruptor berhentilah!! Ingat perjuangan kami rakyat kecil. Rakyat menabung untuk dikembalikan bukan untuk dijadiakn milik pegawai pajak.

CPR, 8/3/2012

Gordi Afri


Sumber gambar sini

Saya tidak mau banyak berkomentar tentang pendidikan khususnya pendidikan dasar di Indonesia. Selain karena saya bukan pengamat pendidikan, saya juga tidak ahli dalam bidang pendidikan. Hanya saja saya begitu tertarik dengan dunia pendidikan. Ketertarikan ini juga yang mendorong saya untuk ‘mengintip’ perkembangan pendidikan di Indonesia.

Saya memilih memerhatikan pendidikan dasar. Bukan berarti yang lainnya tidak diperhatikan. Pendidikan itu kan merupakan proses berkelanjutan sehingga tidak bisa dilepaskan satu sama lainnya. Pendidikan dasar menurut saya merupakan pendidikan yang luput dari perhatian banyak orang. Untuk pendidikan menengah, media cukup banyak mengulas, mulai dari kasus kriminal yang melibatkan siswa (tawuran) sampai kisah sukses siswa di kancah internasional.

Media tentu mengangkat pendidikan dasar (SD), hanya saja yang muncul adalah gedung sekolah rusak, kekurangan guru, sengketa lahan, dan sebagainya. Padahal pendidikan dasar merupakan pijakan untuk pendidikan lainnya. Kalau dasarnya kuat maka ke atasnya akan lebih baik. Kuncinya adalah pendidikan dasar.

Dalam tulisan ini, saya hanya menyampaikan selamat berjuang untuk para siswi/a yang masih mau sekolah meski jembatan sudah ambruk. Beberapa kali di media belakangan ini diangkat tulisan dan foto anak sekolah yang berjuang agar bisa ke sekolah. Ada yang berjalan sampai berapa kilometer, melewati jalan berliku-liku, menuruni lembah menaiki lereng, ada juga yang merayap di jembatan tua, bahkan ada yang rela menyeberangi sungai dengan konsekuensi pakaian sekolah basah kuyup.

Betapa besar perjuangan anak-anak Indonesia. Saya ingat teman-teman SD saya dari 2 kampung yang harus menyeberangi sungai ke sekolah. Sayangnya, pemerintah seolah-olah menutup mata terhadap perjuangan anak-anak ini. Bagaimana mungkin pemerintah tidak bisa membangun sarana transportasi yang baik untuk warga termasuk untuk anak-anak sekolah di negeri ini. Dalil yang sering muncul adalah medannya sulit. Memang topografi Indonesia seperti itu. Itulah alam Indonesia. Alam tidak bisa berubah. Yang berubah adalah manusia yang menghuninya. Maka, pemerintah semestinya wajib menyediakan infrastruktur yang baik bagi rakyatnya.

Saya tidak menyalahkan pemerintah pusat atau daerah. Karena urusan ini bukan urusan yang bisa dilempar-tanggungjawabkan. Urusan ini dicapai dengan kerja sama antara pemangku jabatan yang dalam hal ini adalah pemerintah dari pusat hingga daerah.

Akhirnya, selamat dan tetap semangat untuk adik-adik saya yang berjuang memperoleh ilmu. Saya juga berterima kasih untuk pemerintah dan semua pihak yang masih memiliki hati untuk memperjuangkan pendidikan dasar di negara ini. Harapannya mata kita semakin lebar melihat dan ikut berjuang bersama anak-anak. Perjuangan saat ini adalah perjuangan membangun infrastruktur. Jangan sampai kita ikut ambruk bersama jembatan yang dibawa sungai. Pendidikan dasar mesti diperhatikan semaksimal mungkin. Ini hanya opini dari seorang anak bangsa. Mungkin terlalu ideal tetapi inilah wujud cinta saya kepada bangsa ini.

CPR, 24/2/2012
Gordi Afri

ABU DI DAHI: TANDA PERTOBATAN

Gambar dari google

Tiap tahun umat Katolik menerima abu. Abu itu ditandai di dahi. Berbentuk salib. Ungkapan yang keluar dari mulut Pastor dan pembantunya yang memberi abu demikian, “Bertobatlah dan Percaya kepada Injil”.

Ungkapan ini mengandung dua makna menurut hemat saya. Pertama unsur pertobatan. Ada waktu 40 hari bagi kita untuk bertobat. Bertobat menuntut perubahan dalam hidup. Perubahan mulai dari diri sendiri. Sangat bijak Gereja menyediakan waktu untuk merenung selama 40 hari. Meniru kebiasaan Yesus berpuasa 40 hari di Padang Gurun. Mampukah kita berpuasa di padang gurun sekarang ini?

Ada banyak godaan di sekitar. Di situlah diri kita diuji. Masih kuat atau tidak. Bukan sekadar tahan dari ujian tetapi mesti mampu untuk berubah. Dalam masa puasa ini kita mesti kembali kepada diri sendiri. Dalam kesendirian kita menmukan diri. Dari situlah kita bisa berubah.

Unsur kedua adalah percaya pada Injil. Rasanya kita sudah percaya pada Injil sejak kita dibaptis. Tetapi semudah itukah kita percaya pada Injil? Percaya pada Injil menuntut keyakinan yang kuat. Injil bukan lagi dimaknai sebagai sebuah buku yang bisa dibaca di mana saja. Lebih dari sebuah buku, injil adalah Sabda Yesus. Petuah yang keluar dari mulut Yesus.

Dan, sekarang ini, Sabda itu bukan saja untuk dibaca dan dihayati tetapi mesti menjadi bagian dari diri kita. Oleh sebab itu, Injil mesti dihidupi. Percaya pada Injil menurut hemat saya berarti menjadikan Injil itu sebagai bagian dari diri kita. Orang lain mestinya mampu melihat diri kita sebagai sebuah Injil, sebagai kabar sukacita bagi sesama. Apakah kita sudah menjadi kabar yang menggembirakan bagi sesama kita?

Mari bersama-sama dalam masa puasa ini kita kembali kepada diri kita, melihat ke kedalaman hati. Selamat bepantang dan berpuasa.

CPR, 24/2/2012
Gordi Afri

BACA JUGA: RABU ABU DI ITALIA


Sumber di sini

Ini peristiwa konyol kemarin. Kekonyolannya membuat saya menarik sesuatu yang penting.

Saya dan dua teman mengikuti kebaktian di GKI Kelapa Cengkir, Kelapa Gading. Kami berjalan berurutan. Teman saya berada di depan dan di belakang, saya di tengah.

Setibanya di pintu masuk, kami mengambil majalah dan lembaran informasi kebaktian hari itu. Teman yang di depan mengambil duluan. Setelahnya saya. Saya melihat, dia memencet tombol setelah menerima majalah dari petugas. Giliran saya sekarang. Petugas menyerahkan majalah itu. Saya menerimanya sambil tersenyum dan menyapa selamat pagi.

Lalu, saya berpindah tempat. Tanpa melihat kode-kode yang ada di atas tombol itu, saya langsung memencet. Yang saya lihat hanya jumlah angka setelah pencetan itu. Angkanya bertambah. Astaga…ternyata itu tombol untuk perempuan. Petugas itu tertawa. Lalu saya meminta maaf.

“Ehh..salah. maaf bu, giliran berikutnya nanti tidak perlu pencet lagi.”
Ibu itu tersenyum dan mengangguk saja.

Lalu, giliran teman saya berikutnya. Dia memencet tombol untuk laki-laki. Setelahnya dia menoleh ke saya dan tersenyum. Wah…benar-benar kekonyolan yang memalukan. Namun untuk apa malu? Asal saja mengakuinya dengan jujur, itu sudah cukup.

Ah…kekonyolan ini membuat saya tidak enak. Untunglah teman saya tidak menyinggung hal ini lagi. Kalau ketahuan sama teman yang satu pasti tambah ramai pembicaraannya.

Dikira tombol itu untuk semua jemaat yang datang. Ternyata tombol itu digolongkan menurut jenis kelamin. Ada laki-laki dan perempuan. Ada juga tombol untuk tamu dan anggota tetap di gereja itu.

Lain kali mesti hati-hati. Setiap tombol memiliki fungsinya. Kalau salah menekannya pasti fungsinya kacau.  Ini masih untung. Kekonyolannya masih dimaafkan. Kalau tidak akan ada yang memarahi dan dimarahi. Apa jadinya itu???

CPR, 12/2/2012
Gordi Afri  


Sumber gambar sini

Mula-mula saya heran dengan banyaknya denominasi Gereja Kristen di Indonesia. Keheranan ini bukan datang tiba-tba. Saya dibesarkan di lingkungan mayoritas Gereja Katolik. Saya tahu di samping Gereja Katolik ada Gereja Protestan yang sangat dekat dengan Gereja Katolik dalam hal sejarah. Saya pun tak asing dengan nama Gereja Protestan.

Namun, ketika saya keluar dari lingkungan saya, rasa heran mulai muncul. Ternyata Gereja Protestan itu banyak. Denominasinya banyak, ada Gereja Kristen Indonesia, Gereja Kristen Jawa, Gereja Masehi Injili, Gereja Metodhis, Gereja Protestan Indonesia Barat, dan sebagainya. Gereja-gereja ini bernanung di bawah bendera Gereja Kristen Protestan atau resminya Agama Kristen Protestan. Tentu ini amat berbeda dengan Gereja Katolik yang berasal dari agama Katolik sendiri. Agama Kristen Protestan ternyata memiliki banyak Gereja.

Tak heran jika jemaat Kristen Protestan di Indonesia lebih banyak daripada umat Katolik. Data pastinya memang sulit ditentukan. Ada banyak sensus yang dibuat, bahkan kadang-kadang mungkin tidak ada kesepakatan tentang angka pastinya. Namun, hampir pasti yang saya dengar bahwa jemaat Gereja Kristen lebih banyak ketimbang umat Katolik. Saya tak heran sebab dalam agama Kristen sendiri terdapat banyak Gereja sedangkan dalam agama Katolik hanya ada satu Gereja yakni Gereja Katolik. Banyak Gereja banyak pengikut, begitu kira-kira latar belakang angka tersebut.

Menurut Pendeta Yohanes dari Gereja Methodis Johar Baru, Gereja itu ibarat taman. Ketika kita masuk ke taman, kita melihat bunga yang indah. Bunga mawar yang kita lihat pertama sangat indah. Masuk lebih dalam lagi, ada bunga matahari. Kita pun melihat bunga itu sangat indah. Begitu seterusnya. Ada banyak bunga yang kita lihat di taman itu. Semuanya memiliki ciri khas tersendiri. Kekhasannya itulah yang membuatnya indah. Begitu kira-kira ringkasan kata-kata pendeta itu dalam khotbah ibadat oikumene pada Sabtu, 28/1/2012 di Gereja Methodis Johar Baru.

Lebih lanjut pendeta asal Sumatera Utara ini mengatakan, kita tidak perlu merasa gereja kita paling benar dari yang lainnya. Sebab, tiap gereja mempunyai kekhasannya tersendiri. Ada yang kontemplatif, ada yang berjingkrak sebagai tanda hadirnya Roh Kudus, ada yang harus menyanyi keras-keras untuk memuji Tuhan. Semuanya mempunyai kekhasannya. Gereja-gereja ini kiranya seperti bunga-bunga yang ada di taman. Kalau semua orang melihat Gereja seperti taman, di dalamnya ada variasi, maka tak ada lagi fanatisme antara gereja.

Sumber gambar sini
Ketika gereja hadir dengan berbagai wajahnya, di situlah wajah Yesus ditampilkan. Namun, pandangan semacam ini menunai kritik juga. Ada komentar orang yang tidak setuju dengan berkembangnya atau bermunculannya gereja-gereja baru saat ini. Mereka mengatakan, kalau kita dipanggil untuk bersatu, mengapa kita hanya terkurung dalam kelompok gereja kita sendiri? Banyak gereja baru membuat kita tidak bersatu lagi. Namun, kesatuan seperti apakah yang didambakan? Toh, dalam satu taman bunga-bunga indah menjadi satu yakni menciptakan keindahan dalam taman itu. Kalau begitu, apakah hadirnya gereja-gereja baru menghalangi kita untuk bersatu?

Salah satu persoalannya di sini adalah soal keterbukaan antara jemaat gereja. Kalau jemaatnya saling terbuka dan mau bekerja sama dengan jemaat gereja lainnya maka kesatuan itu bisa tercapai. Memang kalau semuanya terkurung sesuai kelompok gerejanya maka tidak ada kesatuan itu. Yang ada adalah perpecahan sebab kita tidak satu lagi. Dalam Injil tertulis kita dipanggil menjadi satu. Menjadi satu seperti apa? Toh gereja secara fisik ada bermacam-macam. Ataukah gereja dalam artian kita disatukan dalam nama Yesus?  Kalau gereja yang dimaskud adalah yang terakhir ini, kita sudah mencapai kesatuan itu. Agak sulit menjadikan jemaat Kristen dan umat Katolik menjadi satu institusi gereja. Gereja-gereja dengan berbagai denominasinya tetap dipertahankan. Kita hanya mengharapkan bahwa denominasi itu hendaknya menjadi seperti satu jenis bunga yang menyumbangkan keindahan bagi taman bunga orang Kristen itu sendiri. Dengan demikian orang Kristen tetap bersatu dalam nama Tuhan Yesus.

CPR, 29/1/2012
Gordi Afri


Beberapa waktu lalu, saya dan seorang teman pergi ke ITC untuk memperbaiki mp3nya teman saya. Mp3 adalah salah satu jenis alat untuk memutar musik dan video. Di dalamnya ada memori untuk menyimpan lagu dan video sekaligus bisa memutar lagu-lagu dan video tersebut. Selain itu, alat ini bisa juga memotret gambar, menyimpan file berupa tulisan elektronik, dan beberapa fungsinya. Tergantung jenis atau tipenya. Ada yang lengkap ada pula yang hanya bisa memutar musik dan video saja. 

Sedikit tentang asal-usul mp3. Mp3 memiliki nama lain yakni MPEG layar 3. MPEG  merupakan singkatan dari Moving Pictures Experts Group yakni sebuah organisasi yang mengembangkan standar untuk kode program audio dan video. Sebuah file mp3 mempunyai bit rates mulai dari yang rendah yaitu 32kbits/detik hingga 320kbits/detik. Format file MP3 merupakan yang paling terkenal di kalangan umum karena ukuran filenya kecil tetapi kualitas suaranya baik. (Sumber  http://www.tasikisme.com )

Setelah naik ke lantai 5, kami mencari tempat untuk memperbaiki alat ini. Di kiri-kanan lorong ada banyak penjual alat elektronik. Didominasi oleh penjual hp. Jangan heran kalau di kaca-kaca terpampang hp baru dan bekas dengan segala merek. Ada juga perabot-perabotnya. Ada beberapa penjual yang sekaligus bisa memperbaiki hp dan beberapa alat elektronik lainnya. Ada yang menerima penjualan hp. Kalau pelanggan mempunyai hp rusak dan bermaksud menjualnya, datanglah ke sini, pelanggan bisa menjualnya.

Ada banyak penjual yang bisa memperbaiki hp bekas. Di stand mereka ada tulsian “Terima repasrasi hp bekas dan baru”. Namun, tak satu pun yang menulis terima repasrasi alat elektronik seperti mp3, mp4, atau mp5. Wah..jangan-jangan tidak ada di sini. Saya meyakinkan teamn saya yang mulai cemas. Dia memang sudah mencari di 2 pusat elektronik sebelumnya namun tidak ada yang bisa memperbaikinya. Saya memberanikan diri bertanya kepada seorang bapak. Alhamdulilah ternyata dia bisa mencoba memperbaikinya.

Dia mempersilakan kami duduk dan meminta mp3 yang mau diperbaiki. Dia coba melihat-lihat sebelum memperbaikinya. Tanda-tanda bisa memperbaikinya mulai muncul ketika dia berkomentar, “Ini mirip dengan punya saya di rumah. Hanya saja ini ada layarnya.” Lalu dia mengambil 2 gelas aqua, mempersilakan kami minum. Wah….baik sekali bapak ini, “Terima kasih pak…”

Dia membuka mp3 itu dan menemukan kerusakannya. Baterainya sudah drop. Tidak bisa menyimpan daya lagi. Pantas saja ketika dicas, seolah-olah arus tidak masuk sehingga tidak penuh dayanya. Tanpa daya, mp3 ini tidak bisa memutar lagu. Dia menawarkan mengganti baterainya. Ternyata baterainya menggunakan batrei hp merek Cina. Dia mengambil baterai hp lalu mencocokannya. Ukurannya sama. Dia memoles dengan sedikit perekat dari timah sehingga bisa dipasangkan di mp3 itu. Selesailah pekerjaannya. Mp3 itu bagus lagi. Teman saya….tersenyum melihat mp3 kesayangannya bisa digunakan kembali.

Setelahnya, ada tawar-menawar mengenai harganya. Setelah disepakati harga turun sedikit menjadi Rp. 60.000,00. Katanya, ini harga pelaris. “Nggak apa-apalah untuk kalian, buat pelaris saja,” komentar bapak itu. Harga pelaris maksudnya harga yang diberikan supaya pelanggan tertarik untuk datang ke tempatnya dan kalau harga cocok bisa membeli jualannya. Konon, istilah harga pelaris tenar di antara para penjual. Beberapa kali saja ditawari harga pelaris di beberapa toko elektronik.

Saya bertanya-tanya benarkah harga pelaris yang diberikan kepada pelanggan baru itu lebih rendah ketimbang harga normal sebuah barang? Bukankah dia rugi kalau setiap pelanggan baru diberikan harga pelaris yang besarnya di bawah harga normal? Di mana-mana pedagang itu tidak mau rugi, kecuali kalau dirugikan. Pedagang selalu mencari keuntungan. Kalau tidak, dagangannya tidak berkembang.

Saya menduga harga pelaris ini hanya istilah saja. Besarnya sudah diperhitungkan sehingga dia tidak rugi. Kalau pun dia berdalih harga pelaris ini diberikan dengan jumlah kecil. Harga pelaris buat pelanggan baru tentu saja menarik. Bayangkan saja kalau banyak pelannggan datang ke tempatnya dan selalu mengimpikan harga pelaris itu, boleh jadi barang-barangnya cepat terjual. Harga pelaris dimaksudkan supaya tempat jualan itu terkenal sehingga jaringan pelanggannya luas. Semakin banyak pelanggan mengenal tempat itu semakin banyak daya tarik tempat itu. Inilah salah satu cara menarik pelanggan. Bisnis-dagang berkembang karena pemberian harga pelaris ini.

Setelah semuanya beres, kami kembali ke rumah. Teman saya merasa puas dengan kualitas mp3-nya. Alat itu bisa berfungsi normal kembali. Pelanggan puas….penjual juga puas….

CPR, 27/1/2012
Gordi Afri


Foto-foto dokumen pribadi
Akhir-akhir ini gerakan menghijaukan lingkungan gencar digemakan. Salah satunya adalah menamam pohon. Bagi orang kota yang lahan kosongnya sedikit dianjurkan menanam bunga entah di pot atau di taman. Bagi orang desa yang lahannya masih luas dianjurkan menanam pohon. Kenyataannya memang banyak warga desa menanam pohon di lahan mereka atau juga menghijaukan kembali hutan-hutan di dekat mereka. Sayangnya, masih ada juga pihak yang merusak hijaunya hutan itu. Ada perusahaan tambang yang merusak berhektar-hektar pohon. Ada juga perusahaan kertas yang menebang pohon sebanyak mungkin. Ada juga perusahaan yang khusus mengambil kayu di hutan untuk komoditas perdagangan. Tidak sedikit dari mereka yang enggan menanam kembali pohon yang sudah diambil.



Dalam perjalanan awal tahun ini, saya mendapati dua buah kampanye berupa ajakan untuk menanam pohon. Kampanye itu tertera di spanduk besar di jalan tol Jagorawi. Ada dua spanduk yang saya lihat, bunyinya demikian, AYO TANAM POHON! BANYAK POHON, UDARA SEGAR. Satunya lagi seperti ini, MARILAH TANAM POHON UNTUK MENYELAMATKAN LINGKUNGAN. Tidak banyak, hanya dua spanduk. Jauh berbeda dengan jumlah kampanye tokoh partai politik. Namun, kalau dua spanduk ini ‘berbicara lantang’, akan ada perubahan besar dalam lingkungan kita. Bayangkan kalau semua pengguna jalan tol memerhatikan tulisan ini lalu mempraktikkannya. Saya yakin lingkungan kita akan hijau kembali.



Bunyi iklan pertama mengandung pesan yang cukup bagus. Banyak pohon, udara segar. Memang di tol udara segar itu mudah didapat. Lihat saja di kiri-kanan jalan tol, tumbuh banyak pohon yang dipelihara dengan baik dan teratur. Sayangnya tidak banyak orang yang mau menikmati segarnya udara di sini. Lihat saja kaca mobil yang tertutup ketika melewati jalan tol. Ada argumen, kalau kaca dibuka suasana dalam mobil jadi tidak enak. Angin kencang yang masuk membuat penumpang bisa masuk angin. Ini tentu saja benar dan amat logis. Dengan melaju kencang di tol, memudahkan kita cepat sampai tujuan. Namun, kita tidak bisa menghirup udara segar di tol. Meski demikian, keberadaan pohon-pohon itu tetap menciptakan pemandangan hijau nan indah di sekitar jalan tol.



Bunyi iklan kedua—menurut hemat saya—mengaitkan peran pohon dalam lingkungan. Pohon erat kaitanya dengan keadaan lingkungan. Hampir pasti pohon memainkan peran terbesar dalam lingkungan. Makhluk hidup lainnya sangat tergantung pada pohon. Meskipun diakui pula bahwa relasi antar-makhluk dalam sebuah lingkungan menjamin keseimbangan alam dalam lingkungan itu. Itulah sebabnya, ajakan menanam pohon dikaitkan dengan situasi lingkungan kita. Apa jadinya kalau lingkungan alam kita tidak ditumbuhio pohon lagi? Boleh jadi bukan hanya lingkungan yang rusak, penghuni lainnya seperti manusia dan binatang akan rusak.



Dua spanduk ini kiranya mengajak kitasemua untuk peduli pada isu lingkungan. Sekecil apa pun sumbangan kita amat berharga bagi keseimbangan lingkungan. Mari menanam pohon. Banyak pohon, hidup kita akan sehat.


CPR, 24/1/2011


Gordi Afri
Powered by Blogger.